Flora terbangun ketika mendengar suara Reno tertawa, membuka matanya ,melihat Reno duduk di ujung tempat tidur sedang menelpon. "Are you happy? " tanya Reno. “ You think I’m happy to meet you? I’m scared met you.” Reno mendengkus kasar, dengkusannya membuat Flora bertanya dalam hati siapa yang menelpon Reno. Flora menatap Reno yang asyik menelpon seseorang, wanita atau pria? Batin Flora. "Flora ? No, she’s sleeping" . Mendengar namanya disebut, Flora langsung bangun," Siapa yang menelponmu pagi-pagi?" tanyanya. Reno langsung mematikan telepon , melempar ponselnya ke tempat tidur, tdak lama terdengar dering telepon yang sangat tidak diharapkan Flora. Dibiarkan terus berdering. “Kenapa kamu tidak angkat?” tanya Reno. “Angkatlah buatku, aku lagi malas.!” Jawab Flora, menatap Reno lekat-lekat ingin mengetahui reaksi Reno. Reno mengambil ponsel Flora dari nakas,” Devil woman? Siapa itu?” tanya Reno. “Bacalah messagenya, kamu akan tahu!” Reno menggulir dan membaca message.
Flora tahu, Reno adalah publik figur di Singapura bahkan di Jakarta. Dia tidak ingin mengambil resiko jika tiba-tiba kelainan s*ksual Reno diekspos di media sosial. Flora berdecak kesal, Irene benar-benar psikopat! Cis,Succubus, wanita iblis yang suka menggoda laki-laki, menggairahkan, rambut panjang bergelombang dan memiliki lekuk tubuh yang sempurna persis yang dimiliki Irene. Succubus makhluk mitologi Yunani , cerdas, licik dan mematikan. Karakter Irene ! Mungkin kecantikan dan karakternya membuat Reno takluk padanya? Batin Flora. Aku bersiteru dengan iblis wanita yang akan merusak kehidupan rumah tanggaku. Mampukah aku bertahan? Setahun sudah aku mencoba bertahan, mencoba menghinakan diriku seperti seorang p*lacur membuat Reno bergairah secara normal, menahan semua kekerasan yang dibuat Reno jika fantasi liarnya muncul tanpa bisa kukendalikan bahkan aku turut liar dan tak terkendali mengikuti gaya permainannya yang menurutku sudah di luar nalar,batin Flora lalu menangis terisak-
Flora tidak bisa tidur,terus memikirkan kejadian yang menimpa Reno dan kelakuan Liza terhadapnya. Apakah Irene telah mencuci otak Liza, tapi kapan Irene bisa menjumpai Liza dan Ami , bukankah tidak mudah masuk ke lingkungan asrama tanpa tanda pengenal dari keluarga? Tubuhnya bergetar ketakutan, membayangkan tubuh Reno penuh bilur-bilur bekas cambukan dan darah mengering di tubuhnya.Perasaan dan pikiran Flora terguncang hebat. Kejadian tadi membuat mental Flora tidak stabil, berimbas pada air susunya yang tidak mengalir seperti biasa membuat Dean menyesap dan menghisap kuat-kuat agar air susu yang diinginkan bisa keluar dengan lancar. Jemari kecilnya bergerak-gerak memegang payudara Flora, ada kegelisahan karena ASI menetes lambat. Akhirnya Dean merengek kemudian menangis, susah payah Flora memeras payudaranya serta mengubah posisi agar air susunya bisa keluar. Dengan penuh perjuangan , Dean akhirnya bisa menyusu kemudian tertidur lelap .Flora tidak dapat memejamkan matanya, takut p
Diruang interogasi, Flora ditanya dengan berbagai pertanyaan yang membingungkan Flora. Untung ia didampingi pengacara perusahaan RB&J Buildings milik Reno. Flora tahu bukan Reno yang menyuruh dirinya didampingi pengacara perusahaan, tapi Krishna. Masa kelam Reno dan siapa Irene sebenarnya sangat diketahui oleh Krishna dan menurut Krishna dia sudah memaparkan kepada polisi. "Mungkin Flora diminta untuk mempertegas apa yang telah aku paparkan,"kata Krishna. Saat itu Flora menyesal, salah satu bukti akurat adalah buku harian Reno. Tapi buku harian sudah dimusnahkan karena Flora tidak ingin suatu saat akan diketahui oleh anak-anak Liza, Ami dan Dean. Liza yang dikatakan akan bunuh diri setelah mendengar informasi dari Irene membuat Flora bersyukur dalam hati. Memang aku tidak punya bukti akurat, tapi mendengar Liza akan bunuh diri setelah mengetahui bahwa mamanya masih hidup membuat Flora ketakutan. Bagaimana jika dia tahu papa dan mama biologisnya mempunyai kelainan s*ksual ? Liza pas
Acara peringatan empat puluh malam mama telah lewat beberapa hari. Mbak Maya, mbak Yani kembali ke tempat mereka masing-masing, tinggal aku dan Dean yang masih tinggal di rumah mama yang sepi. Setelah semua pulang ketempat masing-masing Flora menata rumah, menata kembali halaman yang terlihat gersang, dik Yana dan Meilani senang melihat rumah kembali terlihat terawatt. “Mengapa kalian tidak tinggal di sini saja?” tanya Flora. “Mamah dan papah Meilani tidak mengijinkan kami pergi, mereka kesepian jika kami pergi.” Mama dan papa Meilani keturunan Chinese, Meilani anak satu-satunya, mereka punya perusahaan pemasok makanan ternak ke seluruh daerah Jawa Timur.Yana sekarang dipercaya papanya Meilani menangani perusahaan, karena Meilani tidak mempunyai kemampuan menangani perusahaan makanan ternak, dia lebih fokus pada toko kecil yang dimilikinya menjual perlengkapan bayi. “Kapan mbak Flora balik ke Singa?” tanya Meilani. “Kalau sudah bosan di Surabaya, aku balik.” Kataku berusaha memak
Dua minggu sudah Flora tinggal di Surabaya, ada keinginannya untuk mengadakan interaksi dengan teman-temannya, karena selama ini setiap hari dia interaksi dengan Dean yang semakin hari semakin menggemaskan. Kadang-kadang Meilani dan Yana ke rumah, tapi hanya sementara membawa camilan atau masakan mamanya Meilani. Aku harus menata hatiku jangan sampai gesture tubuhku mengatakan ada sesuatu dengan pernikahanku.Flora tahu teman-temannya kalau bertanya sampai ke akar-akarnya bahkan sampai ke ruang pribadi, apalagi Merlyana, Reno sama sekali tidak ada khabar. Juga dari Krishna. Ada keinginan menghubungi Krishna tapi ditahannya, Flora ingin mengetahui keadaan Liza dan Ami, ditahannya takut akan mengecewakan hatinya jika teleponnya ditolak Liza.Karena hati dan pikirannya gatal terus ingin mengetahui keadaan Reno.Liza dan Ami, akhirnya Flora menelpon Krishna. “Hallo, Krishna?” “Hi. Mrs. Jatmiko, how are you?” “I’am and Dean fine.And how are you?” “I’m fine.Hmm..Do you want to talk with R
Sedang menyiram tanaman, ponsel Flora berbunyi, Ibu Megawati. “Halo Flora. Kita ketemuan?” “ Ibu kan di Surabaya? Saya di Singapura.” Jawab Flora. “Kamu jangan bohong! Kamu ada di Surabaya !” “Siapa bilang saya di Surabaya?” tanya Flora. “Saya tadi ketemu Vivian di pasar Atom, dia bilang kamu ada di Surabaya.Mengapa kamu berbohong padaku? Masih marah? Masih dendam padaku. “ tanyanya. “Tidak bu, maaf saya tidak ingin banyak orang tahu bahwa saya ada di Surabaya.” “Kamu takut Irene mencarimu di Surabaya? Dia sudah balik ke London, dideportasi karena dituduh membunuh pacarnya.” “Oh! “ kata Flora pura-pura kaget. Hidup perlu diisi dengan kepura-puraan , kebohongan meskipun itu white lies, bohong putih ,seperti kata Reno,kita tidak bisa mengumbar semuanya ke publik, ke teman apalagi ke Ibu Megawati, batin Flora. “Ada yang ingin kubicarakan denganmu!” “Mengenai apa?” tanya Flora. “Nanti kalau ketemu akan saya sampaikan.” “Maaf bu saya tidak bisa, tidak ada yang jaga anakku.”
Reno berdiri di ambang pintu yang terbuka, dilihatnya Flora sedang menata meja makan untuk makan malam. Di atas meja makan bundar ada vas berisi bunga mawar hijau dan putih, diapit dua lilin tinggi yang belum dinyalakan. Flora terlihat kurus. Mungkin telepati mereka kuat, Flora mengalihkan pandangannya ke belakang ke pintu ruang tamu, kaget dan terpaku melihat sosok tubuh yang dirindukan. Reno….. Reno dan Flora saling menatap, mata mereka saling mengirim signal. Signal rindu berbalut cinta yang dipendam dalam-dalam oleh Flora akhir mencuat keluar. Seketika Flora gugup dan gelisah ketika Reno mendekatinya dengan langkah tegap dan pasti. Ketegangan menyelimuti tubuh Flora, keheningan malam sarat dengan emosi rindu, bahagia yang ingin diluapkan. “Flora ?” bisik Reno. “Reno?” bisik Flora. Cinta yang terpendam yang telah mencuat keluar terpancar pada mata mereka. Flora menelan ludahnya susah payah, gugup dan bahagia membuatnya tidak mampu bergerak, mematung di tempatnya. Dia tidak men