"Aku rasa lebih baik ponselmu di buang saja ke laut," balas Raven yang berdiri dari tempat duduknya. ia berjalan ke arah salah satu tempat khusus menaruh bekal buatan istrinya.
Seperti biasa, Silver Jong akan membantu tuannya memanaskan semua isi bekal di dalam kantor. karena ia malas ke dapur, sehingga membeli berapa peralatan dan di letakan di satu tenpat khusus seperti dapur mini.
Romeo berdiri dengan perasaan dongkol. ia menghampiri kembaranya yang duduk tenang di sofa.
Mata Raven menatapi Romeo.
"Kenapa?" tanya Raven dingin.
Romeo tidak bisa berkata-kata, karena apa yang akan di bicarakan semuanya akan sia-sia. ia memilih menyandarkan kepala di bahu kembaranya dan tertidur mendadak.
Dahi Raven berkerut dalam, ia tahu Romeo kelelahan tapi masih saja ngotot masuk kantor dan kini menyusahkanya.
"Menyebalkan," gumam Raven kesal.
Mau tidak mau, Raven mengangkat kembaranya untuk tidur di salah satu ruanga
Di saat bersamaan, Raven masuk ke dalam kantornya dan ia langsung muntah-muntah hebat. Jack yang panik, segera membawa Raven ke ruangan lain. tak lupa ia segera memanggilkan dokter untuk memeriksa Raven. karena ia tahu kesehatan Raven memang bermasalah.Dokter yang datang kali ini adalah Shean Vollente, ia tertawa ngakak melihat Raven yang berwajah pucat dengan tubuh bersandar di sofa sambil memijit-mijit pangkal hidungnya"Ven.. oh Raven, kau ini kenapa lagi?" tanya Shean sambil menahan tawa. setelah ia lempar buku oleh Raven dalam jumlah besar."Seharusnya kau ciptakan cairan pembasmi aroma tajam, bukannnya ketawa dan mana Lius?" tanya Raven dengan mata memicingnya."Lius sedang jalan sama anak dan istrinya," balas Shean dengan santainya."Ravennnn....." seru Romeo yang masuk ke dalam ruangan dengan memeluk kembarannya secara erat.Mencium aroma parfume di jas Romeo. Raven hampir kembali muntah. jika Silver Jong tidak segera menarik Romeo
"Aku tidak mengusik mereka kok," balas Silver dengan mengerucutkan bibirnya seperti perempuan.Shean kembali terkekeh. ia berdiri dari tempat duduknya dan menepuk-nepuk bahu Silver Jong."Kau hebat, bisa membuat Raven yang pelit bicara. bisa berbicara pajang lebar seperti ini dan aku lupa perkenalkan diri. namaku adalah Shean Vollentte," ucap Shean yang memperkenalkan dirinya kepada Silver Jong karena ia tertarik pada Silver Jong yang mempunyai kemiripan dengan Clover istrinya."Anak dari Christoper Vollentte dan Lily Holland, sekaligus anak angkat dan menantu kesayangan James Holland. benar tidak?" tanya Silver Jong dengan senyuman tipisnya dan matanya yang keperakkan menatapi wajah Shean yang terlihat kabur di matanya."Yap, kau benar. aku kadang-kadang ada di markas bersama dengan Daddy James Holland. aku rasa kau sering melihat James Holland di sana," ucap Shean yang merangkul pundak Silver Jong untuk duduk bersama-sama."Shean, apa Lius sudah
Di dalam lift, Ruster menagis dalam pelukkan Raven yang merupakan suami keduanya. ia masih syock dengan apa yang terjadi barusan. biasanya semua sekuriti mengenalinya. tapi kali ini mereka bersikap kasar padanya dan hal ini membuat Ruster curiga."Shttt... tenanglah Honey, tidak ada lagi yang akan menyakitimu. tenanglah," ucap Raven yang berusaha menenangkan istrinya.Romeo menatapi tombol lift yang masih menujukan nomor lima. ia pun kemudian bersuara."Kenapa kamu kesini tanpa bilang sama kita?" ucap Romeo tetiba.Air mata Ruster tetiba bercucuran deras. ia menyembunyikan wajahnya di celuk leher Raven."Meo, kenapa kau memarahi istriku?' tegur Raven yang tidak suka dengan cara bicara Romeo."Aku tidak memarahinya, Ven.""Ya ya ya... terserah dirimu saja deh," balas Raven yang malas berantem dengan Romeo.Tangisan Ruster masih belum berhenti, Romeo merasa bersalah. ia tidak maksud menyakiti hati istrinya. hanya ia sedang susah
Raven juga melakukan gerakan sama seperti Romeo.Kedua kembar ini semakin binggung, untuk pertama kalinya mereka gagal menghibur Ruster."Sudah lah Sayang, tanpa perayaan atau apapun. kita berdua selalu mencintaimu," ucap Romeo yang kini berlutut di depan Ruster dan kedua matanya juga tergenang air mata."Jangan sedih lagi, makanan bisa di makan kapan saja. tapi kebahagianmu tidak tergantikan," ujar Raven yang meneteskan air matanya. sikap cengengnya muncul kepermukaan dengan sendirinya.Ruster yang terharu memeluk kedua suaminya. ia terus meminta maaf berkali-kali. walau kedua suaminya tidak menyalahkanya sedikitpun. tapi ia merasa gagal memberikan kejutan untuk keduanya yang sedang berulang tahun.***Paginya, kedua kembar memijit-mijit kepala di dalam kantor masing-masing. pasalnya keduanya sakit kepala setelah kurang tidur menghibur sang istri dan harus merawat putri mereka berdua setiap malam."Tuan, lebih baik anda tidur?"
Melihat kedatangan Raven, Pria itu langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya sebagai John William dari perusahan Vick yang merupakan salah satu perusahan perwarnaan teksil.Dengan hati terpaksa, Raven menerima perkenalam John dengan menyambut jabat tangan.John segera menawarkan produk perusahannya kepada Raven tanpa basa basih."Ini berapa produk perwarnaan dari perusahan saya, silahkan di lihat-lihat Tuan Romeo Van Diora."Raven menerima berkas itu dan ia menatapi pria kusuh di depan mata dan melirik berkas di tangannya."Aku akan mengutus Jack ke sana untuk melihat hasil dari perusahan anda. jadi nanti akan saya hubungi," jelas Raven yang tidak ingin berlama-lama karena ini sudah hampir masuk jam pulang perusahan."Terima kasih dan senang berkenalan dengan anda," balas John yang pamit pergi dan di tatapi aneh oleh Silver Jong."Seorang CEO kok pakai baju bekas murahan seperti itu?" tanpa sengaja Silver Jong bersuara. karena selam
"Benarkah?" ucap Raven yang menyandarkan dagunya di bahu Ruster.Aroma parfume wanita di tubuh Raven, semakin menambah kecemburuan di dalam hati Ruster."Apa kau cemburu?" tanya Raven tetiba dan mengelus pipi Ruster dengan lembut. membuat Ruster tersenyum manis di sertai rasa kecemburuan yang terlukis di bibirRaven yang tidak tahan dengan pesonan Ruster yang benar-benar membangkitkan birahinya."Aku sungguh tidak tahan lagi," gumam Raven yang menunjukkan birahinya secara terang-terangan.Ruster mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti dengan perkataan Raven. namun sedetik kemudian, Ruster langsung paham dengan apa yang di katakan oleh Raven. karena Raven melumat bibirnya dengan cepat dengan kedua tangan meremas bokongnya.Tanpa sadar, Ruster mulai membalas lumatan Raven.Romeo yang melihat keduanya dan merasa tidak mendapatkan haknya, ia segera menarik dagu Ruster dan mencium bibir Ruster dengan liar.Raven berdecak kesal,
Sesampai di dalam kamar. mereka berdua melihat Ruster masih berdiri dengan posisi memeluk bantal."Huh," decak Ruster yang memilih menaiki atas ranjang seorang diri."Honey," ucap Raven yang berusaha mendekati tepian ranjang."Sayang, jangan marah lagi dong. kita sudah berusaha pulang tepat waktu nih demi dirimu," jelas Romeo yang duduk di tepi ranjang.Ruster memaringkan tubuhnya, menatapi kedua pria kembar yang masih berwajah sedih."Aku ngantuk, apa kalian tidak mau tidur?" ucap Ruster yang masih memeluk bantalnya.Sontak saja Raven dan Romeo langsung menaiki atas ranjang. keduanya memeluk tubuh Ruster dengan erat.Ruster menghela nafas sesak. ia melihat ke kanan dan ke kiri. kedua suaminya sudah tidur terlelap dalam sedetik. beruntungnya ia memiliki stock kesabaran extra untuk menghadapi tingkah keduanya yang asli seperti anak-anak."Resiko menikah dengan brondong," batin Ruster yang berusaha memejamkan kedua matanya. seben
Mau tidak mau, Raven menyetujui apa yang di inginkan oleh Ruster. hanya saja belum ia keluarkan kalimat yang akan di ucapkannya. Ruster mendongakkan kepalanya setelah sekian lama tidak mendapatkan jawaban dari Raven, ia menatapi mata indah milik Raven yang bear-benar lebih indah dari Romeo. "Bolehkah?" tanya Ruster lirih dengan mengusap rahang kerasnya Raven yang di tumbuhi jambang halus. tak lupa ia menjijingkan kedua kakinya untuk mengecup bibir Raven yang berwarna ke coklatan. Liam yang melihat kemestraan keduanya, masih belum pergi dan ia mengepalkan kedua tangannya di dalam saku celana. "Iya," hanya tiga kata yang keluar dari bibir Raven. kata yang singkat dan padat. Ruster yang berbahagia. langsung memeluk tubuh Raven dengan pelukkan gembira. Raven menutup kedua matanya sesat sebagai kode kepada Silver Jong yang tidak jauh darinya. Silver Jong yang mengerti apa yang di kodekan oleh tuannya. langsung mengikuti tuannya seca
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me