Malam semakin larut Adinda yang kesal di kerjai oleh Kairo memutuskan untuk tidur disofa menjauhi Kairo, dia merasa sudah lelah sekali seharian ini dan besok juga harus banyak lagi yang akan dia kerjakan di kantor terkait urusan Benny, Adinda menegasakan pada Kairo agar laki-laki itu tidak mengganggunya tidur, bayangkan saja saat sudah akan terpejam tiba-tiba Kairo mengabari bahwa dia sedang sakit dan butuh tukang pijat malam itu juga, bagaimana mungkin ia tidak panik membayangkan Kairo kenapa-kenapa.
Kairo yang dilarang mendekati Adinda juga sudah terlelap di ranjang deluxe-nya dia pun sama lelahnya hari ini membuatnya benar patuh tidak mengusik Dinda yang tidur, hingga lelaki itu tiba-tiba terjaga di waktu menjelang pukul 3 pagi saat terasa ingin buang air dan segera bergegas ke kamar mandi.
Dengkuran halus terdengar teratur dikamar itu, Kairo mengambil segeral air setelah dari
Sesampainya mereka semua di Bandara tempat tujuan lagi dan lagi Adinda menjadi yang paling sibuk, dia harus menunggu bagasi mereka semua sementara yang lain menunggu di sebuahLoungedimana rekan Beny menjemput mereka disana.Orlin, Beny dan istri menikmati waktu bersantai mereka disana sembari mensantap desert dan beberapa minuman ditempat itu. Kairo tidak ikut bergabung dia mengatakan akan ke toilet.“Mas? Masih di toilet atau sudah sedang minta bantuan porter bawainbaggagebersama Dinda?” tanya Orlin sebab tadi dia berpisah dengan Kairo disana.“Saya BAB mulu nih, tunggu saja disitu, masalah bagasi urusan Adinda kan?" ucap Kairo di telepon, padahal dia sedang bersama Adinda disebuahcafé memangku kekasihnya itu yang sedang merajuk sebab di paksa meninggalkan pekerjaanya mengurusi bar
“Orlin minta tolong Mas….” Lihat Adinda pada Kairo memberikan ponselnya. Kairo kemudian mengambil dan membacanya.“Kamu buka?”“Belumcumalihat dari pemberitahuannya saja.”“Sudah biarkan saja.”“Eh nggak boleh gitu mas, mana tau beneran lagi kesulitan coba deh lihat dulu.”Kairo membuang ponselnya ke ranjang lalu ia menjatuhkan lagi dirinya disana,” Sudah saya mau tidur buruan kerjain pekerjaan kamu saya tungguin disini.”Adinda menarik nafasnya lalu menghembuskan,“Mas kamu kesini bukan untuk temani saya tapi untuk Orlin dan keluarganya sudahlah pergi sana temui dia nanti jadi panjang lagi dia ngaduin ke mama kamu.”“Iya saya tidur sebentar&hell
Samar suara alarm terdengar jauh dipendengaran Kairo, perlahan membuat dia yang bertelungkup memeluk sebuah bantaan sofa disebuah lantai terjaga, ia merasakan dingin dan seperti sedang berada disebuah tempat yang kosong. Seketika Kairo membuka mata dan dia terkesiap saat ia lihat dia sedang beradadisebuahkamar mandi. Kairo segera bangkit dan melihatdirinya yang hanya memakai sebuah handuk dan segeraia punmemasangnya dengan benar, Kairo tidak tahu dia sedang berada di kamar mandi siapa, sejenak ia memujat dahinya memutar ingatan apa yang terjadi sebelumnya. Kairo pun mendapatkan ingatan-ingatannya bahwa malam tadi dia bersama Orlin. Kairo mmenarik nafasnya berat lalu menghembuskan Kairo begitu menyesali malam tadi sepertinya ia telah melakukan sesuatu, ia sepertimelakukan aktivitas hubungan intim.
Mata Adinda masihmenyorotpadaKairo yang pergi begitu saja, sedetik kemudian beralih pada Orlin yang menyambut kedatanganya.“Hi Din siapa ini?”Orlin melebarkan senyumannya kepada Adinda.“Ah iya mba Orlin kenalin ini tetangga dirumah mama,tepatsebelahan rumah sudah seperti saudari sendiri, mas Hannankenalin,” Adinda meminta lelaki yang bersamanya itu berkenalan dengan Orlin sang anak Bosnyaitu.“Hi Orlin, liburan juga?”“Hanan, sayatour gatekebetulan sedang bawa tamu kesini.”“Oh,Tour Gate,”Orlin dan juga keduanya terlibat basa-basi disana, yang mana laki-laki bernama anak itu juga banyak bicara.Adin
Kairo tetap bersikeras melarang Adinda pergi lelaki itupun kemudian menyusul Adinda kekamar miliknya, ia mengetuk-ketuk kuat tanpa memanggil membuat Adinda yang sedang mengganti pakaian menoleh ke pintu dan langsung bisa menebak itu adalah Kairo. Merasa tidak nyaman akan ketukan itu yang sudah mengudara berulang-ulang kali Adinda pun segera membukanya. āTidak bisa ya Mas, kamu ketuk dengan pelan.ā Kairo segera masuk begitu saja melewati Adinda yang masih berdiri di pintu, āTetap akan pergi? Apakah sebuah keharusan? Jika kamu ingin sekali jalan-jalan saya bisa bawa kamu berkeliling!ā āKenapa harus dipermasalahkan sih? Saya cuma ingin jalan-jalan saja, lagi pula kamu juga kan akan pergi malam nanti, sore hari sudah bersiap-siap.ā Kairo menghadap kepada Adinda kemudian, āJikaitumasalah kamu? Saya batalkan sek
āApa yang terjadi, kenapa kamu ninggalin acara? Kamu tahu nggak sih Mas, kamu buat semua orang khawatir,ā Tatap Adinda pada Kairo yang selalu saja tenang dalam hal apapun. Kairo dengan santainya menyeringai lebar memunguti beberapa pakaiannya di ranjang untuk dirapikan. āKhawatir? Kamu khawatirin saya, bukanya kamu lupa dengan saya ya? Seharian pergi, seharian juga tidak memberi kabar atau b**a-basi minimal tanya saya dimana.ā Adinda berkerut dahi, bukankah mereka tadi bertengkar saling mengancam lalu dia pun pergi, aneh sekali bukan bagaimana bisa dia berbasa-basi. āSaya tanya kamu kenapa pergi dari tempat acara. Apa yang terjadi, jangan bahas lain deh! Gimana saya mau hubungi kamu, kamu saja marah-marah mulu.ā āUntuk apa juga saya lama-lama disana, seperti boneka pameran. Kita pulang besok terserah mereka mau pulang
Adinda terbangun oleh suara-suara aktivitas diluar kamar, samar-samar dari trolley beberapa room service hotel yang mungkin sedang beraktivitas. Satu tangan mengusap pada mulutnya yang terbuka, Adinda merasa heran seperti ada yang berbeda.Saat ini dia sedang berselimut memakai sebuah bantal dikepala dan masih di atas sofa, “Mas?” Adinda tidak mendapatkan Kairo bersamanya, semalam Adinda ingat dia ketakutan lalu berlari memeluk lelaki itu dan setelah itu tidak ada interaksi apapun, Adinda yang kelelahan mendapati posisi yang aman dan nyaman pun segera memejam tidur.“Mas kamu mandi?” Ulangi Adinda lagi segera mengedarkan pandangannya disekitar mencari Kairo, dia tidak tampak ada dikamar mandi, tidak ada suara aktivtas air menyala atau suara apapun disana. Segera Adinda bangkit dari sofa, mengambil ponselnya di meja lalu menyalakannya.
Orlin benar-benar membabi buta ia menghantam wajah Adinda hingga menjambakinya, beberapa menit terjadi baku hantam Orlin yang benar-benar seperti orang kesurupan sementara Adinda bersikap cool berusaha terus mengelak, Adinda bukan marah atau menangis mendapat hantaman tangan Orlin diwajahnya ia malah tertawa mengejek, padahal wajahnya nyaris memar dibagian sisi pipinya hingga bibirnya.“Bisa dilihat seperti apa kualitas diri, orang sekasar kamu pantasnya jadi kepala jambret bukan seorang pengusaha atau entrepreneur, hahah usahawan apa? Jual beli ekstasi atau kondom motif doraemon?”Orlin mencoba tertawa dia masih belum puas sudah menghantam wajah Adinda, “Omong kosong! Lawan aku? Tidak bisa melawan? Sudah siap mati, upss janganOrlin nanti gagal nikah….”Adinda menyeringai lebar, “Menikah dengan siapa, siapa yang
Beberapa bulan kemudian. āAssalamualaikum, Papa pulang!ā Suaran Kairo didepan pintu rumah menggema hingga keseluruhsisi rumah besar itu. Segera mungkin Adinda dan Edgar bersembunyi, mereka inginmemberikan Kairosurprisedi hari ulang tahunnya ini, Kairo merasa aneh biasanya saat dijam-jam dia akan pulang bekerja istri dan anak-anaknya sudah menunggunya didepan pintu namun hari ini tidak ada sambutan apapun. āMamaaaa! Edgarā¦Putihā¦ā Mereka pun tertawatertahanmendapati Kairo mencari mereka, namun Putihbayi5 bulanyang belum mengertiitubergemingmengeluarkan suara centilnya, āPapaa papaā¦ā Ssssstā¦
Seminggu sudah usia baby putih, Adinda dan Kairo kini masih menempati kediaman orang tua Kairo menunggu rumah baru mereka sedikit direnovasi, Rumah keluarga Kairo bertambah ramai dengan kehadiran bayi mungil itu sebab sudah sejak Edgar seusia sekarang dan dan anak-anak dari Bella dan Jasmine sudah besar juga, lama sekali tidak ada kehadiran bayi dirumah keluarga itu.Putih menjadi sesuatu yang menggemaskan diperebutkan disana, dia merupakan cucu perempuan paling kecil dari 6 cucu Rifandhiya yang kebanyakan adalah anak laki-laki kecuali anak Jasmine cucu petama Rifandiya. Di pagi hari yang cerah dengan matahari yang terbilang tidak terlalu terik lelaki setengah abad ayah Kairo itu sedang berkeliling kediamannya menggendong Baby Putih sembari sedikit berjemur.Lelaki itu hampir tidak pernah melakukan hal seperti ini sebab dia menetap diluar kota sebelumnya dan jarang sekali banyak waktu bersama para cucunya, namun saat ini anak-anakanya sudah melarang d
Meninggalkan semua masalah yang ada dirumahnya Kairo, dan mendapatkan izin, Kairo segera membawa Adinda kerumah sakit, dengan supir dan pembantu yang menghantarkan Adinda dan Edgar Kesana tadi, Adinda benar-benar merasakan kesakitan yang teramat sedari tadi ia merasakannya hanya saja kepanikan hilangnya Kairo membuat dia menepiskan rasa sakit itu.Sampai di mobil terus saja bibir Adinda menggerutu sembari menahan sakit, memarahi suaminya sepanjang jaloan tidak berhenti.“Kamu kebangetan tahu nggak! Ini semua karena kamu,” Adinda meremasi tangan Kairo yang memeganginya mengelukan sakitnya.“Sayang tahan dulu marahnya, fokus dulu...oh Tuhan kamu sepertinya sudah pembukaan ini.” Pahma Kairo akan itu.“Kamu buat saya strees! Kamu tahu nggak sedari tadi saya sudah nahani sakit! Ceritain ada apa di
7 Bulan kemudian. Kemeriahan acara baby shower yang di adakan oleh keluarga Dinda juga Kairo begitu meriah di sebuah resto berbintang lima, seluruh keluarga besar menghadiri acara keluarga itu, bertemakan putih-putih, Kairo dan Adinda masih merahasiakan jenis kelamin anak kedua mereka dan memang tidak ingin membagikannya hingga lahiran nanti namun yang terpenting adalah perkembangannya cukup baik. Tidak ada yang perlu dikeluhkan kata Kairo sikap istrinyalah yang terlalu banyak keluhan dan maunya, setiap hari ada saja keinginan anehnya yang ia sebut dengan mengidam. Meminta suaminya bekerja dengan kemeja Bunga-bunga, makan es kelapa muda langsung dibawah pohonnya, berenang disebuah sungai, memancing ikan, yang paling menyebalkan adalah selalu pergi ke salon dan meminta suaminya ikut juga melakukan perawatan seperti dia. Lebih tepatnya hanya dibua
Sebuah pantai nan Indah dibagian timur Indonesia menjadi tempat Kairo dan Adinda honeymoon sekaligus baby Moon, perkembangan bayi dalam kandungan Adinda cukup baik, dia pun tidak mengalami gejala morning sickness yang parah hanya saja memiliki mood swing yang selalu aneh dan menyebalkan, kerap kali menangis tanpa sebab, marah kejelasan dan mencemburui yang bukan-bukan.Meninggalkan Edgar merupakan rasa yang sulit untuk Dinda, dia merasa kasihan dan tidak tega sebab Adinda sudah berjanji kemanapun mereka bertiga akan selalu bersama-sama namun sang mertua melarang itu, bagaimanapun keduanya butuh waktu untuk berduaan.Bagaimana pun Adinda adalah ibu baru yang harusnya menikmati waktu berduaan yang banyak bersama suaminya apa lagi hamil muda, termasuk diluar mengasuh Edgar demi kewarasan jiwa dan emosional tidak ada yang tahu dalam kondisi hamil Adinda mengalami keluhan yang tertahan.
“Dindaa kenapa duduk dilantai semen seperti itu, itu dingin! Kenapa juga kamu makan nenas-nenas muda itu kamu nggak sayang anak kamu!” Hermita begitu marahnya saat ia lihat yang ditangan Adinda adalah potongan nenas muda, “Kalau Kairo tahu pasti kamu dimarahi!”Adinda terkesiap mendapatkan pekikkan dari Mama Kairo tersebut, ia begitu terperangah bahkan buah yang sudah di tangannya hendak masuk mulut pun menjadi jatuh, “Mama—““Ayo masuk kedalam,” Dengan menarik nafasnya Hermita mendekat pada Adinda lalu membantunya bangkit, Kini dia memang jauh lebih berisi dari sebelumnya dulu, “Widya bawain sedikit rujaknya untuk Dinda jangan kasih yang terlalu asam-asam apa lagi nenas itu tajam loh!” Hermita menuntun Adinda masuk kerumah.Para pekerja rumah disana saling berpandangan mereka tahu belakan
Pagi-pagi sekali Adinda bangun, ia segera mencari tas Kairo yang mana lelaki itu semalam membawa tespack untuk istrinya itu, Adinda segera bergegas turun mencari tas Kairo lalu segera kekamar mandi saat hari padahal masih gelap dan Kairo pun masih terlelap.Adinda memanjatkan doa ia mulai memasukan alat pemeriksaan itu pada urinnya dan ia pun menunggu sejenak hasilnya.Dinda merasakan jantung yang berpacu cepat, ia begitu deg-degan akan hasilnya menghitung detik waktu seperti yang ada tata cara pemakaian membuat beberapa detik saja terasa sangat lama.Hingga waktu yang ditunggu tiba, Adinda segera mengangkat hasil pada benda berbentuk digital itu dan hasilnya, seketika membuat dia berkaca-kaca.Adinda menangis, air matanya luruh, Adinda segera memeluk benda itueratdan bergegas keluar dari kamar mandi tidak sabar men
Hari beranjak sore, Adinda tengah menyiapkan makanan untuk keluarga kecilnya, sementara Kairo sedang berada diluar merapikan sedikit halaman kecil dirumah mereka dan Edgar bermain sepeda diluar sana.Tib-tiba saja dari pintu dapur Edgar muncul ia hendak kedapur untuk minum.“Ma!” Adinda terkesiap entah sejak kapan Edagr sudah disana, Ia yang sedang memasak kemudian menoleh melihat pada Edgar.“Ya sayang? Edgar bikin kaget ih!”Edgar pun sumringah tertawa lebar memperlihatkan gigi-gigi kelincinya, “Kata mama kalau manggilnya mama, nanti Edgar akan punya adik tapi mana adiknya.”Adinda seketika tertawa, “Hemm…Edgar sudah ingin punya adik?”“Kan mama bilang nanti Edgar kalau punya adik bisa punya tem
Setelah Adinda berhasil mengambil barang-barang milik Edgar secara paksa mereka pun segera pergi mencari penginapan, sebuah taksi sudah membawa ketiganya namun dalam keadaan yang bergitu histeris, Edgar menangis tidak berhenti ia begitu ketakutan terus meminta pada sang papa yang memeluknya agar mereka segera pulang ke Jakarta.Edgar merasa jika dia masih disana kemungkinan untuk kembali lagi bersama Renata cukup besar, “Papa Edgar mau pulang! Edagr mau pulang kerumah kita, Edgar nggak mahu kembali keLA! PAPA TOLONG!”Kairo menebak Renata pasti membuat Edgar tertekan hinga membuat dia seperti ini, “Tidak akan ada yang pernah bisa membawa Edgar dari papa, apa lagi mama Edgar.”Hiksss hiksss, “Edgar mau pulang…Edgar mahu pulang!”Adinda disebelah Kairo mencoba menena