HAPPY READING***Anja terdiam memperhatikan Richad, ia melihat jam di tangannya menunjukan pukul 19.20 menit, “Saya harus pulang,” ucap Anja, sejujur ia hampir gila memikirkan ciuman yang telah mereka lakukan beberapa detik yang lalu, dan ciuaman itu masih terngiang-ngiang dalam ingatannya. Ia tidak mengerti kenapa pria itu menciumnya secara berutal seperti itu, hingga controlnya semua hilang.“Anja.”Anja menoleh memandang Richad, “Iya.”“Bagimana dengan ciuman kita?” Tanya Richad sebelum Anja keluar dari ruangannya.Anja tidak menyangka kalau Richad akan membahas ciuman mereka, ia menarik nafas beberapa detik, “Apa kamu mau, kita membahasnya?”“Iya, karena saya sudah merasakan kamu mencium saya balik.”“Terus kamu maunya bagaimana?” Tanya Anja lagi.Richad mendekati Anja, ia melihat iris mata bening itu, ia meraih jemari itu, ia genggam erat, “Saya ingin kamu settell sama saya.”Jantung Anja berdegup kencang ketika pria itu mengatakan settlell, dan ia harus menetap. Ia merasakan Ri
HAPPY READING***Wiliam memperhatikan Livy, ia tidak menyangka bahwa mama ingin menjodohkannya dengan wanita satu ini. Oke, ia akui dia cantik, dan sekarang tumbuh dewasa. Livy itu anak dari salah satu stasiun TV swasta, kalau tidak salah dia tiga bersaudara, dan Livy ini anak terakhir.Ayahnya tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Saat ini ayahnya sebagai komisaris di Media Teknologi yang merupakan salah satu perusahaan konglemerat yang berpusat di tower SCTI Senayan City dan merupakan teman dari ibunya.Ia tahu bahwa mereka memang susah-susah gampang untuk mencari pasangan, karena ia harus mencari yang sepadan dengan keluarganya. Jika hanya cantik, semua wanita sangat banyak seperti itu. Silih berganti orang tuanya menjodohkan dia, namun belum ada satupun menarik perhatiannya.Jujur sejak kecil ia sudah di doktrin oleh keluarganya, jika ia harus mencari wanita yang sepadan dengannya, dalam artian yang sepadan dengan kekayaan keluarga mereka. Otomatis ia harus me
HAPPY READING***“Di anter sama driver.”“Enggak bisa bawa mobil?”“Bisa, tadi mami nyuruh dianter sama driver.”“Kamu tinggal sama mami kamu?”Livy tertawa, “Enggak lah, udah pisah rumah lama. Livy tinggal di District 8, deket kok dari sini.”“Deket banget dong, ya.”“Willi tinggal di mana?”“Pondok Indah. Mau main ke rumah?”Livy tersenyum, “Nanti aja, next time.”Willi dan Livy sudah menyelesaikan makannya, Willi memanggil server dan membayar bill mereka. Willi melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 08.20 menit. Mereka melangkahkan kakinya menuju pintu lobby.“Livy.”“Iya.”“Saya antar kamu pulang aja, ya,” ucap Willi.Livy tersenyum dan mengangguk, “Iya.”Livy dan Willi masuk ke dalam lift dan lift membawa mereka menuju basement. Livy mengeluarkan ponsel dari tas nya, ia mencari kontak driver. Pintu lift terbuka, Livy meletakan ponsel di telinga, ia menunggu hingga driver mengangkat panggilannya. Beberapa detik kemudian, ponselpun terangkat.“Halo, non.”“Pak, Livy
HAPPY READING***“Tapi ketika di pakai sepatu itu, kalau di ajak jalan bareng gitu berat banget. Kalau satu jam dan dua jam wajar masih bisa dijalani. Tapi kalau seharian kayaknya nggak bisa. Livy nggak mau kaki Livy pegel.”“Willi pernah nggak sih denger hubungan di mana semua orang bilang cocok banget sama kita. Dia juga liat sempurna. Tapi udah kenal deket sama dia, buat ragu, kadang pacar yang hebat belum bisa jadi suami yang baik.”“Ya kayak gitu sih analogi hubungan jodoh. Akhirnya capek mutusin ambil yang tadi, karena udah terlanjur sayang, mungkin nanti akan melunak, mungkin nanti dia nggak berat, mungkin nanti bakalan terbiasa, dibanding nggak jadi beli kan.”“Ini tuh kayak jalanin hubungan toxic, nggak apa-apa kok dia pemarahh, nanti juga bakalan berubah.”“Well jadi kamu pilih yang mana?” Tanya Willi penasaran.Livy tertawa, “Livy nggak jadi beli semua.”“Kirain kamu beli yang terakhir.”“Tapi 2 hari kemudian Livy balik lagi, minta anterin temen. Kadang kalau lagi galau, o
HAPPY READING***“Apartemen kamu bagus,” ucap Willi, ia melangkah mendekati sofa dan ia lalu duduk, ketika Livy menaruh cangkir kopi di meja.“Thank you. Livy juga suka di sini, karena ada balkonnya.”“Ini kamu yang pilih sendiri?”Livy mengangguk, “Iya.”“Nice. Berapa kamar?”“Dua.”“Cukup sih kalau tinggal sendiri.”Willi menatap Livy duduk di sampingnya. Wanita itu meraih gelas dan menyesap kopinya secara perlahan. Ia juga meraih gelas itu sambil memandang Livy, wanita itu mengambil remote TV di meja, sedetik kemudian TV menyala. Acara siaran TV pun terdengar.“Boleh tanya?” Tanya Livy menatap Willi.“Boleh, tanya apa?” Willi menaruh cangkir di meja, kopi yang dibuat Livy seperti kopi pada umumnya.“Menurut kamu, apa yang membuat laki-laki jatuh cinta dengan wanita?” Tanya Livy membuka obrolan.Willi menatap Livy dengan serius, ia mulai berpikir beberapa detik, “Saya tidak munafik, hampir semua pria itu makhluk visual, dan penampilan wanita menjadi utama.”“Jujur hampir semua la
HAPPY READING***“Iya, kalau udah di depan kost kasih tau aja.”Willi mematikan sambungan telfonnya, ia menjalankan mobil lalu meninggalkan area rumah. Entahlah, ia merasa bahwa untuk saat ini ia lebih nyaman bersama Anja. Ia tahu bahwa hati itu fleksible, bentuknya bisa berubah dengan cepat. Bisa jadi hari ini mereka saling cinta dan besok mereka berubah jadi benci.Cinta itu layaknya tanaman, yang harus di rawat, di kasih pupuk, dan disiram setiap hari, agar tumbuh dengan subur. Kalau dibiarkan layu dan tidak terurus, maka perlahan akan memudar. Semoga itu tidak akan terjadi pada dirinya.***Anja bersandar di tempat tidur, Willi akan datang ke sini ada perasaan cemas menghantuinya. Ia tahu kalau hubungan mereka hanya sebatas FWB, namun tetap saja membuatnya tidak berhenti berpikir. Di satu sisi pikirannya dipenuhi oleh Richad. Tadinya ia ingin tidur saja melupkan sejenak tentang dunia.Namun beberapa menit kemudian William menelfon akan ke sini, Anja berdiri menuju jendela ia mem
HAPPY READING***Willi tersenyum, ia mengubah posisi tubuhnya menyamping menatap Anja, “Waktu kecil, saya dan dia tidak ada yang special. Jadi biasa aja, setidaknya saya sudah kenal dia siapa. Dulu tubuhnya kecil menemani saya main game. Lalu bertemu lagi dan dia sudah menjadi wanita dewasa, kira-kira seumuran kamu, lebih muda dia sih satu atau dua tahun dari kamu.”“Ngobrolnya gimana? Nyambung?”“Lumayan.”“Kencan beberapa kali lagi, kamu pasti akan klik sama dia,” gumam Anja.Willi tertawa, ia menangkup wajah cantik itu, “Kamu nyuruh saya berkencan dengan dia lagi?”“Iya, buat mastiin kamu klik atau nggak sama dia.”“Dan kamu?”“Saya tetap jadi FWB kamu Willi, saya tidak akan marah walau kamu sudah menikah sekalipun dengan Livy. Namanya Livy kan?”“Iya, namanya Livy.”“Aku nggak masalah.”“Menurut kamu bagaimana?” Tanya Willi.“Ajak dia kencan sekali lagi, why not? Tapi kamu suka atau nggak sama dia?”“First impression, dia oke menurut saya.”Anja tersenyum ia menyentuh dada Willi,
HAPPY READING***“Enggak sama sekali,” ucap Anja terkekeh.“Dasar ya mesum.”“Terus lo gimana nanti?”Anja mengedikan bahu, “Tau deh, yaudah jalanin aja.”“Terus William?”“William masih jalan, tadi malam aja masih ke kostan.”“Richad dan William, oke mana?” Tanya Juliet penasaran, ia menghentikan mobilnya di coffee shop.“Sama aja sih, tipe bos maha segalanya, dialah sang pemilik semesta alam.”Juliet mendengar itu lalu tertawa geli, “Si Richad itu kayak pak Emmanuel nggak sifatnya? Atasan lo yang dulu.”“Enggak tau, kan dia baru sama gue.”“Kalau pak Emmanuel gimana?”“Pak Emmanuel selama gue kerja sama dia, lumayan keras kepala, kalau ada kerjaan lama banget selesainya, padahal gue kan time table banget. Vendor dan klien itu udah nungguin, tapi nggak peduli, dan harusnya si vendor dan klien nungguin dia. Dia suka marah-marah kalau kerjaan pihak ketiga lama. Tapi kalau udah selesai marah dia suka traktir gitu.”“Kurang lebih si Richad kayak gitu, kayak buah jatuh nggak jauh dari p
HAPPY READING***1 bulan kemudian,“Oh My God!” Teriak William dalam hati. Ia menatap Anja, dengan rambut sebahunya, ia tidak tahu sejak kapan Anja memangkas rambutnya panjangnya menjadi separuh, lalu tatapannya berubah dan senyumnya berkurang, ia berubah menjadi ragu. Ini sudah sebulan berlalu Anja tidak bersamanya, ia hampir gila memikirkan wanita itu setiap harinya.Willi memejamkan mata beberapa detik, ia menutup wajahnya dengan tangan, ia menghabiskan dua Minggu di Eropa di kota terpencil hanya karena memikirkan wanita itu. Untuk masalah Livy sudah ia selesaikan sejak ia mengatakan cintanya kepada Anja. Orang tuanya menyayangkan hubungannya dengan Livy, namun apa boleh buat ini semua tentang keputusannya. Ia tidak bisa menikah dengan orang yang tidak memiliki perasaan yang sama.Willi merasa senang kalau Anja kini menghampirinya, namun beberapa detik kemudian ia berubah menjadi jengkel dan kesal. Memasang topeng tidak peduli di wajahnya, ia melangkah mendekati Anja yang berdir
HAPPY READINGBeberapa hari kemudian, itu merupakan terakhir mereka bertemu, William tidak lagi menghubunginya walau ia sudah membuka blokir ponselnya. Selama beberapa hari itu, jujur pria itu tidak lepas dari kepalanya. Masih teringat dalam ingatannya, bagaimana pria itu memeluknya, tertawa bersama, saling bercerita, deeptalk, pillowtalk, moment seperti itu sangat berharga untuknya. Mereka bisa bercerita banyak hal, walau moment itu hanya sebentar, entahlah ia merasa kalau setiap moment yang mereka lakukan itu sangat terkenang.Ia mulai menerima dan menyadari bahwa perasaannya terhadap William itu ada. Ia tidak menapik kenyataan bahwa ia memang menyukai Willi. Ia tidak bisa membohongi perasaanya, semakin berpikir semakin membuatnya tidak tenang. Ia berbicara pada diri sendiri, apa ia sanggup menjalin hubungannya dengan William.Untuk Richad, entahlah ia merasa gamang, pria itu memberi prihatian lebih kepadanya, tidak jarang ia dan Richad makan siang bersama. Dia sangat baik, bahkan
HAPPY READING“Jelaskan pria mana yang tidak marah, wanitanya bersama pria lain. Pria itu bahkan selevel dengan saya!”“Saya hampir gila tiba-tiba kamu pergi meninggalkan saya!”“Saya seperti pria yang tidak tentu arah karena kamu pergi begitu saja, tanpa kejelasan apapun!”“Mungkin saya salah karena saya bertanya apakah kamu tidur dengannya! Saya mengatakan seperti itu karena saya takut kehilangan kamu! Saya tidak bisa, wanita saya berbagi dengan pria manapun!”“Oh God, bagaimana lagi saya harus menjelaskan kepada kamu!”“Apa perlu pembuktian kalau saya ini cinta sama kamu!” Teriak Willi.“Kamu mau bukti, kalau saya bisa menikah dengan kamu!”“Ayo kita menikah! Kalau kamu mau! Saya mau mengikat kamu sehidup semati!”“Saya tidak peduli lagi dengan keluarga saya! Mereka tahu apa tentang peraasaan saya!”“Persetan dengan Livy! Tidak peduli statusnya apa! Saya tidak akan pernah terpikirkan untul bersanding dengannya apalagi memacarinya!”“Yang saya pikirkan saat ini itu, kamu!”“Hanya k
HAPPY READINGAnja duduk di kursinya, “Sudah lebih baik,” ucap Anja, ia menaruh kopi dan handbag-nya di meja, ia melihat map di atas meja kerjanya. Itu kerjaan yang telah diselesaikan oleh staff nya, namun ia tetap mengoreksinya. Ia juga mengambil pekerjaanya di laci dan ia taruh di meja.“Selamat pagi ibu Anja.”Anja lalu menoleh, ia menatap Richad tepat berada di belakangnya. Ia dengan reflek berdiri, ia lalu tersenyum kepada pria itu.“Selamat pagi juga pak.”“Apa kabar kamu hari ini?”“Ah ya, baik,” ucap Anja gugup, ia memperhatikan penampilan Richad dia mengenakan kemeja berwarna putih dan celana abu-abu, dia sangat sempurna.“Syukurlah kalau begitu. Ponsel kamu tidak aktif dari kemarin, membuat saya khawatir.”Anja tersenyum, “Saya baru mengaktifkan ponsel saya barusan, maaf membuat bapak khawatir.”“Yaudah kalau begitu, saya ke office dulu. Kamu lanjut kerja.”“Baik pak,” ucap Anja.Anja lalu duduk kembai, ia lalu segera melihat ke arah ponselnya, ia melihat banyak pesan dan p
HAPPY READING***Richad melirik Anja yang berada di sampingnya, wanita itu hanya diam, ia tidak tahu apa yang terjadi antara Anja dan William. Tangan kirinya menghidupkan audio mobil, sambil memanuver, ia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.“Kamu belum cerita apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan William,” ucap Richad.Anja hanya diam, bagaimana mungkin ia bisa menceritakan kisah ini dengan Richad, sedangkan apa yang terlah ia lakukan adalah hal yang paling gila di muka bumi ini, ia sudah tidur dengan pria itu berulang kali tanpa status apapun.Richad menunggu beberapa detik, hingga Anja menceritakan apa yang telah terjadi, namun wanita itu memilih bungkam,“Kamu langsung mau pulang?” Tanya Richad, sepertinya Anja belum mau cerita kepadanya.“Iya, langsung pulang saja,” ucap Anja.Richad menatap Anja, ia tahu kalau ia harus menghargai privasi Anja, ia tidak bertanya lagi apa yang telah terjadi. Sepanjang perjalan mereka mendengarkan lagu dari audio mobil. Hingga
HAPPY READING***“Saya tidak suka kamu bersamanya.”Anja terdiam beberapa detik mencerna kata-kata Willi, “Kamu bukan apa-apa saya, dan kamu tidak berhak menghalangi saya untuk pergi dengan siapa saja!” Ucap Anja, kali ini ia tidak bisa mengontrol emosinya.Wajah Willi merah padam, ia semakin mendekati Anja, otomatis tubuh Anja mundur ke belakang,“Kamu itu milik saya, saya tidak suka kamu pergi dengan pria lain, selain saya. Paham kamu!” Ucap Willi menahan geram.“Apapun status kamu dengan pria itu, saya tidak suka suka kamu bersamanya!”Anja mendongakan wajahnya, menatap William dengan berani, ia memandang iris mata itu,“Kamu pikir kamu siapa hah!” Ucap Anja lepas control, ia tidak suka diperlakukan semena-mena seperti ini.“Kamu milik saya paham! Saya tidak mau ada laki-laki lain bersama kamu selain saya!”“Ingat saya bukan milik kamu. Sejak awal kita tidak memiliki hubungan apa-apa.”“Apa pantas wanita yang saya tiduri tiap hari lalu, dia bersama pria lain. Kamu ini apa sebenar
Happy Reading***Willi melangkah masuk ke Grand Ballroom bersama Livy, tangan wanita berada di lengannya. Di hadapanya ada keluarganya dan keluarga Livy yang lebih dulu masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru area ballroom, ballroom di sulap menjadi pesta yang mewah. Dekorasi yang indah, ia meneruskan langkahnya.Banyak orang yang berlalu lalang di sana, ada beberapa orang yang ia kenal dan menyapanya. Ia memandang kedua orang taunya sudah duduk di kursi bersama tamu lainnya. Langkah Willi terhenti fokusnya pada seorang wanita yang sedang buduk di salah satu table, dia mengenakan dress berwana hitam, dia tidak sendiri melainkan bersama seorang pria di sana, mereka sepertinya tampak asyik sedang berbicara. Wajahnya merah padam melihat keakraban mereka. Pikirannya berkecamuk, kenapa Anja bisa berada di sini? Sebenarnya apa hubungan mereka berdua?Willi tahu jika pria sudah berani mendekat, dan mengajak ke pesta itu tandanya pria itu menaruh hati kepada wanita itu. Richad t
HAPPY READING***“Kamu cantik sekali,” ucap Richad.“Terima kasih,” ucap Anja.“Sudah siap?”Anja tersenyum dan mengangguk, “Iya, sudah.”Richad dan Anja masuk ke dalam mobil, dan setelah itu mobil meninggalkan area lobby kost. Richad memanuver mobilnya, ia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya. Sementara tangan kirinya menghidupkan audio.“Acaranya di mana?” Tanya Anja.“Di InterContinental Pondok Indah.”“Siapa yang nikah? Teman kamu?” Tanya Anja penasaran.“Teman rekan bisnis ayah saya, dia pemilik Lipo Grup, anaknya yang menikah.”Ia sekarang tahu siapa yang menikah. Siapa yang tidak kenal dengan Lipo Grup salah satu perusahaan besar di Indonesia yang didirikan oleh keluarga Wijaya, bisnisnya diberbagai bidang, perbankan, property, telekomunikasi hingga medis. Setidaknya dia memiliki 15 jenis perusahaan. Dia salah satu konglomerat di negri ini.“Pasti meriah banget.”“Sepertinya begitu,” ucap Richad.Richad melirik Anja, “Bagaimana menurut kamu dengan pernikahan mewa
HAPPY READING***Anja mendekati Willi, pria itu lalu meraih jemarinya dan dia selipkan ke jemari-jemari tangannya,“Ini untuk keperluan kamu.”Anja memnatap Willi beberapa detik, ia memang sudah pantas menjadi sugar baby nya Willi jika seperti ini. Perasanya saat ini mixed feeling, ia tahu kalau Willi pria matang, ketika mendengar dari dia menceritakan tentang keluarganya saja itu menunjukan kalau dia berasal dari keluarga harmonis, ikatan keluarga sangat dekat, lingkungan yang baik, dia memiliki privilege, dan yang penting tahu bagaimana memperlakukan wanita agar nyaman dan tetap bersamanya dengan segala yang dia miliki. Sebenarnya ia sama saja dengan gadis biasa yang didekati Willi, bedanya hanya ia harus menjaga hati dan kuat mental, ketika dia bercerita tentang wanita yang dijodohkankan dengannya. Hubungan ini hanya sekedar relasi, dan tidak akan pernah berlanjut ke jenjang pernikahan.Willi memberinya finansial, dan ia juga mendapatkan mentorship yang baik. Fair enough, kalau di