Share

Lamaran pernikahan

Penulis: Q
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lana? Nama yang cukup bagus untuk ukuran gadis kampung."

Pieter tersenyum melihat sebuah nama yang tertulis di kertas itu. Ia terus menatap kertas itu lalu tertawa setelahnya.

"Aku sudah banyak melakukan pengorbanan untuk posisiku saat ini. Aku akan membunuh siapa pun yang mencoba merebutnya dariku. Bukan begitu Jiwana?"

Jiwana langsung tersenyum sumringah. "Tentu saja Tuan. Tidak ada yang bisa menggoyahkan kedudukan Tuan saat ini."

Mendengar jawaban Jiwana, Pieter kembali tersenyum.

"Kau tau apa yang paling aku sukai dari dirimu Jiwana?"

"Hamba tidak tau tuan ku." Ucapnya rendah hati.

"Aku menyukaimu karena kamu pandai memuji. Walaupun itu sedikit memuakkan, namun itu cukup efektif untuk menenangkan pikiranku. Selain itu, aku cukup terkesan dengan loyalitasmu. Kita sudah berteman selama bertahun-tahun dan ayahku selalu memujimu, tapi kamu tidak melupakan posisimu dan ingat bahwa aku adalah Tuanmu."

Jiwana menunduk dalam, ia ing

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gundik Bangsawan Belanda   Keributan antar kekasih

    Ruwan dan ayahnya terus berdiri di depan rumah mereka sambil melihat Jiwana yang mulai menghilang. Sang ayah menatap Ruwan dengan heran dan khawatir."Tuan Jiwana datang melamar Lana untuk Tuan Pieter, kenapa kita tidak menolaknya?"Ruwan pun menatap ayahnya dengan senyum lembut andalannya."Ayah, bukankah Tuan Jiwana mengatakan pada kita bahwa ia datang bukan untuk mendengar penolakan.""Ayah tau, tapi dengan kondisi adikmu saat ini, pemuda bodoh mana yang mau menikahinya. Ia hanya memiliki kecantikan yang akan memudar tapi tidak memiliki kehormatan.""Ayah, itu hanya berlaku pada masyarakat kita. Bagi para bangsa kulit putih keperawanan bukan sesuatu yang berharga. Jika mereka ingin gadis perawan, mereka bisa mencari dengan sekejap mata bahkan tanpa harus menikah.""Begitukah?""Tentu saja."Ruwan tersenyum sambil meninggalkan ayah

  • Gundik Bangsawan Belanda   Berikan aku jiwamu

    Sina terus menatap bosan pada dua pasangan labil di depannya. Ia memutar matanya dengan malas."Jika kalian ingin berkelahi, jangan disini!"Suara Sina yang menggema di seluruh hutan seolah terdengar seperti hembusan angin lembut. Mereka mengabaikannya dan terus berdebat siapa yang paling benar. Hal itu membuat Sina semakin kesal."Inilah alasan kenapa aku benci manusia. Mereka benar-benar tidak peka."Tanpa memerdulikan jeritan kesakitan adiknya, Ruwan terus menggenggam tangan Lana dengan keras."Lepaskan!""Tidak!!"Ruwan terus menggenggam tangan itu seolah-olah tangan Lana adalah tali harapan terakhirnya. Terlihat wajah Lana yang kesakitan, namun hal tersebut belum mampu membangkitkan simpatinya."Diam!"Gerakan Lana langsung berhenti, matanya yang memerah menatap Ruwa

  • Gundik Bangsawan Belanda   Hidup kembali

    Hembusan angin seolah berhenti dan hujan seolah menahan airnya untuk tidak turun lagi. Rasa dingin di kulit seolah hilang entah kemana. Hanya ada perasaan kosong di dalam hatinya.Suara cangkul yang mengeruk tanah terdengar jelas, namun ia tetap diam dan menghiraukannya. Sina terus menatap ke depan, menatap seorang gadis yang menangis di depannya.Gadis itu terlentang dengan pasrah, hanya dengan bermodalkan kain batik basah. Ia terlihat menyedihkan namun luar biasa di saat yang sama."Apa yang kamu inginkan?"Suara Sina terdengar pelan, ada rasa simpati terkandung di dalamnya. Namun siapa pun yang mendengar itu, niscaya akan terkagum-kagum tentang betapa anggun dan cantiknya saat ia bertanya. Seperti seorang dewi."Redakan amarahku. Biarkan tubuh ini membusuk dan menyatu dengan tanah karena Tuhan menghendakinya. Rasa cinta ini membunuhku, tapi aku tak menyesal kar

  • Gundik Bangsawan Belanda   Kesombongan seorang ratu

    Sina membersihkan badannya yang di penuhi lumpur di sungai. Air yang dingin menambah kesegaran di tubuhnya. Matahari yang mulai terlihat membuat suasana semakin menyenangkan. Setelah badannya bersih dan kembali segar, ia segera bangun dan bersiap kembali ke rumah Lana. Ia mendapatkan ingatan samar mengenai kehidupan sehari-hari gadis itu. Kehidupan gadis itu ia anggap sebagai kehidupan membosankan dan bodoh. Walaupun kebodohan dianggap sebagai kecantikan yang polos dan murni, namun ia enggan untuk melakukannya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk bertingkah seperti seorang rendahan. Ia adalah penguasa api biru, mahluk yang di puja-puja. Ia tidak akan merendahkan dirinya barang setitik pun. Ia berjalan di jalan setapak menuju rumahnya. Dari kejauhan terdengar suara gadis-gadis yang bercengkrama. Mereka hendak menuju sungai sambil membawa pakaian kotor. Suara mereka yang nyaring membuat telinga Sina terganggu. "Sangat berisik, apa gadis-gadis jaman sekar

  • Gundik Bangsawan Belanda   Diterima?

    Jiwana duduk di teras rumah Tuan Pemusungan, dengan alas tikar daun pandan. Ia menghirup sedikit demi sedikit kopi hitam yang telah ditawarkan sang tuan rumah.'Mungkin aku datang terlalu pagi'Ada rasa sungkan di hati Jiwana, apalagi jika melihat sang Tuan rumah yang kaget saat melihat ia datang. Hanya saja akhir-akhir ini ia tidak bisa tidur. Ia selalu mimpi buruk dengan alur yang sama. Hal itu membuat ia harus terbangun lebih awal dari biasanya.Jiwana menghirup kopi itu sekali lagi, dan putaran mimpi itu kembali menghampirinya.'Saka? Siapa dia?'Nama itu terus terngiang di telinganya, seolah-olah nama itu adalah miliknya. Ia merasa setiap kali memikirkan mimpi itu, ada yang memanggilnya dengan sebutan Saka. Ia berfikir bahwa itu mungkin adalah ingatan milik orang lain. Atau mungkin itu adalah ingatan dari kehidupan lampaunya.Reinkarnasi?Apakah mungkin hal semacam itu ada?Jiwana adalah orang yang percaya tahayul, hanya s

  • Gundik Bangsawan Belanda   Bangsawan murah

    "Apa? Coba kau ulangi sekali lagi!" Ucap Pieter tak percaya."Adat dan mahar diserahkan sepenuhnya pada kita. Mereka akan menerima apapun yang kita berikan." Ucap Jiwana jelas.Saat mendengar hal itu, Pieter menekan tangannya pelan. Urat-urat ditangannya terlihat jelas, dan wajahnya perlahan memerah. Sudah jelas Tuannya itu terlihat sangat marah. Jiwana segera diam, ia enggan berkomentar. Tentu saja ia takut menjadi sasaran amukan sang tuan."Bukankah mereka termasuk golongan bangsawan?""Benar, tapi hal itulah yang di sampaikan oleh ayahnya."Pieter langsung tertawa keras. Ia tak habis pikir dengan pemikiran para bangsa budak itu."Apa mereka pikir aku tak mampu membayar mahar? Aku adalah Pieter Willemsen, hal apa yang tidak bisa aku dapatkan. Bahkan jika gadis itu meminta emas satu kotak serta perhiasan dengan permata, aku berikan saat ini juga!"Pieter terus mengomel, ia berbicara mengenai keluhannya pada keluarga calon istrinya. I

  • Gundik Bangsawan Belanda   Persiapan lamaran

    Suara hiruk pikuk manusia yang bercengkrama di luar, mereka terus menumbuk padi dan mengiris rempah-rempah sebagai bahan sambal. Rempah-rempah itu akan mereka campurkan sebagai sambal untuk hajatan pernikahan anak dari tuan pemusungan.Mereka terus bergotong-royong, bahu-membahu untuk membantu, baik sebagai seorang tetangga, saudara ataupun hanya simpati. Karena bagaimana pun berita pernikahan anak dari tuan pemusungan telah menyebar luas hingga ke desa-desa tetangga.Mereka seolah prihatin atas apa yang telah dialami oleh Lana, sambil diam-diam bersyukur anak mereka tidak terlahir cantik. Bagi rakyat kecil seperti mereka, wanita cantik adalah sebuah kutukan. Karena akan sulit di jaga dari pandangan laki-laki, terutama bangsawan.Dari sekian banyak orang, hanya segelintir orang yang tahu bahwa Tuan Pieterlah yang patut untuk dikasihani. Karena ia akan mendapatkan istri bekas dari laki-laki lain.

  • Gundik Bangsawan Belanda   Tidak tau malu

    "Kamu mencintaiku, maka berkorbanlah untukku."Sina langsung membuka matanya lebar. Ia kaget dan takut di saat yang bersamaan. Nafas dan detak jantungnya terus bersautan tak beraturan. Ini pertama kalinya ia bermimpi setelah ratusan tahun lamanya. Suara itu masih membuatnya takut dan merinding. Ia tidak mau bertemu dengan pemilik suara itu."Lana?"Suara itu terdengar lembut di telinganya, hal itu membuat Sina sedikit terenyuh. Setelah ratusan tahun lamanya, akhirnya ia bisa berinteraksi dengan manusia. Akan ada orang yang mendengar suaranya, akan ada orang yang menyapanya. Hal itu membuat ia bahagia, tanpa ia sadari matanya sedikit berair.Wanita itu panik saat melihat Lana menangis, ia berfikir bahwa Lana terlalu sedih karena harus menikah dengan seorang penjajah. Wanita itu mendekat dan membelai pelan pipi Lana sambil mengatak

Bab terbaru

  • Gundik Bangsawan Belanda   Kematian Jiwana

    Di lain pihak, Jiwana telah mendengar tentang invasi Nippon ke pulau ini yang berniat menggantikan kekuasaan Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana tidak setuju, bukan hanya karena ia bekerja bersama para bangsawan Netherland, tapi juga karena Jiwana merasa bahwa bangsawan Netherland tidak terlalu kejam selama di pulau ini, mereka hanya sangat sombong dan pelit.Netherland memang memiliki riwayat buruk dengan para pribumi, akan tetapi itu hanya berlaku di pulau seberang. Di pulau ini, Jiwana lah yang mengaturnya. Ia menjilat para bangsawan Netherland untuk mendapatkan upah yang lebih baik. Ia juga membujuk para pribumi untuk mau bekerja tanpa sebuah paksaan. Sehingga keduanya tidak memiliki konflik yang berarti.Akan tetapi Nippon datang dan Jiwana tidak tau seperti apa strategi politik yang akan dilakukan Nippon di masa depan. Jiwana takut Nippon akan lebih sulit dibujuk dan akan menyengsarakan pribumi dan lebih kejam dari Netherland. Hal tersebut membuat Jiwana membentuk kelompok k

  • Gundik Bangsawan Belanda   Kematian Pieter

    Saat peperangan meledak, hujan di Ziel tak henti-hentinya turun. Alam sepertinya mendukung para pribumi dengan menurunkan hujan deras agar mereka bisa memiliki lebih banyak waktu untuk lari, sedangkan tentara Nippon kesulitan karena cuaca dan Medan yang belum mereka kuasai.Disaat hujan terus mengguyur Ziel dan tentara Nippon memaksakan diri untuk masuk, Pieter bersembunyi di balik pohon sambil membawa pedang telah ia asah selama beberapa hari. Matanya telah terbiasa oleh hujan dan kabut, jadi Pieter mampu melihat dengan jelas gerakan lawan dibalik pohon itu.'hmm mereka terlihat familiar'Tentara Nippon memiliki perawakan yang hampir sama dengan pribumi, hanya saja kulitnya putih dan matanya agak sipit. Hampir mirip dengan keturunan Tionghoa yang biasa Pieter lihat. Mereka memiliki suara yang keras dan perawakan yang kaku, jadi wajar saja jika Pieter merasa wajah mereka terlihat familiar.Pieter bergerak dengan sangat hati-hati, ia tidak ingin meremehkan musuh. Walaupun tubuh Pieter

  • Gundik Bangsawan Belanda   Perjuangan baru

    Beberapa tahun setelah kematian Sina, perang terjadi di pulau Mirah Adhi dan diprediksi Netherland akan segera kalah. Pasukan Nippon telah mulai melakukan aksi untuk menguasai, sehingga Pieter pun harus bersiap mengevakusi anggota keluarga agar bisa pergi ke tempat yang lebih aman. Pieter bahkan memecat semua pelayanannya agar mereka bisa pergi mengungsi dengan cepat. Pieter tidak ingin orang-orang dibunuh ataupun dibantai karena mereka bekerja pada Netherland. Karena bagaimanapun para pelayannya bukanlah penghianat negara melain orang biasa yang mengais rezeki dengan bekerja padanya. Walaupun begitu ada beberapa pelayan masih enggan untuk pergi karena merasa sayang pada Pieter."Tuan, kami masih ingin tetap bersamamu. Kami rela mati bersamamu jadi kami tidak akan pergi kemanapun. Atau kalau Tuan mau, ikutlah bersama kami ke kampung. Disana kami akan menyembunyikan Tuan agar aman dan tak akan tertangkap oleh tentara Nippon."Mereka bekerja bersama Pieter, akan tetapi mereka mendedika

  • Gundik Bangsawan Belanda   Dia mencintaiku

    Pieter menatap ke arah gundukan tanah yang tertulis nama Lana di atasnya. Pieter ingat ketika ia membuka mata untuk pertama kalinya tubuh Sina telah mendingin di dalam pelukannya. Tubuh yang cantik itu telah kehilangan jiwanya dan Pieter akhirnya ditinggalkan untuk yang kedua kalinya.Selama dua kehidupan ia harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Akan tetapi walaupun rasa sedih menguasai hatinya, ia selalu ingat bahwa kematian Sina saat ini adalah untuk kebaikannya sendiri. Sina tak lagi merasakan kesakitan dan penderitaan seperti yang ia rasakan ratusan tahun yang lalu. Dia telah terbebas dan Pieter bahagia karenanya."Kamu bebas sekarang." ucap Pieter lirih.Saat pemakaman berlangsung, banyak orang yang datang untuk melayat. Mereka berdoa dengan penuh hikmat dan terkadang datang untuk bersalaman dengan Pieter sambil mengucapkan banyak kalimat menghibur. "Dia sekarang berada di lindungan Tuhan, jadi kamu jangan bersedih terlalu berlarut-larut.""Ya, Lana adalah gadis yang baik dan taat

  • Gundik Bangsawan Belanda   Kebebasan

    Saka meninggal di hutan keramat saat berusia ia telah 97 tahun. Ia sangat tua dan tak pernah pergi dari tempat itu satu kali pun. Ia telah meninggalkan semua kemewahan dan kejayaan serta masa mudanya. Ia memilih untuk tinggal bersama Sina di hutan keramat. Ia ingin jiwa Sina tak merasa kesepian, setidaknya sampai ia meninggalkan dunia ini. Saka juga tak pernah berkomunikasi dengan orang lain sehingga ia tak pernah tau apa yang terjadi di luar hutan. Baginya tugas sebagai seorang Raja telah ia penuhi, ia telah berusaha untuk membuat rakyat sejahtera dan keluarga yang ia tinggalkan dapat dipastikan akan aman setelah ia pergi meninggalkan mereka.Jika orang lain melihat keseharian Saka di tempat itu maka mereka mungkin akan menyimpulkan bahwa Saka telah menjadi orang 'gila'. Saka akan berbicara pada sendiri dan setelah itu menangis, setelah itu tertawa keras. Hanya itu yang ia lakukan setiap hari.Saka telah tinggal di hutan keramat selama puluhan tahun, dan ia telah bertapa serta mening

  • Gundik Bangsawan Belanda   Buah pahit kemenangan

    Setelah kemenangan, semua orang di Mirah Adhi merasakan 'duka' yang dirasakan oleh Raja. Harga ternak telah turun drastis mengingat dilarangnya konsumsi daging selama setahun, hal tersebut membuat para peternak dan pemburu hewan tak memiliki mata pencaharian dan terpaksa beralih profesi. Para petani pun bersedih karena bahan pangan juga tak terlalu laku mengingat adanya pengadaan puasa selama 40 hari. Apalagi para bangsawan, mereka sekarang terlihat seperti rakyat biasa karena tak ada lagi pakaian mewah dan perhiasan yang bisa mereka gunakan selama lima tahun ke depan.Sekarang hutan keramat menjadi momok paling menakutkan bagi masyarakat. Mereka tidak berani ke sana karena takut akan dieksekusi mati oleh Raja. Apalagi saat melihat secara langsung bagaimana raja memberi hukuman pada orang-orang yang membuat Sina menderita. Pada hari itu semua orang tak berani keluar rumah karena mendengar suara jeritan orang-orang yang dibakar dengan kejam. Bahkan setelah kejadian itu, para orang tua

  • Gundik Bangsawan Belanda   Sakit hati Saka

    Kemenangan Senggrala atas Malaka telah dipastikan, akan tetapi tak ada satupun orang yang merayakannya. Semuanya menunduk dan bersedih, kala mengetahui panglima perang mereka telah mati karena bunuh diri. Awalnya semua orang meributkan siapa yang disalahkan atas kejadian ini, akan tetapi saat melihat Saka yang masih diam, semua orang pun langsung ikut diam.Saka adalah orang yang paling terpukul pada kejadian ini. Ia kehilangan satu orang kepercayaannya, dan satu orang yang paling cintai serta kasihi. Akan tetapi Saka masih tetap diam dan memandang jasad Jarka yang dikebumikan dengan tatapan yang sangat datar.Hati Saka sangat hancur dan sedih, akan tetapi yang paling menyakitkan dari semua itu adalah tak ada satu tetes pun air mata yang jatuh di pelupuk matanya. Seolah ia telah dikutuk untuk tidak bisa melampiaskan kesedihan yang ia miliki seumur hidupnya.Setelah Jarka dimakamkan, Saka masuk ke dalam kamarnya sambil melihat kendi yang berlapis emas di atas kasurnya. Kendi itu berisi

  • Gundik Bangsawan Belanda   Kematian yang memisahkan

    Seperti jantung yang ditusuk dengan pisau, setiap langkah kaki kuda yang ia tunggangi membuat Jarka semakin sulit bernafas. Ia tidak tau apa yang terjadi pada Sina nya tapi satu hal yang ia tau Sina nya pasti sedang tak baik-baik saja.Jarka mencoba menghibur dirinya sendiri dengan berfikir sesuatu yang indah, tapi ia tetap tidak bisa. Seolah otaknya telah dipenuhi oleh bau daging yang terbakar dari perhiasan yang pernah ia berikan pada Sina."Tidak mungkin terjadi bukan..."Jarka menatap ke arah burung elang yang terbang di atasnya, lalu menatap ke arah depan sambil menghapal jalan. Tak lama mata Jarka memerah dan air matanya jatuh."Ini bukan jalan menuju istana, ini bukan jalan menuju rumah..."Semakin panjang perjalanan Jarka, semakin jauh ia dari istana. Ia semakin masuk ke dalam sebuah hutan yang tak pernah ia masuki sebelumnya. Hutan yang mungkin tidak pernah dikunjungi manusia. Tapi, kenapa perhiasan Sina ada di tempat yang seperti ini?Semakin banyak Jarka menebak dalam otakn

  • Gundik Bangsawan Belanda   Aku pulang...

    Beberapa hari setelah datangnya Saka ke medan perang, Jarka sudah tak menerima surat balasan lagi dari Sina. Bahkan Jarka telah menyempatkan diri untuk meluangkan waktu membuat puisi untuk Sina, akan tetapi surat yang datang hanya ditujukan pada Saka. Hal tersebut membuat Jarka sedikit cemburu pada calon kakak iparnya itu."Semenjak Saka ada di medan perang, Sina tak lagi memperhatikan ku." Wajah cemberutnya yang terkesan kekanakan sangat jauh berbeda dengan citranya di tentara sebagai orang yang ganas."Bersabarlah Tuan, setelah kita menang nanti Tuan dapat membawa Putri Sina pulang tanpa hambatan dari siapapun."Beberapa prajurit mencoba menghibur Jarka, mengingat perasaan Jarka sangatlah penting bagi peperangan ini. Jika Jarka dalam keadaan kurang bahagia atau bersemangat, maka habislah sudah karena Jarka adalah penentu menang atau tidaknya Senggrala dalam peperangan ini."Ya, kamu benar. Kita akan pulang dengan kemenangan dan membawa Putri Sina ke rumahku sebagai hadiah."Semuany

DMCA.com Protection Status