“Makan dulu, aku ingin makan berdua denganmu. Kita tidak pernah makan di luar bersama-sama,” ujar Ruster yang merangkul pinggang Romeo untuk menghilangkan kecurigaan Romeo terhadap dirinya yang kenapa bisa bersama dengan Raven.
Romeo memikirkan apa yang di katakan oleh Ruster memang benar. Ia tidak pernah mengajak Ruster untuk makan berdua di luar selama menjalani pernikahan palsu.
“Maaf, aku lupa. Lain kali tidak akan lagi,” ujar Romeo lirih dengan mengecup kening Ruster sebagai permintaan maafnya yang tidak pernah bersikap romantis kepada Ruster.
“Tidak apa, aku tahu kamu pasti sibuk,” balas Ruster dengan mencium rahang Romeo dengan ciuman mengoda.
Dari toko pakaian pria, Raven melirik keduanya dengan tangan mengepal kuat sampai mengeluarkan bunyi-bunyi.
“Sialan, Devan Holland mengagalkan rencanaku. semua yang aku persiapkan gagal semua,” maki Raven dalam hati.
Secara bersembunyi-sembunyi Raven mengikuti keduanya dari belakang. Tetib
Romeo menarik pelan puncak dada Ruster yang masih terbungkus bra. Menyubitnya sesekali sampai membuat Ruster mendesah kuat. "Ah Meo..." ucap Ruster yang meremas rambut Romeo. sentuhan dan tarikan rambut di kepala semakin membuat kobaran api gairah yang ada pada Romeo membara hebat. Tanpa berlama-lama lagi, Romeo segera melepaskan pakaian Ruster dengan cepat. Kemudian membuangnya secara asal. Kedua matanya seindah biru langit menggelap. Tubuh Ruster memang paling membuatnya bernafsu seperti ini. "Kau siap, Sayang?" ucap Romeo yang mengusap salah satu paha Ruster pelan, lalu semakin lama semakin naik. Membuat mata Ruster reflek terpenjam untuk menikmati sensasi yang di berikan oleh Romeo yang merupakan suaminya. Hingga akhirnya, Romeo berhasil meloloskan kedua jarinya ke dalam liang inti Ruster. Mengocok intinya dengan tempo pelan hingga ke tempo cepat, lalu semakin cepat dan cepat tanpa jeda, membuat Ruster mendengus kenikmatan. Bibir Romeo men
“Semua data sudah di ruang kerja anda, termasuk tiket pesawat dan hotel. Lebih baik anda mandi sekarang. Supaya tidak ketinggalan pesawat untuk ke Hawai,” perintah Jack dengan nada menekannya. Mata Raven terbelalak dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh asisten pribadinya barusan. "Kau serius?" tanya Raven yang sulit percaya dengan perkataan Jack. "Apa saya pernah bercanda dan lalai mengerjakan tugas?" tanya Jack balik dengan wajah dinginnya. Raven tahu Jack selalu sempurna dalam mengerjakan sesuatu. "Jika anda tidak jadi pergi juga tidak apa," ucap Jack yang berjalan menjauh dari hadapan Raven. Raven segera berlari cepat ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari bau keringat dan saat ia keluar dari dalam kamar mandi. Semua baju sudah rapi termasuk isi koper. Raven tersenyum memuji kehebatan Jack. Tanpa di perintah, Jack bisa mempersiapkan segala keperluannya. Tidak salah, ia menarik Jack ke Los Angels untuk beke
“Tiga hari aku tidak melihatmu, kau ada di sini bersama Romeo. Pasti dia sudah memuaskan mu berkali-kali di atas ranjang dengan beronde-ronde dan berbagai sudut ruangan ini. Seharusnya, sekarang giliran aku untu memberikan kenikmatan pada tubuhmu yang sungguh menambahkan setiap sentuhan dari aku. aku yakin kau pasti akan mendesah dengan merdu,” ucap Raven dengan bersiul panjang mengatakan apa keinginanya saat ini. Lelaki itu maju selangkah dan Ruster mundur dengan waspada. Ruster memeluk tubuhnya sendiri semakin erat. Siap jika jika lelaki itu akan menyakitinya lagi dengan cara memperkosanya. Lelaki yang selalu mencari kesempatan untuk memperkosanya berkali-kali di saat suaminya sedang tidak ada di dalam rumah atau di dalam kamar hotel saat ini. “Jangan mendekat, Ven!” perintah Ruster lirih bercampur ke takutan. Raven tertawa mendengar nada suara takut dalam diri Ruster yang sok kuat. “Kenapa, Honey? apa kau takut padaku?” ucap Raven dengan menaikkan
“Ven… Raven…. Aku belum mandi,” ucap Ruster gugup sambil memeluk dada Raven. Karena ia belum siap melakukan lagi dan ingin secepatnya kabur dari genggaman iparnya dengan alasan tidak masuk akal. Raven menarik tangan Ruster dan membawanya ke dalam mulutnya. Lalu di ciumnya dengan lembut hingga wajah ruster yang sebelumnya merona semakin merah padam. “Aku lebih senang dengan aroma alami tubuhmu, Honey!” ucap Raven yang mendekatkan wajahnya ke arah Ruster hingga kening dan hidung mereka berdua menempel satu sama lain. “Aku membutuhkan-nya, Sayang!” Raven mengucapkannya dengan suara sedikit serak. Ruster merasa jantungnya akan berhenti berdetak. Wajah Raven semakin dekat dengannya. Tubuh mereka semakin menempel erat dan aroma Woody bercampur mint yang maskulin milik iparnya itu. tercium jelas di indera penciumannya. "Ta-tapi.... aku tidak ma-" perkataan Ruster tergantung, saat Raven membukam bibirnya dengan ciuman lembut dan sangat lembut. yang be
*** Raven yang kembali ke dalam kamarnya, melihat deretan pesan dari Romeo yang bertanya banyak hal bersamaan. Malas membalas pesan Romeo, Raven segera melakukan panggilan video call yang tentu saja mengaketkan Romeo yang hendak keluar dari salah satu restoran. Tempat ia makan bersama kliennya di hawai. “Aku di sini dan aku sudah tidak mau lama bermain dengan trik tidak berguna ini,” ucap Raven dengan memperlihatkan wajah seriusnya yang ingin secepatnya mengakhiri permainan yang menurutnya merupakan permainan yang sudah membosankan sekali yang tarik undur berkali-kali. Romeo menghela nafas panjangnya. “Aku juga setuju, kita selesaikan hari ini dan bagaimana kondisi tubuhmu. Jack mengatakan padaku, kau di rawat di rumah sakit berapa hari ini. Aku juga merasakan keanehan pada tubuhku, saat kau demam tinggi?” tanya Romeo dengan sederet pertanyaan yang membuat Raven berdecak kesal. “Jack memang, mulut ember.” “Bukan salah Jack, aku yang te
“Tidak perlu melawan, tidak ada seorangpun yang akan menolongmu. Malam ini kau harus melayani klien sampai mereka puas,” balas Raven dengan megigit telinga Ruster secara sensual dengan kedua telapak tangan meremas kedua dada Ruster dengan remasan kuat di sertai dengan memutar puncaknya yang membuat Ruster mendesah berapa kali secara mendadak. “Kau menjualku?” tanya Ruster dengan nada ketakutannya dan jantungnya berdetak puluhan kali lipat dengan cepat. “Anggap saja seperti itu, bukan kah kau suka di perkosa olehku. Bagaimana jika di perkosa juga oleh orang lain. Kita main bertiga, pasti akan sangat menyenangkan sekali. aku yakin kau akan di puaskan oleh kedua rudal berukuran fantasis,” ucap Raven dengan tawa bahagianya. Kedua tangannya terus meremas dada Ruster dengan kuat. Tit. Lift terbuka, Raven menyeret Ruster keluar untuk memasuki kamar 2022 di yang dekat dengan depan lift. Saat Ruster masuk ke dalam, ia terkejut. Karena melihat suaminya
"Kau terlalu lama,” ucap Romeo dengan melangkah ke belakang Ruster dan menyingkirkan pakaian Ruster dari tubuhnya. Ruster hanya bisa pasrah saat tubuhnya yang hanya mengenakan bra dan celana dalam terlihat di hadapan Raven yang sedang duduk memperhatikannya dengan tatapan penuh nafsu tinggi. Tangan Romeo bergerak nakal, meremas kedua dada yang masih terbalut bra. sesekali di tamparnya bokong Ruster yang berdiri dengan pastrah. semua ini ia lakukan untuk menyenangkan kembaranya. yang belum dapat jatah dari Ruster. "Katakan kau adalah jalang kami berdua!" perintah Romeo dengan menjilati leher Ruster dari belakang dengan lidahnya. PLAK Satu tamparan kembali mendarat di bokong Ruster yang berisi padat. karena Ruster seakan menulikan telinganya. "Ya..aku jalang kalian berdua," balas Ruster tersendat. Romeo terkekeh renyah dengan mengeluarkan kedua dada Ruster dari balutan bra, tanpa peringatan tubuh Ruster di dorong ke depan. tepatn
“Mungkinkah ia dan Raven terlalu kasar memperlakukan Ruster,” batin Romeo yang masih duduk di pinggiran ranjang. Sebelumnya tidak pernah ada seorang wanita yang Romeo tiduri bersama Raven hingga terjatuh pingsan. Dalam hati, Romeo sangat yakin Raven akan secepatnya menyingkirkan Ruster dari kehidupan mereka berdua. karena Romeo sangat tahu kakaknya itu tidak menyukai wanita yang lemah dalam urusan ranjang. maka dengan begitu, Ruster dapat kembali hidup bebas di luar sana. daripada terikat dengannya atau Raven yang akhirnya akan ke neraka bersama-sama. "Bagaimana keadaannya?" tanya Raven yang masuk ke dalam kamar setelah memberi berapa obat-obatan di rumah sakit. "Kau juga pulang ke sini?" tanya Romeo heran dengan kelakuan Raven. "Aku hanya mencemaskan Ruster. setelah kita gempur habis-habisan dan ia masih saja mengatakan tidak tahu," jawab Raven jujur dan duduk di samping tempat tidur menatap wajah Ruster yang pucat kelelahan. “Tidak biasanya
"Aku sayang padamu," ucap keduanya dengan memeluk Ruster bersamaan.Dahi Ruster semakin mengerut dalam, tetapi ia menikmati permainan kedua suaminya kali ini.Romeo mengandeng tangan Ruster di kiri dan Raven di kanan.Pintu utama di buka.Kedua mata Ruster terbelalak besar. ia melihat banyak tamu undangan yang hadir dan ada ibu juga adiknya."Ini?" tanya Ruster heran."Acara pernikahan kita," balas keduanya bersamaan."Ha?" balas Ruster yang masih binggung. tapi masih mengikuti keduanya berjalan ke altar."Dulu kita menipumu pakai pastor palsu untuk menikah, sekarang kita pakai yang asli. tepatnya kita akan menikah hari ini," jelas Romeo.Ruster melihat ke wajah Raven untuk meminta penjelasan."Maafkan kami berdua yang menipumu selama berapa tahun ini, pernikahan dulu tidak sah. ini yang sah," ucap Raven dengan senyuman lembut yang membuat hati Ruster meleleh."Jahat, kalian berdua sangat jahat. sampai aku
Romeo dan Raven saling memandang satu sama lain."Baik Bu. kami akan mempertaruhkan nyawa untuk menjaga Ruster selamanya dan tidak akan membiarkan siapapun mendekatinya," balas keduanya secara bersamaan.Ibu Ruster terkejut dengan tekat keduanya. lebih terkejut lagi, kenapa ia bisa melihat ada kembar yang segila keduanya yang mau berbagi istri.Selesai dengan acara pernikahan Keith dan Aelin.Ruster mengeluh sakit kaki, ia meminta kedua suaminya untuk memijat-mijatkan kedua kakinya. dengan posisi terbaring terlentang di atas ranjang yang besar dan empuk."Apa aku sudah tua? jadi badan aku sakit semua?" tanya Ruster kepada Raven dan Romeo."Siapa bilang kamu tua," balas Romeo yang tidak terima dengan perkataan Ruster yang mengatakan kata tua.Sedangkan Raven hanya diam. otaknya sedang sibuk dengan rencana selanjutnya. rencana yang akan membuat Ruster terkaget-kaget."Ven..." sahut Ruster pada Raven yang diam mematung sejak
Ruster melihat ke arah belakang, ia melihat tinggi sampai suara kedua suaminya memang sama satu sama lain."Kenapa aku baru sadar?" batin Ruster yang selama ini hanya bisa membedakan keduanya. kecuali orang lain akan susah."Mungkin aku spesial," lanjut Ruster dalam hati dengan perasaan bangga.Selesai memilih pakaian, ketiganya memutuskan segera pulang ke rumah. karena perut Raven sudah berbunyi nyaring.Romeo mengerutkan keningnya yang menatap Raven dengan tatapan jengkel."Sekarang perut Raven yang berbunyi, kemarin dirimu. kalian berdua ini selalu kompak deh," ucap Ruster dengan wajah senang. karena ia sudah malas mau jalan ke tempat lain lagi, beruntungnya nasib baik berpihak padanya.Raven hanya diam dengan wajah tidak senang. ia bisa saja memaksakan diri makan junk food atau makan luar. tetapi permintaan Ruster yang membuatnya tidak bisa mengatakan kata tidak.Sesampai di rumah, Ruster segera masuk ke kamar untuk melihat keanda
"Ven, kita harus menyelesaikan semua ini secepatnya. sebelum ketahuan oleh Ruster!" perintah Romeo kepada Raven."Kau juga, jangan sampai bocor. kita akan memperlihatkan pernikahan terindah dan termewah untuk Ruster," balas Raven dengan sikap seriusnya.Kedua kembar saling berpelukan, lalu tertawa renyah bersamaan."Kalian berdua kenapa?" tanya Ruster yang heran melihat kelakuan kedua suamianya yang super ajaib hari ini."Biasa, kita teringat permainan masa kecil. permainan yang kalah dan menang," dusta Romeo yang mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. sedangkan Raven memasang wajah masam.Ruster tertawa pelan, ketika melihat wajah Raven yang masam yang menandakan kalah permainan."Jangan marah lagi, ayo berangkat bersama-sama!" perintah Ruster menarik kedua tangan si kembar.Kedua pria sengaja jatuh ke dalam pelukkan Ruster dan bermanja-manja.
Ruster yang jengkel dengan kelakuan keduan suaminya. Ia memilih duduk di kursi lain daripada duduk di kursi yang membuatnya susah memilih. salah-salah di antara kedua suaminya akan bertengakr karena menganggap dirinya piluh kasih.Raven dan Romeo langsung pindah tempat duduk, melihat Ruster memilih duduk di tempat lain. daripada duduk di kursi yang mereka berdua tawarkan.Keduanya mengelus paha Ruster secara bersamaan sebagai arti lain.Ruster melototkan kedua matanya.Kedua pria kembar tersenyum lebar tanpa merasakan kesalahan.Ruster ingin mengumpat kedua suaminya kurang ajar. Tapi ia sudah terlena dengan sentuhan liar kedua suaminya yang semakin naik ke atas pahanya.Kryukkkk KryukkkkSuara perut Romeo yang super nyaring, membuat dahi Raven berkerut dalam. Lagi-lagi kesenangannya terhenti oleh ulah Romoe."Maaf," ucap Romeo
Jika orang yang sedang senyum itu adalah Romeo. mereka berdua tidak akan kaget seperti ini. tapi orang ini adalah Raven. maka di pastikan bencana akan datang dalam waktu dekat.Takut mendapatkan kemarahan, keduanya segera pamit dengan alasan mau fitting baju pegantin untuk acara bagian malam.Ruster sebenarnya sedikit terkejut dengan keputusan keduanya. yang tetiba pergi begitu tergesah-gesah.Sedangkan Raven masih duduk santai dengan kedua mata menatapi isi undangan pernikahan yang telalu simpel dan elegan.Jika di pikir-pikir, ia dan Romeo tidak pernah memakai kertas undangan untuk pernikahan Ruster. sesaat Raven merasa ia menajdi pria menyedihkan di dunia. untuk kertas seperti ini saja tidak mampu ia persiapkan untuk undangan tamu, saat menikahi Ruster."Sedang melihat apa?" tanya Ruster yang penasaran dengan sikap Raven yang diam sejak tadi."Melihat kertas undangan ini, begitu simple dan elegan. jika di pikir-pikir, aku dan Romeo tidak
"Lapar dalam arti apa?" tanya Raven yang berpura-pura bodoh. ia tahu Ruster meminta hal lain. Ruster yang kesal, langsung memukul wajah Raven dengan lembut. "Jangan pura-pura bodoh," seru Ruster yang dengan nada sedikit marahnya. Kemarahan Ruster di tangkapi dengan tawa oleh Raven. "Kau mulai jadi wanita binar," balas Raven yang menatapi Ruster dengan tatapan penuh nafsu. "Binar untuk suami sendiri, tidak salah kan?" balas Ruster yang mengedipkan salah satu mata dan mengigit bibir bawahnya. "Ya, tidak salah. justru sangat menyenangkan. aku suka itu," ucap Raven yang langsung menahan tengkuk Ruster. lalu mencium bibir Ruster semakin dalam di sertai dengan pangutan. Klekkk... Pintu terbuka dan Resti merasa bersalah. ia tidak tahu kedua tuannya sedang bermestraan di dalam ruangan kerja. "Ma-maaf... saya tidak sengaja," ujar Resti jujur. Raven hanya mendengus kesal. sedangkan Ruster berusaha mera
Kedua ayah hanya menatapi kedua anak kembar dengan tatapan kaget, bagaimana tidak, di usia yang masih belum 10 tahun, keduanya sudah akan masuk kuliah. "Daddy, kita mau pergi main-main dengan paman Zeus. boleh ya?" pinta Karlos memohon kepada Raven. "Ayolah Daddy, kita tidak akan nakal dan membuat Daddy cemas. boleh ya," pinta Raph kepada Romeo. Romeo melirik ke arah Raven dan begitu juga dengan Raven. keduanya saling menghela nafas panjang. bagaimanapun mereka sangat susah untuk memgatakan tidak kepada kedua anak kembar yang kini mulai tumbuh besar. "Janji jangan melakukan hal macam-macam yang membahayakan nyawa?" ucap Romeo pada akhrinya. "Tentu saja," jawab keduanya bersamaan. Raven mengelus kepala putra kesayangnya dan memeluknya dengan cinta. "Belajar yang cepat, agar bisa mengantikan daddy di masa depan. daddy capek kerja," ucap Raven kepada Karlos yang akan mengantikan dirinya di masa depan. Karlos menatapi
Melihat keduanya masih diam, Lius berjalan selangkah ke depan. Devan langsung mengakui apa yang terjadi barusan.BukSatu tinju melayang di wajah Devan Holland.Tanpa kata-kata Lius berjalan ke arah Romeo. satu kali pukulan juga di terima oleh Romeo. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu, Lius memilih mencari ruangan Raven dan ia melakukan serangkaian pemeriksaan. Lalu matanya melihat ke arah Raven yang tertidur dengan tenang.Devan dan Romeo masih di luar menunggu dengan was-was.Kali ini Lius tidak marah, ia hanya berjalan keluar dan hal ini membuat keduanya terheran.Romeo memilih kembali ke dalam kamar yang merupakan kamar Ruster, tetapi ia tidak menemukan Ruster di manapun.Panik, itu lah yang di rasakan oleh Romeo. ia mencari istrinya di semua tempat dan terakhir mengingat kamar raven. tebakan Romeo benar, ia melihat Ruster duduk di samping Raven dan mengenggam jemari Raven yang dingin."Apa yang terjadi," tanya Ruster me