"Hemm….Aku sangat lelah," balas Ruster tanpa bisa di cegah sebutir air matanya mengalir.
Romeo yang melihatnya langsung menyeka dengan ibu jarinya.
"Kenapa kau menangis?"
"Tidak ada, hanya saja aku ingin tidur lebih lama lagi."
Ruster tidak bisa mengatakan pada Romeo, bahwa ia sudah lelah dengan janji manis dan kebohogan Romeo selama ini.
"Usstt…." jari telunjuk tangan Romeo menutupi bibir Ruster.
" Jangan bicara seperti itu lagi,” lanjut Romeo dengan wajah sedihnya.
"Boleh kah aku bertanya sesuatu?" tanya Ruster menegakkan tubuhnya bersandar meraih tangan Romeo dan menggenggamnya erat.
"Tentang?"
"Emilia Lim."
Mimik wajah Romeo berubah datar, ia mengernyitkan keningnya bingung dari mana Ruster tau nama itu. ia yakin, pasti Raven yang memberitahukannya pada Ruster. tentang apa sebenarnya maksud kakaknya dengan sengaja membuka masa lalunya pada Ruster.
"Aku menemukan kotak di dalam lemari
"Ada apa?" tanya Ruster yang heran dengan sikap Romeo yang tetiba diam.Ruster menatap manik mata Ruster, rasanya ia tidak tega membawa Ruster bersamanya."Tidak ada," jawab Romeo dengan senyuman yang di paksakan dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celana."Lihat Meo, di sana ada badut! Ucap Ruster yang sangat kegirangan seperti anak kecil.“Hari ini mungkin Ruster bisa tertawa bahagia, tapi setelahnya wajah cantik itu kembali bersedih!” batin Romoe.Romeo tidak menggubris permintaan Raven untuk membawa Ruster datang ke club malam. Perasaanya tidak baik mungkin saja Raven merencanakan sesuatu yang dapat membahayakan Ruster kedepannya dan ia juga tidak perlu membuktikan pada Raven soal perasaanya kini pada Ruster.setelah mengantar Ruster pulang ke rumah, Romeo beralasan mengambil dokumen yang ketinggalan di perusahan. Karena ia ingin membuat perhitungan dengan Raven. Setidaknya satu atau dua pukulan akan ia layang
Tatapan Ruster tidak pernah lepas dari Raven yang menyetir mobilnya. sosok pria seperti apa sebenarnya Raven, kepribadian pria ini terlihat misterius dan dingin. tapi Ruster tahu, Raven sangat menyayangi adiknya Romeo. sebenarnya apa yang terjadi di masa lalu mereka hingga mereka berdua memperlakukan semena-mena terhadap wanita dan apa itu Pandora heart.***Di klub malam, ruang super VVIP."Apa yang kau lakukan," ucap Romeo yang mendorong Aelin dan menatap murka pada wanita itu yang tersungkur ke lantai.AElin tersenyum sinis, membalas tatapan Romeo dengan tatapan benci. Tepatnya ia benci dengan kedua kembar yang telah mempermainkan hatinya dengan janji manis."Apa kau sudah gila?" bentak Romeo geram."Aku gila karenamu, karena Raven juga!" balas Aelin yang berdiri dan berusaha mendekati Romeo lagi."Hentikan langkah mu, Aelin.”"Bukankah kau datang menemuiku! ayolah kita bergabung dengan mereka melakukan thr
"Kau malam tadi berada di club?" tanya Romeo kaget, seolah tebakkanya menjadi kenyataan.Ruster mengalihkan pandangannya enggan menatap Romeo. Karena kejadian malam tadi berputar kembali di benaknya seperti sebuah potongan film."Kenapa kau pergi ke club? Kau membuntutiku? Atau kau kerjasama dengan Raven?" tanya Romeo dengan segala deretan pertanyaanya dengan emosi membara di dalam hatinya."Kau banyak bertanya, Romeo. Sedangkan pertanyaanku saja kau tidak mampu menjawabnya."Romeo mendengus, ingin sekali ia melampiaskan amarahnya pada istrinya yang bodoh. Yang bisa-bisanya bekerjasama dengan Raven."Jawaban apa yang kau harapan, kau hanya pelacur di rumahku! apa kau merasa sudah besar kepala atas sikap baikku padamu dan menganggap pernikahan ini nyata, kau salah besar. Kau hanya seorang jalang yang tidak ada artinya," ucap Romeo yang lain di hati dan di mulut.Rasanya sesak saat kalimat menyakitkan itu terlontar dari Romeo. Ruster tidak bis
Ruster akhirnya mengalah dan membuka mulutnya menggigit roti yang di suapkan ke mulutnya."Minumlah," perintah Romeo dengan menyodorkan segelas susu pada Ruster yang di sambutnya.Romeo meraih tangan Ruster dan menggenggamnya dengan erat."Maafkan aku, membuat kau menderita!" ucap Romeo. sementara Ruster hanya terdiam membisu."Dia bukan wanita spesial, aku pastikan malam itu tidak terjadi apapun. aku ke club malam karena mencari Raven. tapi saat aku memasuki ruangan yang sering Raven gunakan, wanita itu tiba-tiba memeluk dan menciumku. Aku tidak terima dan langsung mendorongnya, kemudian memilih pulang ke rumah," jelas Romeo jujur agar Ruster juga mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. apakah bekerjasama dengan Raven untuk menjebaknya atau sebaliknya."Untuk apa kau menjelaskannya padaku, bukan kah aku bukan siapa-siapanya kamu.""Kau istriku, sudah selayaknya aku menjaga perasaanmu dan maafkan semua ucapanku yang menyakitimu!" ucap
Ruster melirik pada pancake yang ia buat tadi sore di atas meja nakas, ia berharap Romeo akan mencicipinya tapi pria itu malah pergi entah kemana dan belum kembali.Semilir angin malam berhembus menerpa rambut Ruster, ia memejamkan matanya merasakan dinginnya udara yang merasuk ke dalam jiwanya.Tubuhnya membeku sepasang tangan kekar memeluknya erat memberikan kehangatan padanya. aroma wangi parfum yang di pakai pria itu sangat di kenali oleh Ruster.Wajahnya memucat, hari harinya akan kembali ke mimpi buruk yang berkepanjangan.“Raven Van Diora, kenapa pria ini kembali secepat ini!” batin Ruster yang ketakutan.Tubuh Ruster bergetar saat Raven membalik tubuhnya. kepala Ruster menunduk takut dan tidak berani menatap wajah seperti malaikat tapi berhati iblis.Raven merasakan perubahan Ruster dan mengangkat alisnya ke atas. kenapa wanita ini sedemikian takut padanya."Tegakkan kepalamu dan tatap aku," perintah Raven.
Tapi apakah Ruster seperti Clara yang memanfaatkan kehamilannya hanya untuk hidup mewah? Sepertinya tidak, Ruster sangat jauh berbeda dengan Clara. walau umurnya sudah kepala tiga tapi kepolosannya seperti seorang gadis belia yang tidak tau apa pun."Sebaiknya kau menurut saja demi staminamu juga, agar kau selalu siap untuk melayani kami berdua!" Perintah Raven yang menyodorkan gelas berisi susu ke mulut Ruster. Terpaksa Ruster meneguknya tanpa bernafas.Raven terkekeh menatap Ruster yang menghabiskan susu sekali tandas. Mimik wajah Ruster terlihat tersiksa ingin sekali rasanya ia ingin muntah."Besok aku akan suruh pelayan membelikan susu rasa coklat untukmu,” kata Raven yang menyuapi Ruster buah apel dengan garfu.Ruster menatap tepat di manik mata Raven yang dingin, hari ini Raven sangat baik memperlakukannya. Ruster tahu Raven akan marah bila ia menentang perintahnya. kalau ia penurut, maka Raven akan bersikap manis memperlakukannya.
“Akan ku lepaskan, saat kembaranmu sampai di sini dengan begitu. Kalian akan mati bersama-sama,” pekik pria tua itu.“Oh ya, gimana kalau kita coba virus terbaru ini ke tubuh jalang ini!” timpal Clara yang mengeluarkan jarum suntiknya.Raven yang tahu virus apa itu, segera berlari ke arah Clara dan merebutnya. Berapa tembakan harus di terima Raven karena aksi nekatnya.Sedangkan Clara tidak menyangka, ia akan segera mati. Karena Raven menjadikan tubuhnya sebagai prisai.“Terkutuklah k.. kau..” ucap Clara untuk terakhir kalinya.Air mata Ruster mengalir, ketika melihat tubuh Raven terluka.“Lepasin dia,” pekik Raven yang sudah tidak takut mati, karena cepat atau lamban. Ia juga akan mati dengan virus yang masih di dalam tubuhnya.“Kau kira aku akan iba dan melepaskan wanita ini, seperti yang kau lakukan dulu. Maka aku akan melakukan hal yang sama kepada wanita ini!” ucap pria
Jack memutuskan untuk menjaga istri Ruzel yang bernama Neila, selama masa kehamilan sampai melahirkan. Ia akan pergi, setelah Neila menemukan pasangan hidupnya.Saat ini, Jack sedang mengendong seorang bayi perempuan yang cantik dengan wajah oriental ke barat-baratan yang mirip dengan Ruzel yang berwajah cantik.“Halo Sayang, Daddy di sini!” ucap Jack yang mengendong putri dari Ruzel yang lahir belum waktunya.“Tuan,” ucap seorang g perawat yang hendak memasukkan bayi mungil itu ke dalam inkubator.Jack menyerahkan bayi lucu itu kepada perawat, untuk di masukkan kembali ke dalam inkubator. Karena ini rumah sakit khusus milik keluarga Vollentte, sehingga penjagaan akan lebih extra aman. Selama bayi lucu bernama Angelus itu di rawat.“Neil,” saut Jack lirih dengan mengenggam jemari Neila yang saat ini masih belum sadarkan diri. Setelah menjalani proses operasi melahirkan. Karena kesehatan Neila melemah dan bayi ter
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me