Axel tidak tahu apa kesalahannya sampai dia diikat di kandang kuda. Dan Rose mendatanginya."Hai anak mama..." sapa Rose."Kali ini nuduh apa?" tanya Axel dengan nada dingin."Kau mencoba melukai Dito," jawab Rose.Axel ingat tadi dia melihat lutut Dito yang memar-memar, dia menghela nafas dengan kesal.Dukkkkkk!!!!!!!!"Akhhhh......" lirih Axel.Rose sontak terkejut, karena Andre tiba-tiba datang dan memukul Axel menggunakan tongkat baseball."Beginikah caramu berterimakasih kepada orang yang sudah merawatmu?" bentak Andre dengan kesal.Rose tersenyum kecil, lalu dia merangkul lengan Andre, "Sayang sudahlah, Dito sudah baik-baik saja kok." Ucap Rose.Axel memejamkan matanya menahan rasa sakit itu, dan Andre masih terlihat kesal dengannya dan dia memukul Axel lagi."Jangan bersikap seperti anak kecil!!!" Bentak Andre dengan kesal lalu dia pergi, Rose berdecih tersenyum lalu dia pergi meninggalkan Axel."Tuan..." panggil Ratih.Axel mendongak ke Ratih, dia melihat bibiknya itu menangis
Ivan dan Keara pulang jalan kaki bersama. Keara cemberut di sepanjang jalan karena gagal makan dengan Axel."Ivan...Axel hihh...aku kesal tapi aku tidak bisa kesal hwaaaaaa..." teriak Keara sambil mengacak-ngacak rambutnya.Ivan menghela nafas, "Sudah aku katakan dari dulu kau harus banyak sabar kalau suka orang jenisnya kayak Axel." jawab Ivan.Keara menghela nafas dengan kesal, lalu dia menoleh ke Ivan."Ivan, kemarin aku melihatnya di taman. Dia mengelamun disana, apa Axel ada masalah?" tanya Keara dengan heran.Ivan bingung harus menjawab apa, dia tidak ingin Keara tahu keadaan Axel yang sebenarnya dan dia juga tahu kalau Axel tidak mau siapapun tahu tentang dirinya."Entahlah aku tidak tahu." jawab Ivan."Eummm...aneh banget..dia kelihatan sedih..." ucap Keara dengan sedih."Ah aku lapar, yaudah deh Ivan ayo makan aku traktir." ajak Keara."Terpaksa banget ngajaknya." jawab Ivan dengan kesal."Ya gimana lagi, targetku gagal lagi." jawab Keara dengan kesal.Ivan tersenyum kecil me
Axel menemani Keara ke cetak foto, karena Keara mengajaknya jadi dia tidak enak untuk menolak. Dan mereka keluar dari percetakan, tiba-tiba hujan deras."Yahh hujan...selamatkan fotonya." ucap Keara dan dia mendekap foto gandengan tangannya itu.Axel melihat apartemennya yang tidak jauh dari percetakan ini, dia juga bingung karena tidak ada yang jual payung disini."Ayo!" ajak Axel, dia menggandeng tangan Keara.Keara melebarkan matanya dengan terkejut. Dia tidak menyangka jika momen ini akan terjadi dihidupnya, dia kehujanan lama dengan Axel pun tidak apa-apa asalkan dengan Axel."Axel..." gumam Keara dengan senang.Dan mereka sampai di parkiran bawah, mereka basah kuyup."Fotonya aman.." gumam Keara dengan lega."Ayo!" Axel mengajak Keara masuk ke dalam lift. Keara hanya diam, dia mengikuti Axel saja.Dan mereka sampai di rumah Axel."Axel ini rumahmu?" tanya Keara."Ada handuk di kamar mandi, pakailah!" ucap Axel, lalu dia mau pergi tapi Keara menahannya."Lho kamu mau kemana?" tan
Setelah dari rumahnya, Axel berjalan menuju ke sekolahan Keara. Tapi karena saat ini masih jam pelajaran jadi dia tidak bisa menemui Keara. Axel juga tidak tahu Keara ke sekolah apa tidak sekarang. Dan setelah itu Axel pergi."Axel?" gumam Erik dengan heran, dia melihat Axel di depan gerbang sekolahannya."Kenapa dia kesini." gumamnya dengan heran.."Ivan, dimana Axel?" tanya Elen dengan heran."Enggak tahu." jawab Ivan yang masih sibuk nyontek tugas temannya itu.Elen mendengus kesal, lalu dia pergi karena Ivan terlihat mengabaikannya. Dan Ivan sebenarnya juga cemas karena Axel tidak bisa dihubungi daritadi."Kemana anak itu." gumam Ivan dengan heran..Sepulang sekolah!Keara dan Hera berjalan keluar kelas bersama."Keara nanti kita belajar bareng yuk!" ajak Hera."Ah aku malas...aku mau rebahan." jawab Keara."Ha? tumben banget enggak ngintilin Axel?" tanya Hera dengan heran."Ya libur dulu," jawab Keara sambil tersenyum."Keara..." panggil Erik."Erik, ada apa?" tanya Keara denga
2 Minggu Kemudian.Sepulang sekolah, Keara ke sekolahan Axel dan dia bertemu dengan Ivan."Axel tidak ke sekolah lagi?" tanya Keara dengan sedih."Tidak. Aku juga sudah meneleponnya tapi teleponnya mati...anak itu kemana sih." gumam Ivan dengan kesal.Keara mendengus dengan kesal, dia juga cemas tiba-tiba Axel pergi tanpa mengatakan apapun ke dirinya."Ohh sampah ini kesini lagi kah?" tanya Elen dengan kesal.Keara melirik ke Elen dengan kesal."Kau ini tidak perlu capek-capek cari Axel, harusnya sadar diri!" ucap Elen dengan kesal.Keara sangat tidak mood jika berantem dengan Elen, "Ivan, ayo pergi!" ajak Keara, lalu mereka berdua pergi.Elen berdecih kesal, "Siapa sih dia itu beraninya dekat-dekat sama 2 anak sultan itu." gumam Elen dengan kesal.Lalu Keara mengajak Ivan pergi makan, dan disana juga ada Hera karena mereka juga sudah janjian."Keara, ada apa kok tumben ngajak ketemu sama Ivan pula?" tanya Hera sambil mengunyah."Axel pergi...aku kepikiran terus dengannya." ucap Keara
Keesokan paginya, Axel tinggal di rumah Leon. Dan setiap hari Leon melatih Axel, dia melatih Axel dalam hal bela diri, dan ketahanan fisik. Dia juga mendidik Axel seperti pendidikan di militer. Dan Axel fokus dengan hal itu.Tapi Axel tetap tinggal di tempat yang bagus, dia pun tidak akan kekurangan uang meskipun jauh dari papanya. Dan dia membiarkan apartemennya yang baru dia beli itu kosong.Sedangkan Keara, dia duduk dengan mengelamun di halte bus. Dia bingung harus pergi kemana. Dia mematikan hpnya agar Hera dan Ivan tidak mencarinya, dia tidak ingin merepotkan mereka terus menerus.Keara menghela nafas dengan sedih, dia bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia juga merasa kesakitan seluruh badannya karena dilempari batu oleh orang-orang itu.Lalu Keara mengusap perutnya."Maaf ya, nanti kamu harus lahir dariku dan hidup susah denganku. Tapi aku ingin kamu tahu kalau aku tidak pernah menyalahkan kehadiranmu, bahkan juga papamu." ucap Keara sambil tersenyum, lalu dia menete
Keesokan paginya, Keara terbangun dari tidurnya. Keara semalaman tidur di kursi depan supermarket itu. Dan dia bangun karena wajahnya terpapar sinar matahari.Keara menghela nafas dengan sedih, dia bingung harus kerja dimana lagi.Dan Karena dia lapar, Keara membeli roti dan minuman di supermarket itu lalu dia memakannya sambil duduk di kursinya tadi.Dan setelah selesai makan, Keara pergi ke rumah mamanya. Dia ingin mengambil sertifikat rumah lalu menjual rumahnya. Keara tidak punya pilihan lain selain menjual rumahnya karena dia takut bayinya kenapa-napa jika dia tidak bisa istirahat dengan baik.Dan setelah mengambil sertifikat rumahnya, Keara segera pergi untuk mencari kosan kecil. Dia menggunakan uang sisa gajinya untuk bayar kosannya.Dan Keara berdiri di depan kos-kosan, dia melihat dari luar dulu."Permisi..." sapa seorang wanita.Keara menoleh ke wanita itu, "Iya?""Apa anda sedang cari kos-kosan?" tanya wanita itu sambil tersenyum ramah."Ah iya saya mau lihat-lihat dulu sih
Keara berhenti kerja untuk merawat anak-anaknya. Dia beli makanan dari gaji yang selama ini dia kumpulkan. Dan dia masih punya uang simpanan dari hasil jual rumah dan tabungan mamanya. Keara tidak bekerja selama 1 tahun. Dan setelah itu, dia membeli kedai kecil yang akan dia gunakan untuk jual mie.Karena Keara bingung harus bekerja apa yang bisa membawa anak-anaknya. Dan kedai Keara ramai, Keara pun bisa merawat anak-anaknya sambil kerja. Dia menggunakan resep mie dari Axel untuk dijual.Dan bisnis Keara ini semakin ramai, selain murah, rasanya juga enak. Keara senang dan bangga dengan anak-anaknya yang jarang rewel saat dia kerja, jadi dia bisa bekerja dengan baik.Dan bisnis Keara masih bertahan sampai Vyan dan Vina berusia 5 tahun.Mereka juga sudah pindah, Keara membeli rumah kontrakan karena anak-anaknya sudah besar dan butuh tempat lebih luas.Vyan dan Vina juga sudah masuk TK. Keara tetap mengantar dan menjemputnya.Dan sekarang Keara sedang menjemput mereka, dia menutup kedai
"Terimakasih sudah membimbing putraku. Dia tidak menyusahkan kan?" tanya Axel. Felix berdecih tersenyum, "Gila kau ya..kau kemana aja sih??" omelnya dengan kesal. "Banyak hal terjadi, itu nanti saja. Kalian kesini mencari papa kan..dia sudah kabur dengan Sharena dan semua anak buahnya aku sekap di dalam kamar..." jelas Axel. Vyan tidak peduli lagi dengan kakeknya itu, matanya masih terfokus ke pria yang sangat ia rindukan itu, dan air mata Vyan tidak bisa ditahan lagi untuk keluar. "Vyan, nanti akan papa jelaskan untuk saat ini kita fokus ke kakek." jelas Axel. Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal, dia mau memukul papanya tapi Axel menahan tangannya itu. "Papa...kenapa papa selalu seperti ini?? papa selalu menghilang saat kita berdua butuh bahkan mama juga ikut menghilang...apa papa tahu Vina sangat terpuruk karena kalian meninggal..dia bahkan jarang keluar kamar dia selalu menangis setiap m
"Kau gila?" tanya Vyan dengan heran."Aku ingin menikah denganmu." jawab Hana.Semua orang sontak melihat mereka dengan terkejut, Vyan juga sangat syok mendengarnya, dia mungkin terbiasa di tembak cewek tapi untuk di lamar ini sangat perdana baginya.Vyan berdecih tersenyum melihat Hana dan dia mengakui keberanian Hana itu."Pergilah ke kelas! jam mu sudah mulai." ucap Vyan."Ditolak kah..." gumam Hana sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.Vyan menatap Hana dengan senyuman tipis di bibirnya, lalu Vyan mengusap rambut Hana."Terimakasih..tapi untuk menikah saat ini sangat tidak mungkin...bukankah kita seharusnya berada di tahap pendekatan dulu?" tanya Vyan sambil tersenyum.Hana mendongak ke Vyan dengan terkejut, "A.a.apa maksudnya?" tanya Hana dengan heran."Hana...aku sudah tentangmu dari Aldo beberapa kali...hanya kau saja yang direstui oleh Aldo itu katanya. Sesekali aku sering melihatmu, kau su
"Papa..." lirih Vina dengan terkejut.Pria yang duduk di kursi itu berdiri dan menatap Vina dengan raut wajahnya yang senang."Vina?"Vina meneteskan air matanya mendengar nama dia disebut oleh pria itu.Pria itu berjalan pelan-pelan menuju ke Vina, dan pria itu mengusap wajah Vina dengan sedih."Ini benar Vina?" tanya pria itu.Vina menganggukkan kepalanya dan dia memeluk pria itu dengan erat."Papa...." lirihnya dengan senang.Barack menghela nafas melihat mereka, dia sudah terlambat ingin menghentikan Vina."Paman, maaf..." ucap Barack ke Axel itu.Axel tersenyum lalu dia melepaskan pelukannya dari Vina."Papa bagaimana papa bisa selamat? mama? mama bagaimana?" tanya Vina dengan cemas."Mama mu sedang dalam pemulihan, aku lebih cepat pulih dari obat itu karena ada penangkal racun ditubuhku. Tenang saja Keara sebentar lagi akan bangun." jawab Axel."Ini semua apa ma
Vyan berdiri jauh dari rumah kakeknya sampai malam hari, dia berjanji kepada Felix jika dia tidak akan menghancurkan rencananya, Vyan penasaran saja dengan kehidupan kakeknya di belakang dirinya itu.Jam 11 malam, Andre baru pulang dan dia turun dari mobil dengan Sharena. Vyan berdecak tersenyum, dia tidak terkejut lagi karena Sharena mengkhianatinya. Sharena memberitahu padanya jika kakeknya ada sangkut pautnya dengan semua ini tapi Vyan masih tidak mengerti dengan hal itu tapi ternyata Sharena sekarang dengan kakeknya itu."Wanita apa dia." gumam Vyan dengan kesal.Vyan memasang earphone yang menyambungkan alat sadapnya. Vyan kini mendengarkan semua pembicaraan mereka, tapi yang dia dengar hanyalah desahan Sharena."Cih!" gumam Vyan dengan kesal, lalu dia melepas earphonenya. Setelah beberapa menit dia memasangnya lagi."Aku capek jika terus mejadi pemuas nafsu saja." ucap Sharena."Aku tidak bisa menikahimu." jawab Andre.
"Vyan..." lirih Hana dengan terkejut."Kenapa disini? menyedihkan sekali!" ucap Vyan dengan nada ketusnya itu.Hana mengusap air matanya, dan dia segera berdiri dan berhadapan dengan Vyan."Ka.kamu bagaimana bisa tahu kalau....-""Aku kesini mau basketan!" sahut Vyan karena dia tidak mau Hana geer dengannya.Hana mengangguk dengan mengerti, dan Vyan memperhatikan pipi Hana yang memar itu tanpa dia tanya pun dia sudah yakin jika Hana pasti ditampar oleh Selena."Pergilah!" usir Vyan karena dia juga harus pergi dan memastikan jika Hana pergi dari tempat ini."I.iya." jawab Hana dengan pelan dia segera berjalan keluar karena tidak mau mengganggu Vyan, belum juga selangkah berjalan Vyan mendengar suara Selena dan beberapa anak yang berjalan ke arah ruangan ini, dan tanpa sadar Vyan langsung menggandeng tangan Hana lalu mengajaknya bersembunyi.Hana terkejut saat Vyan mendekapnya di balik troli berisi bola itu, Vyan
Felix berjalan menyusul Vyan dengan raut wajah tenangnya itu."Ini..ini apa maksudnya..." lirih Vyan dengan terkejut, di ruangan itu ada banyak sekali tumpukan uang, dan di rak itu ada beberapa emas batang."Ini milik siapa?" tanya Vyan dengan heran."Menurutmu...kau tidak bisa memikirkan sampai sini?" tanya Felix dengan kesal.Vyan hanya diam, karena dia benar-benar tidak mengerti kaitannya dengan semua ini."Tenangkan dirimu dan berpikirlah!" ucap Felix.Vyan hanya diam karena dia masih kebingungan dengan semua ini..Sedangkan itu, Sharena keluar dari apartemennya untuk pergi ke suatu tempat. Dia pergi sendirian tanpa mengajak asprinya.Dan ada seseorang yang mengikutinya dari tadi, tapi Sharena tidak tahu itu.Sharena sampai di rumah seseorang, dia masuk ke dalam dan orang yang mengikutinya itu hanya berdiri didepan rumah ini."Kenapa disini." gumamnya dengan heran..
Keesokan harinya!Ivan datang ke rumah mereka untuk membawakan sarapan yang ia beli, bahkan mereka berdua belum ada yang bangun. Ivan bisa bebas keluar masuk karena dia punya kunci cadangan rumah mereka ini. Ivan masuk ke kamar Vina dan dia masih tertidur lelap, Ivan mendekat ke gadis itu dan memperhatikannya dengan penuh rasa iba. Dia tidak menyangka jika kejadian buruk selalu menimpa gadis yang ia anggap sebagai putrinya sendiri itu.Axel...kedua kalinya kau melewatkan masa tumbuh mereka, masa remaja mereka sudah usai dan dipenuhi tangis tentu saja masih terjadi sampai detik ini, dan mereka sudah berumur 20 tahun, mereka bukan anak-anak lagi...harusnya kau yang disini untuk melihat mereka.- batin Ivan.Ivan mengusap air matanya, lalu dia mengusap rambut Vina dengan lembut."Paman?" tanya Vina dengan setengah sadar."Ah maaf..tapi memang paman sengaja mau membangunkanmu..ayo bangun sudah pagi.." ucap Ivan sambil tersenyum."Itu
Vyan sedang berlatih boxing sendirian di rumah, dia merebahkan tubuhnya di lantai karena penat dan lelah."Nih!" ucap Aldo sambil membawakan minuman yang ia buat, Aldo memang sedang main dirumah Vyan."Kau buat makan malam apa?" tanya Vyan, karena Aldo bilang jika dia akan memasak untuk mereka berdua itu, Aldo benar-benar sudah dianggap seperti keluarga sendiri dirumah ini bahkan Vina pun sudah tidak heran lagi jika Aldo melakukan apapun dirumah ini."Vina bilang mau dibuatin sup..aku sudah memasak ayo makan bareng!" ajak Aldo.Vyan tersenyum, "Dia tidak pernah request padaku...bisa-bisanya dia request denganmu." ucap Vyan dengan heran."Karena masakanmu tidak enak." canda Aldo lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan segera memanggil Vina untuk makan malam bersama.Vyan tersenyum kecil.Setelah Vyan mandi dia segera bergabung dengan mereka berdua di meja makan. Vyan melihat Vina yang makan dengan lahab, dia senang mel
Keesokan harinya!Vyan dan Felix berada di depan rumah Andre, mereka melihat Andre yang pergi keluar dengan asprinya itu."Aku akan mengambil dokumen warisan itu, paman cukup disini saja. Jika mereka tahu paman ikut nanti mereka akan bilang kakek." ucap Vyan.Felix hanya mengangguk lalu Vyan segera masuk ke dalam rumah kakeknya itu. Vyan pura-pura bertamu dan mencari kakeknya, dia bersikap biasa saja disana agar tidak ada yang mencurigainya.Dan Vyan masuk ke dalam ruangan kakeknya untuk mencari dokumen yang ia incar itu, disaat dia sibuk menggeledah, Vyan menemukan foto Andre dengan seorang remaja, Vyan tidak yakin itu papanya karena wajahnya sangat berbeda, dan dia juga tidak yakin jika ini adalah adik papanya yaitu Dito. Wajah anak yang berfoto itu tidak mirip dengan kakeknya itu."Siapa ini..." gumam Vyan dengan heran. Vyan memfoto foto itu dari hpnya karena dia masih penasaran dengan remaja di samping kakeknya itu, Vyan menaruh foto