"Papa..." lirih Vina.
Axel menoleh ke belakang, dia melebarkan matanya dengan terkejut melihat anak gadis yang ia cari berada di belakangnya, tanpa mengatakan apapun langsung berjalan ke arah Vina dan memeluknya dengan erat."Syukurlah..." lirih Axel dengan suara seraknya, dia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes didepan putrinya tapi dia tidak bisa. Axel langsung mengusap air matanya agar tidak ada yang tahu jika dia meneteskan."Papa..." Vina memeluk Axel sambil menangis dengan histeris, dia lega akhirnya bisa bertemu dengan papanya kembali. Sedangkan Barack, dia hanya diam menatap bapak dan anak itu, perasaannya sangat campur aduk sekarang. Dia sangat membenci Axel tapi di sisi lain Barack sama sekali tidak membenci Vina.Axel melepaskan pelukannya, "Kamu baik-baik saja? apa yang mereka lakukan padamu?" tanya Axel dengan kesal. Lalu Axel melihat tangan Vina yang memar merah dan kakinya juga, dia tahu itu karena rantai besi."Axel...." lirih Sharena dengan heran, mereka tidak tahu jika Axel masuk lewat pintu belakang.Max langsung memukul Axel tapi Axel lebih cepat memukulnya, anak-anak buah Max ingin membantu tuannya itu tapi para polisi itu datang mengepung mereka."JANGAN BERGERAK!" teriak polisi itu sambil menyodorkan pistol ke arah mereka."Apa yang kau lakukan ke mereka!" geram Axel sambil mencengkram leher Max."Max...jangan.." ucap salah satu polisi itu."Nyonya anda baik-baik saja?" tanya aspri Sharena itu, Sharena meneleponnya saat perjalanan ke rumah Leon menggunakan hp Leon."Darimana saja kau! tapi baguslah kau bawa wanita itu tepat waktu." ucap Sharena sambil menoleh ke Ghea. Sebenarnya yang membawa Ghea kesini bukan Leon tapi aspri Sharena, Vyan dan Leon tidak jadi menemui Ghea karena mereka mencari Axel."Tolong...lepaskan." pinta Ghea dengan suara lembutnya sambil memegang tangan Axel yang mencengkram leher Max itu, Axel men
"AAAA VINAA...." teriak Mia dengan histeris, dia memeluk Vina berkali-kali karena senang Vina sudah kembali. Hari ini teman-teman Vina menjenguknya sepulang sekolah di rumah sakit dan Vyan sekalian."Aku baik-baik saja kenapa menangis begitu?" tanya Vina dengan heran.Keara tersenyum melihat mereka, dan dia membawakan camilan untuk mereka."Ini makan ya..bibi buat dari rumah tadi." ucap Keara."Makasih bibi..." ucap Aldo dengan semangat, dan mereka memakan kue buatan Keara itu."Wah bibi enak banget..." puji Rio."Makasih ya.." jawab Keara sambil tersenyum."Oh iya dimana paman Axel?" tanya Aldo dengan heran."Oh iya papanya Vina ganteng banget kok enggak ada." ucap Mia, dan dia langsung membungkam mulutnya dan tersenyum melihat Keara.Keara terkekeh melihat mereka."Papa mereka sedang kerja di kantor..maaf ya tidak bisa menemui kalian." ucap Keara."Yah padahal mau aku ajak basket." u
Malam Harinya!Axel melihat Keara yang sedang tidur sambil memeluk Vina di ranjang rumah sakitnya itu, Vyan dan Vina satu ruangan dan Axel menjadikan ruangan besar ini khusus untuk keluarganya, di lantai paling atas. Disini lengkap, ada kamar tidur, tv, kulkas, dan kamar ini benar-benar sangat luas seperti rumah.Axel memikirkan perkataan papanya soal Keara tadi, dan dia merasa sangat bersyukur menjadi suami Keara, dan dia merasa bersalah karena tidak bisa menjadi suami yang baik untuknya.Axel terus berdiri dan memperhatikan wajah cantik istrinya itu."Sayang...kamu enggak tidur?" tanya Keara yang tiba-tiba terbangun."Tidurlah...aku harus ke kantor." jawab Axel.Lalu Keara turun dari ranjang Vina, "Apa pekerjaanmu banyak? kamu istirahat saja jangan terlalu banyak bekerja." ucap Keara sambil menatap Axel itu."Kamu kesepian?" tanya Axel dengan tiba-tiba.Keara sontak terkejut mendengarnya, "Eh..ke.kenapa tanya
Aku orangnya ( Batin Ivan)."Siapa?" tanya Axel dengan kesal."Adalah emang aku tahu semua namanya apa...makanya kau ini jangan buat istrimu feeling lonely.." ucap Ivan.Axel menghela nafas, "Iya aku sedang berusaha." jawab Axel.Ivan tersenyum kecil..Malam harinya!Axel pulang jam 8 malam ini, saat tiba dirumah dia melihat Keara yang sedang menonton tv dengan Vyan."Papa sudah pulang.." ucap Vyan.Axel tersenyum, "Kalian sudah makan? dimana Vina?" tanya Axel."Kita sudah makan, Vina lagi tidur di kamar. Papa sudah makan?" tanya Vyan."Iya tadi ada makan malam perusahaan." jawab Axel."Kamu mau mandi dulu?" tanya Keara sambil tersenyum."Ya." jawab Axel lalu dia masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri.Setelah selesai mandi, Keara juga sudah masuk ke kamar karena Vyan harus belajar. Vyan sebenarnya tadi menemani mamanya yang sendirian dia merelakan waktu belajarnya untuk menemani mamanya itu.Saat masuk ke dalam kamar, Keara melihat Axel yang sedang mengeringkan rambutnya di
Axel kembali bekerja setelah beberapa menit istirahat, dan Keara duduk menemaninya. Keara sama sekali tidak paham dengan apa yang dikerjakan oleh suaminya itu, percuma saja jika dia ingin membantu karena dia tidak tahu apapun.Keara menoleh ke suaminya, dia melihat penampilan Axel yang berantakan itu, rambutnya acak-acakan, ditambah kemejanya keluar semua. Baru ini Keara melihat Axel yang berantakan tapi tetap keren dan tambah keren menurutnya, Keara sampai tidak bisa menahan senyumnya melihat suaminya itu."Apa yang kamu pikirkan sampai senyum sendiri begitu?" tanya Axel dengan heran."Ahahah enggak kok..." jawab Keara.tok...tok...tok"Ya.." jawab Axel.Lalu seorang wanita berambut panjang, yang memakai rok pendek itu masuk. Keara sampai terpukau dengan kecantikan karyawan Axel ini, dia sangat cantik dan sexy. Dibandingkan dirinya itu tidak ada apa-apanya."Permisi pak..ini hasil meeting yang sudah saya revisi." ucap w
Beberapa hari kemudian, Vyan dan Vina telah menyelesaikan ujian akhir kelasnya. Mereka juga sudah libur sekarang, dan mereka sudah berangkat dengan Andre ke Italia untuk berlibur selama 3 minggu, kini hanya Keara dan Axel saja yang berada di rumah.Tapi sekarang Axel sedang kerja, dan Keara sedang belanja untuk stock bahan makanan sendirian, kebentulan sekali dia bertemu dengan Ivan karena Raka juga masih liburan dengan pacarnya jadi dia yang mengurus keperluan rumah sendirian."Mau masak apa kau ini emang?" tanya Keara dengan heran."Entahlah...aku malas sebenarnya..." jawab Ivan yang sedang memperhatikan sayur-sayuran itu."Ivan, kau ini kenapa tidak mempkerjakan pembantu sih? emang bisa ngurus rumah sendirian?" omel Keara dengan kesal."Aku udah biasa sendirian, lagian dia cuma seminggu." jawab Ivan.Keara menghela nafas dengan kesal, "Tetap saja, nanti kau kelelahan. Belum nanti kau telat bangun terus enggak sarapan...mau sak
Rumah Ivan."Kenapa udah basi masih disimpan di kulkas sih....enggak bisa cium apa sih?" omel Keara sambil membuang makanan-makanan basi di dalam kulkas Ivan itu.Sedangkan Ivan dan Axel hanya duduk di kursi meja makan sambil melihat dan mendengar ocehan Keara itu."Kayak gini juga yaaamppuunnn..." omel Keara sambil menatap Ivan dengan sinis.Ivan memalingkan wajahnya karena dia takut jika Keara benar-benar marah. Axel pun hanya diam, dia tidak berani membantah istrinya ataupun membela sahabatnya itu."Jangan beli makanan banyak-banyak kalau cuma sendiri...basi semua ini lohhh...aneh ya padahal di kulkas tapi kok masih basi." omel Keara dengan kesal."Ini susu sejak kapan udah expied ini..." tanya Keara dengan heran lalu dia membuang susu botol itu juga."Apa dia sering ngomel di rumah..kenapa ngeri sekali." bisik Ivan dengan heran."Dia tidak pernah seperti itu." jawab Axel.Dan setelah Keara selesai d
Keesokan harinya.Keara pergi ke rumah Ivan untuk mengantarkan makanannya, Axel yang mengantarkan Keara tadi tapi karena ada meeting mendadak Axel harus pergi dan Ivan yang akan mengantarkan Keara pulang nanti.Keara terlihat senang karena semua makanan yang ia buat sudah di habiskan oleh Ivan."Pinter..pinter...kau makannya banyak ya..." puji Keara dengan bangga."Dipikir aku anak TK kali." sahut Ivan dengan heran, Ivan tidak terlalu memperhatikan Keara karena dia sibuk dengan pekerjaan yang ia lakukan dengan laptopnya itu."Kenapa kau tidak kencan lagi dengan orang? kau harus menikah loh..." ucap Keara yang sibuk memasukan makananya itu ke dalam kulkas."Untuk apa aku menikah jika orang yang ingin ajak menikah sudah milik orang lain." jawab Ivan sambil menatap Keara."Jangan begitu...berarti itu bukan jodohmu, nanti akan datang seseorang yang benar-benar bisa membuatmu kagum dan berkata ah ini dia orang yang aku impikan selama ini." jawab Keara yang masih sibuk itu.Ivan tersenyum k
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto