Part 7
Surat perjanjian"Mak, sedang apa? Kok melamun? " Emak terlihat murung dan sedih, aku yakin pasti Emak teringat anak anaknya."Enggak Murni, Emak cuma teringat Bapak""Bapak sudah tenang di alam sana Mak"" Andai saja Bapak masih hidup,... " Kata-kata Mak terputus lalu sedetik kemudian ia berlinang air mata."Bapak pasti kecewa sekali melihat anak kesayangannya seperti ini, huhu... "Emak menghapus tetesan bening dari sudut matanya."Mak, jangan bilang begitu, kita doakan saja semoga Mba jannga diberi Hidayah oleh Allah, dan menyadari kesalahannya""Mak rasanya udah enggak tahan lagi Murni, mak pingin di jemput Bapak... ""Istighfar Mak, jangan bilang begitu, hanya Allah yang tahu kapan kita akan tiada, Mak gak boleh bilang seperti itu. Disini masih ada kami bersama emak, emak gak sendiri"Begitu dalam luka di hatinya, aku hanya bisa mengelus bahunya yang renta. Hatiku teriris melihat Mak mertua menangis.Aku teringat pada Almarhum ibuku, betapa susahnya beliau membesarkan kami tanpa Bapak.Aku tak bisa berbuat banyak hal, ini masalah ibu dan anak. Aku tak boleh terlalu menyudutkan pihak Mba Jannah, walau bagaimanapun mereka ibu dan anak, walau apapun yang terjadi, mereka tak akan pernah bisa terpisahkan."Mak, yang tabah ya, Murni yakin, Mak pasti kuat." Ucapku sambil memeluk wanita yang telah mengorbankan hidupnya untuk melahirkan suamiku."Makasih Murni, emak senang Ahmad dapat istri seperti kamu, mak minta sama Murni, murni jangan Tinggalkan Ahmad walau apapun yang terjadi, Dan Murni jangan pernah berubah, tetaplah seperti Murni yang mak kenal""InsyaAllah Mak, Murni akan selalu setia dampingi Mas Ahmad, dalam suka maupun duka. Karna Murni yakin Mas Ahmad adalah jodoh yang dikirim Allah untuk Murni sampai tua"Tampakn emak Mulai tersenyum, entah senyum apa itu, ditengah ia menangis ia masih bisa tersenyum. Sungguh luas hatimu Mak."Oiya Mak, Murni mau siap siap dulu ya, nanti malam abang dan yang lain akan datang kesini, kita harus nyiapin makanan Mak""Oh iya Mak juga lupa, yasudah ayo kita siapkan makanannya"Aku mengajak emak ke dapur, bukan untuk menyuruh emak memasak, aku hanya ingin Emak jangan sering sendiri, jika Emak sendiri maka semakin sering ku lihat Emak menangis, aku tak mau gak itu terjadi lagi."Mak, disini Rupanya, Ahmad cari cari tadi rupanya disini"Tiba tiba Mas Ahmad datang dengan Membawa sebuah surat."Apa itu Mad? " Tanya emak penasaran."Ini surat perjanjian mak. ""Surat perjanjian? Perjanjian apa? " Emak semakin Penasaran."Surat perjanjian bagi hasil warisan mak", tapi belum mak tanda tangani. Sebelum mak tanda tangani mak Harus tahu dulu isinya""Bacakan saja Mad, mak sudah tak nampak lagi ""Baiklah, dalam surat ini Tertulis yang pertama, bahwa hasil penjualan Rumah akan dibagi menjadi lima bagian, dan itu tanpa adanya Mba Jannah didalamnya. ""Loh, kenapa Mba Jannah gak termasuk Mas? " Aku akhirnya bersuara, meski sudah dari tadi ingin kutanyakan, tapi kuurungkan karena ini menyangkut masalah hak warisan keluarga suamiku."Mas rasa kau sudah tau jawabannya Murni, sekarang hanya butuh obatPersetujuan dari emak, jika emak menyetujui maka mak harus tanda tangan"Mak mertua terlihat bingung, aku yakin ia pasti sedang berpikir keras. Ia memang sakit hati pada anak perempuan Bungsunya itu, tapi apakah ia sanggup jika harus menghilangkan nama Mba Jannah sebagai bagian dari ahli waris?"Mad, bolehkan mak pikir pikir dulu? ""Apa yang mak pikirkan? Bilang saja sama Ahmad biar Ahmad cari solusi bersama""Mak rasanya berat jual rumah itu Mad?.. ""Loh, kenapa mak? Bukannya mak pingin rumah itu dijual sebelum emak meninggal agar kami tidak berebut nantinya? ""Satu sisi iya nak, tapi satu sisi mak Sayang jika harus menjualnya, banyak perjuangan dan pergorbanan emak dirumah itu nak"Aku dan Mas Ahmad hanya bisa diam mendengar apa yang Mak katakan. Memang benar, rumah itu hasil kerja keras emak dan almarhum bapak mertua, namun jika rumah itu tidak dijual saat ini, maka akan terjadi keributan nanti jikaak sudah tiada.Mak memiliki banyak anak laki laki, tak mungkin mereka akan mengalah semua, pasti salah satu dari mereka akan meminta haknya dari rumah itu.Part 8Rapat keluarga dirumah AhmadEmak memiliki banyak anak laki laki, tak mungkin mereka akan mengalah semua, pasti salah satu dari mereka akan meminta haknya dari rumah itu. "Mak, lebih baik rumah itu Mak jual saja, jangan Mak terlalu menengang nostalgia dirumah itu, apa emak udah lupa, bagaimana emak di usir oleh Mba Jannah? Setelah dia ngusir emak dari rumah mak sendiri, dia bisa bebas tinggal dan berkuasa dirumah itu? Tidak Mak, aku sebagai anak laki-laki tidak akan membiarkan itu"Mas Ahmad masih memendam kesal pada kakaknya, memang benar apa yang Mas Ahmad katakan, mna Jannah gak berhak atas rumah itu, apalagi dia sudah berani dan tega mengusir ibu kandungnya sendiri. "Mak, ingatlah satu hal, jika suatu hari nanti anak anak mak berkelahi karena memperebutkan rumah itu, apa mak akan senang? Apa mak akan bahagia nanti? " Mas Ahmad sudah kehabisan akal untuk membujuk ibunya. "Enggak Mad, emak gak mau itu terjadi"
Part 9Kesepakatan"Loh, kenapa bisa begitu mak? " Tanya Bang Umar, Semua yang hadir diruang tamu kaget dan kompak bertanya tanya. "Emak sudah diusir dari rumah itu" Kata kata Mak singkat tapi penuh penakan. Emak tak sanggup lagi memendam luka itu terlalu lama, semakin ia pendam semakin hancur hati nya. "Apa? Di usir? Siapa yang berani usir emak? " Samsul tampak berang, ia tak percaya ibunya di usir dari rumahnya sendiri. "Jannah dan Suaminya" Balas Mak Syam sambil terisak. Air matanya lolos begitu saja, mengucap nama Jannah seperti membuka kembali luka yang belum kering. Sakit dan perih namun tak berdaran, lebih sakit dari pada disayat pedang. "Apa? Jannah dan Ramli yang usir Emak? Kurang ajar mereka" "Aku tak menyangka Jannah setega itu sama Emak? " Saidah menggeleng-geleng kepala tak percaya pada sikap adik perempuan nya. "Kok bisa Mak, apa yang terjadi? Ceritakan pada kami, biar kami ber
Part 10Menentukan harga rumahEmak masih telihat sedih, Mba Saidah tanpa henti memberi pelukan dan semangat untuk ibunya, aku kembali merasa terharu karena teringat almarhumah ibuku. "Mak.. " Tiba tiba Mas Ahmad mengeluarkan kata. "Iya, kenapa Ahmad? ""Kalau Ahmad boleh usul, kita menandatangi surat perjanjian yang telah ahmat buat""Surat perjanjian apa Ahmad? " bang Samsul penasaran. "Aku buat selembar surat perjanjian Bang, didalam surat itu aku menulis bahwa Rumah peninggalan almarhum bapak akan dijual berdasarkan kesepakatan bersama, kemudian aku juga menulis bahwa hasil penjualan rumah akan dibagi sama rata kecuali Mba Jannah, dan yang terakhir Emak akan mendapatkan 1/5 dari hasil penjualan rumah, dan itu terserah emak mau di pakai untuk apa kita sebagai anak tidak boleh meminta hak emak dan tidak mengganggu gugat hak emak, karena kita juga mendapatkan hak masing masing. Juga kita harus menandatang
Part 11Mimpi emakLumayan banyak juga mereka dapat bagian. Aku yakin, Mba Jannah pasti akan mencak mencak jika tahu dia tak dapat warisan dari rumah itu. Padahal, Jika Mba Jannah mau meminta Maaf pada Emak dan menyesali perbuatannya, dia tak akan diperlakukan seperti ini. Ini adalah salahnya sendiri, buah dari sikap angkuh pada orang tua kandungnya. Setelah mendapat hasil yang pasti, dapat keluarga akhirnya selesai juga. Mereka tampak lebih tenang sekarang, tidak marah marah dan emosi lagi. "Mak, kami pulang dulu ya, nanti besok atau lusa Umar balik lagi kesini""Iya Nak, sering seringlah jenguk emak mu, mungkin emak gak akan lama lagi didunia ini nak""Emak jangan bilang begitu, umur ditangan Tuhan. Kita gak tahu kapan ajak datang, bisa saja kami duluan yang mendahului emak, bisa saja kan? "Emak hanya mengaangguk, karena sejatinya umur dan maut itu hanya Tuhan saja yang Tahu. Mati itu Tidak mengenal muda
Part 12Emak jatuh sakitAku tak tahu lagi bagaimana caranya menghibur Emak. Aku sendiri rasanya ingin menangis mendengar mimpinya itu. "Mak, sudah jangan bersedih lagi, serahkan saja semua sama Allah ya Mak. "Hanya itu yang bisa kukatakan pada Emak. "Murni, emak mau berpesan sama Kamu, jika suatu hari nanti emak meninggal sebelum rumah itu terjual, tolong sampaikan pada Ahmad dan saudaranya bahwa Tolong jangan bertengkar lagi dengan Jannah, biarlah Jannah jauhi emak tapi jangan saudaranya juga dijauhi, tak ada siapa siapa lagi dia didunia tanpa saudara kandungnya, katakan juga kalau emak Pingin dikuburkan dekat Bapak. "Tes.. Tes..Butiran bening lagi lagi keluar begitu saja, aku tak sanggup menahan sedih mendengar ucapan emak, seolah pertanda bahwa umurnya sudah tak lama lagi. "Iya Mak, pasti Murni sampaikan nantinpada Mas Ahmad. Sekarang emak jangan sedih lagi ya, emak harus kuat emak harus ikhlas, biar emak bisa t
Part 13Jannah diusir oleh Bang UmarHari ini Emak nampak tidak sehat, sarapan hanya dengan teh manis hangat. Aku berusaha membujuk emak agar mau makan walau sedikit, tapi emak tetap tidak mau. "Mak, makan dulu mak sedikit, biar ada tenaga" aku berusaha membujuk Emak. "Mak lagi gak selera makan Murni, mulut emak rasanya pahit""Kalau emak gak makan nanti emak tambah lemas gak ada tenaga, atau mak kepingin makan apa biar murni belikan""Mak udah minum teh tadi, Mak enggak selera makan apa apa Murni"Akhirnya aku menyerah, aku tak mau memaksa emak. Biarlah Mak istirahat dulu, mungkin nanti jika emak sudah ingin makan pasti Mak akan Minta. Mas Ahmad sudah berangkat bekerja, aku berencana ingin belanja ke pasar, tapi emak lagi sakit. Aku tak tega meninggalkan emak dirumah. "Mak, Murni mau kepasar belanja ya""Iya, pergilah Nak, jangan lupa pintu ditutup, mak gak sanggup bangun""Mak mau pes
Part 14Kemarahan Bang UmarJannah dan Ramli beringsut duduk di lantai, mereka tak berani melawan Bang Umar. siapa yang berani melawan laki-laki tinggi, tegap, bertubuh besar itu, sekali saja kena bogem darinya, maka terhuyunglah kelantai orang itu, seperti halnya Ramli. "Bang.. Sabar bang" Ucap Ahmad menenangkan Abangnya. "Aku sudah habis kesabaran sama mereka, beraninya mereka sama emak, lawan aku kalau kalian berani, dan kau Ramli lawan aku jika kau jantan, jangan hanya berani sama wanita tua dan lemah. Pecundang memang kau" Teriak Umar semakin garang. Ramli tak berani melawan, ia meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang memar. Belum puas mengahajar wajah Ramli, Bang Umar ingin menendangnya keluar. Sakit sekali hatinya, apalagi ibu kandung nya sendiri yang diperlakukan semena mena. Ahmad menahan Bang Umar agar tidak semakin brutal, Ahmad tahu jika dibiarkan bisa bonyok si Ramli. "Bang, udah bang. Jang
Part 15Isi Hati JannahAku terduduk lemas dilantai, ssdangkan Mas Ramli sedang meringis kesakitan akibat kena tinju Bang Umar. Aku tak menyangka Bang Umar datang tiba tiba kerumahku, lalu marah marah hingga memukul Suamiku. Aku yakin, pasti Emak sudah mengadu yang bukan bukan pada Bang Umar. " Kamu ak apa apa Mas? " Tanya ku pada Mas Ramli yang sedang meringis. "Apanya yang gak apa apa, kamu gak lihat mukaku dah benyok kayak gini? " Mas Ramli nampak tak baik baik saja, aku kasihan padanya. "Sini biar aku kompres pakai air hangat""Sudah, tak usah.. Aku baik baik saja" Sahutnya sambil mengibas tangan ke udara. Mas Ramli terlihat kesal padaku, padahal apa salahku padanya? Aku hanya menawarkan kompres padanya. Ia bergegas kedalam kamar lalu keluar dengan memakai jaket dan helm. "Mas, kamu mau kemana? ""Aku mau cari rumah, kamu gak dengar tadi Abangmu bilang apa? ""Aku dengar
Part 32Akhirnya emak bisa beristirahat dengan tenang, tak ada lagi rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Semua emak Luka sudah sirna seiring terpisahnya jiwa dari raganya yang Fana. Selamat jalan emak, semoga engkau tenang di alam sana. Semoga semua amal ibadahmu diterima disisi Yang Maha Kuasa. ***Rumah Saidah kini sudah ramai oleh para pelayat, Saidah sendiri masih shock dan menangis dikamarnya. "Sudahlah Saidah, jangan begini terus, iniang sudah takdir, tak ada yang perlu disesali, seribu kali kau sesalipun tak akan membuat emak Bangkit lagi" Ucap Bang Umar membujuk adiknya. "Ini semua salahku Bang, kalau saja aku tak meninggalkan emak sendiri... ""Sudah sudah.. Jangan berkata apa apa lagi, sekarang ambil air wudhu, kita akan melakukan shalat jenazah untuk Emak"Bang umar bangkit seraya menggandeng tangan adik perempuannya itu, dituntun nya Saidah kekamar mandi. "Aku tunggu diluar Saida
Part 31Nek Syam MeninggalDengan tangan bergetar Saidah mengambil gawai disaku celananya lalu menghubungi Bang Umar. "Bang... Emak masuk rumah sakit" Ucap Saidah ketika tersambung dengan Bang Umar melalui telepon. "Enak kenapa Dah? " Tanya Bang umar Penasaran. "Enak jatuh dari kursi roda Bang.. Huhuhu" Jawab Saidah sambil terisak. "Apa? Enak Jatuh dari kursi roda? Kok Bisa Dah? " Umat mulai panik. "Nanti aku cerita kan Bang kronologisnya, aku lagi diruang UGD sekarang, tolong hubungi yang lain ya Bang, aku masih shock dan lemas, tolong ya Bang.. ""Baiklah, aku akan menghubungi adik adik, kamu sabar ya dah, nanti aku kesitu"" Iya Bang. "Saidah memutuskan sambungan telepon dengan Bang umar, ia kembali menangis tatkala teringat kejadian tadi. Ia merasa sangat bersalah karena membiarkan emak sendiri dirumah, sedangkan ia lebih memilih menjaga warungnya. "Emak.. Maafin Saidah mak.. Har
Part 30Emak jatuh dari kursi rodaSebulan telah berlalu setelah pembagian warisan hasil penjualan rumah almarhum Bapak. Emak masih dirumah Saidah, kondisinya semakin membaik, emak sudah mulai bisa bicara meski terbata bata, tapi masih bisa dimengerti. Saidah membuka usaha warung dari hasil warisan itu. Sementara Ahmad membuka usaha bengkel. Umar membeli lahan sawit, dan Samsul menabung untuk investasi dimasa depan. Sementara jannah, ia menebus tanah warisan yang diberikan Bapak yang digadai saat hajatan si Yati. Selebihnya ia membuka usaha nasi uduk didepan rumah kontrakan nya. Ramli kini tak lagi bekerja, ia hanya membantu usaha nasi uduk jannah. Kehidupan anak anak Mak Syam sudah lebih membaik, terlebih jannah. Ia merasa bersyukur atas adanya warisan itu, ia bisa membuka usaha dan menebus tanahnya kembali. Ia menyesal sempat mengaidakan tanah untuk menggelar pesta hajatan Yati, anak bungsunya itu. Susah payah ia menca
Part 29Jannah mendapatkan warisanSenyum terpancar diwajah keduanya. Akhirnya rumah peninggalan almarhum Bapak kini laku terjual, Umar dan Ahmad nampak senang. Doa mereka akhirnya terkabul juga. Beberapa hari setelahnya, Bang Umar meminta semua adik adiknya datang kerumah Saidah untuk menghadiri rapat keluarga. Pada malam yang telah ditentukan, Semua anak Mak Syam datang, pun Jannah turut hadir pada malam itu. Jannah datang sendiri tanpa didampibgi Ramli, Suaminya. "Assalamu'alaikum.. " Jannah mengucap salam ketika tiba di rumah Saidah. "Waalaikumsalam.. " Jawab yang ada diruang tamu kompak. Jannah nampak canggung berada ditengah saudaranya, ia masih ingat betul beberapa waktu yang lalu saat abang dan kakaknya menyerangnya habis habisan dirumah sakit. Itu semua imbas dari perbuatan nya karena mengusir emak waktu itu, meski Jannah sudah minta maaf pada emak, namun saudaranya seperti belum bi
Part 28Rumah Warisan akhirnya terjualEmak dibawa pulang kerumah Saidah, Umar yang memiliki rejeki lebih diantara saudaranya, ia menyumbangkan sebuah kursi roda untuk ibunya. Sementara saudara yang lain menyumbang uang untuk membantu pengobatan emak selama dirumah Saidah. "Alhamdulillah akhirnya emak bisa pulang juga""Iya Murni, semoga emak bisa sembuh""Amin."Ahmad dan Murni beserta anak emak yang lain kecuali Jannah mengantarkan emak pulang dari rumah sakit kerumah Saidah. Jannah masih sibuk dengan rumah barunya. Sementara Umar dan Samsul serang membahas rumah peninggalan Bapak. "Bang, gimana rumah ada yang berminat? " Tanya samsul pada Bang Umar di ruang tamu rumah Saidah. "Ada sih yang tanya Sul, tapi murah sekali dia minta""Berapa emangnya Bang? ""Dia minta 400 Sul, sedangkan kita sudah sepakat menjualnya 500 kan? ""Kalau memang ada yang minta kasih saja B
Part 27Emak pulang kerumah SaidahSaidah menghubungi Ahmad dan abangnya memberitahukan kondisi emak. Saidah mengambil gawai dalam tas, dan menghubungi Ahmad. "Hallo.. Asalamualaikum.. ""Waalaikumsalam, iya kak gimana kondisi emak? " Tanya Ahmad melalui sambungan telepon. "Ahmad, cepat kesini.. Emak sudah sadar.. Emak sudah bisa buka mata Mad.. " Ucap Saidah sambil tersenyum. "Apa mba, emak sudah sadar? Alhamdulillah ya Allah... " Uajr Ahmad bersyukur atas kondisi emak yang sudah membaik. "Iya Mas, susah dulu ua, mba mau telepon abang dulu, mau kasih tahu kalau emak sudah sadar.. " "Iya.. Mba.. Iya, aku nanti kesana sama Murni."Ahmad begitu senang mendengar emak sudah sadar, ia tak henti berdoa dan bermunajah pada Allah agar emak bisa sembuh. Ahmad segera memberi tahu Murni kalau emak sudah sadar. "Ma.. Emak sudah sadar.. ""Apa? Yang benar Mas? ""Iya m
Part 26Emak bisa membuka mata dan mengganggukSudah dua hari emak dirawat dirumah sakit, anak anak menjaga silih berganti. Pagi ini, Saidah yang bertugas menjaga emak. Ketika Saidah sedang mengelap emak dengan kain basah, tiba tiba Saidah melihat tangan emak bergerak. "Mak.. Emak gerakin tangan? " Tanya Saidah tak percaya. Ia segera memanggil perawat untuk melihat kondisi emak. Perawat yang bertugas segera memanggil dokter Indra, selaku dokter spesialis saraf yang menangani emak. "Bagaimana kondisi Ibu saya dok? Saya melihat tangan ibu saya bergerak gerak tadi. " Saidah harap cemas, ia merasa senang ada perubahan pada kondisi ibunya. "Alhamdulillah, ada perkembangan buk, kondisi Ibu anda jauh lebih baik dari kemarin, saya sarankan sering sering ajak bicara Ibu anda, dan sering sering berikan afirmasi positif pada beliau, seperti memberi semangat, mengajak tertawa, menghibur, dan sering baca Alquran dideka
Part 25Emak menderita Stroke Hari ini, pukul tujuh pagi, Emak dibawa ke ruang laboratorium oleh dua orang perawat. Anak anaknya sudah menunggu dengan cemas. "Semoga Emak baik baik saja Ya Allah.. " Ucap Saidah berdoa. "Kita Serahkan saja Sama Allah Mba, apa yang terjadi itulah yang terbaik.. "Jawab Ahmad berserah diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Detik-detik menegangkan itu seolah begitu lama berlalu, mereka sudah harap harap cemas akan hasil kesehatan emak. Pukul sepuluh, emak keluar ruang lab, dibantu oleh dua orang perawat, kondisi emak masih belum sadar juga. Kini emak sudah dimasukkan ke ruang rawat inap, dokter memanggil salah seorang dari anak emak untuk diberikan penjelasan tentang kondisi emak. "Wali dari Ibu Syamsiah, saya ingin bicara.. " Ucap dokter Indra, dokter spesialis saraf yang menangani emak. "Saya dok.. " Ucap Umar, lalu mengikuti dokter ke ruangannya. "Silak
Part 24Jannah diserang Abang dan kakaknyaJannah sendiri tak menyadari ada tetesan bening yang keluar dari sudut mata Emak, ia sedang larut dalam tangis penyesalan nya. Jannah masih menangis sesenggukan, sudah cukup lama ia berada diruang ICU, perawat yang berjaga menghampiri nya. "Buk.. Maaf waktu kunjungan sudah selesai, ibu bisa menunggu diluar" Ujar perawat yang berjaga. "Baik mba, saya akan keluar"Jannah segera bangkit dari duduknya, disalami tangan emak sebelum ia keluar ruangan itu. "Mak.. Jannah pulang ya mak, mak cepat sembuh, Jannah pingin masak gulai daun singkong untuk emak.. "Tes... Lagi, buliran bening kembali keluar dari sudut mata emak, jannah tak menyadari hal itu, ia segera berlalu meninggalkan emak diruang ICU. Ceklek.. Pintu kaca ruangan ICU dibuka oleh Jannah, ketika ia berdiri di depan pintu, ia kaget melihat abang dan kakaknya sudah berada didepan ruang I