Home / Horor / Gulai Ari-Ari Untuk Anakku / Makan Yang Lahap Ya Nak

Share

Makan Yang Lahap Ya Nak

Author: Lesta lesta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Wah, ibu masak enak?" tanya Mail yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Mandi dulu sana, sekalian bangunin Abang Kamu ya," ucap Atika sembari ia memanaskan gulai ari yang ia masak tadi Malam.

Mail segera berlari kecil kembali kedalam kamarnya. Segera ia membangunkan abang nya Dimas yang masih terlelap.

"Bang, bangun! ayo mandi. Ibu sudah masak daging loh, untuk kita," Serunya sembari mengguncang-guncangkan tubuh Dimas.

"Serius Dek?" Seru Dimas. Seketika itu Dimas langsung bangun dan beranjak meraih Handuk yang tersangkut di pintu kamar Mereka.

"Aku sudah nggak sabar Bang mau makan gulai daging buatan ibu," seru Mail yang sudah tidak sabar dan ingin segera cepat-cepat menuntaskan mandinya.

"Apalagi Abang Dek, kan sudah lama kita nggak makan daging. Pokonya lama banget," jawab Dimas lagi.

"Aku nanti mau nambah ah Bang," Seru Mail lagi. Sembari menyabuni kepalanya.

Setelah mereka selesai mandi, mereka langsung menemui Atika sang ibu di amben yang terbuat dari bambu di depan rumah mereka.

Nasi dan gulai  yang warnanya menggugah selera sudah terhidang di amben yang terbuat dari belahan bambu itu. Tampak Atika juga sudah duduk di sana dan menunggu ke dua putra nya.

"Wah, harum sekali buk," Seru Dimas sembari hidungnya mencium aroma gulai buatan ibunya itu.

"Sudah, lebih baik duduk dan baca doa dulu," ujar Atika mengarahkan kedua anak nya.

"Buk ini dagingnya kok lembut sekali?" tanya Dimas, di gigit nya ari-ari yang menyerupai tetelan daging itu dan rasanya sangat enak menurutnya.

"Maf kan, ibu ya Nak. Ibu hanya bisa membeli tetelanya saja, bukan daging nya," ujar Atika meyakin kan.

"Ini saja sudah enak, apalagi dagingnya," Seru, Mail namun belum memakan nya.

"Enak sekali buk." Mail kini telah memakan sepotong ari-ari itu.

"Iya, enak banget buk, besok-besok mau dong buk, dimasakin begini lagi." tambah Dimas juga.

Atika yang mendengar pengakuan kedua anaknya, merasa sangat berdosa dan sangat kasihan. Harusnya daging sapi yang ia berikan bukan potongan ari-ari bayi. Hatinya betul-betul ikut Ter, iris rasanya.

"Ibu nggak makan?" tanya Dimas.

"Kalian saja dulu, ibu nanti saja," jawab Atika. Matanya menyimpan sejuta rasa bersalah, terlebih kepada Ningsih.

"Ini buk, Mail suap ya." Mail malah menyodorkan suapan tanganya kepada Atika.

Ingin sekali ia menolaknya, namun karna penasaran akhirnya ia menerima suapan dari Mail.

 Menurutnya dagingnya benaran empuk dan kenyal, tidak tau entah seperti rasa daging apa, namun bila diperhatikan lebih mirip dengan tetelan Sapi.

Akhirnya Atika mengambil nasi nya sendiri dan juga lauk gulai itu.

"Enak ya," ujarnya sembari masi menikmati makan nya.

Belum sempat mereka  selesai makan, tiba-tiba Nilam menghampiri mereka.

"Wah, makan enak nih? semalam katanya nggak ada uang?" ucap Nilam tetangganya.

"Ahh,, kamu ini, ini hanya tetelan Sapi saja kok," jawab Atika berbohong.

"Aku mau ikut makan dong, Alaku belum makan nih," ucap Nilam lagi. Atika tidak bisa melarangnya, apalagi kini Nilam telah mengambil piring dan segera mengambil nasi dan gulai itu.

Nilam memang bertetangga dengan Atika, dia juga sama hidupnya seperti Atika. Bedanya Nilam suaminya masih mengirim uang, walaupun jarang.

"Enak banget nih, kayak nya ini tetelanya masi segar ya?" tanya Nilam sembari masi menikmati gulai itu.

"Iya, aku beli semalam sore. Jadi masi baru," jawab Atika.

"Wah beneran enak sekali, kayak kenyal-kenyal gitu tapi lumayan lembut," ujar Nilam lagi. Ia begitu semangat menikmati hidangan itu.

Atika hanya tersenyum, saat Nilam berkata bahwa gulai itu benaran enak.

"Eh maaf ya, Aku nggak bisa nih kasih kalian daging, soalnya aku cuma kebagian dikit belom lagi ngasih mertuaku,"  Ucap Nilam.

"Nggak apa-apa Nil, lagian ini juga sudah cukup," jawab Atika. menurutnya inilah upah dari kerjaanya tadi malam menjaga Ningsih.

" Buk! dibelakang masih ada nggak?" tanya Dimas.

"Nggak banyak nak, soalnya semalam ibu hanya beli setengah kilo saja," jawab Atika. Karna memang sesuai, dengan besar ari nya.

"Sumpah, ini tetelan paling enak dan paling lezat yang pernah aku makan," ujar Nilam.

Atika hanya tersenyum mendengar pengakuan Nilam, biarlah untuk masalah berdosa itu menjadi urusan nanti pikirnya.

Daripada Atika melihat kekecewaan, di raut wajah kedua anaknya. Kalau saja Ia tidak memasak ari-ari itu, mungkin juga hari ini mereka hanya makan dengan sebungkus mi instan lagi.

Setelah mereka selesai makan, Nilampun berpamitan, dengan wajah berseri-seri karna sudah kenyang. Andai saja dia tau kalau itu ari-ari bayi, mungkin semua isi perutnya sudah keluar semua.

Sementara Dimas dan Mail sedang Teleponan dengan bapaknya yang berada di negri orang.

"Pak, tadi ibu masak tetelan sapi," ujar Mail ke bapaknya.

"Tetelan? ibumu dapet uang dari mana?" sahut Daut heran, sedangkan ia tidak pernah mengirim uang sama sekali, karna memang gajinya selalu ditahan oleh bos nya katanya. Bahkan ia tidak di perbolehkan untuk pulang.

"Ibu beli Pak, enak sekali rasanya," seru Mail lagi.

Atika yang mendengar itu merasa kasihan sekali dengan Kedua anaknya. Hanya karna tidak sanggup melihat kemurungan mereka berdua Atika malah salah langkah.

"Ibumu ada uang?" tanya Daut lagi dari sebrang sana.

"Ada sih, kayaknya Pak!l," jawab Mail.

"Coba kasih sebentar sama ibu, bapak mau bicara."

Mail segera memberikan ponselnya kepada Atika." Gimana kabar kamu Mas?" tanya Atika membuka pembicaraan.

"Baik, Dek. Kalian bisa beli daging uang dari mana?" ternyata Daut masih begitu penasaran.

"Ooh, itu dikasih Mas. Kalau beli kami mana ada uang," jawabnya bohong.

Seandainya saja Daut tau, kalau Atika memberi makan kedua anaknya dengan gulai ari-ari entah apalah jadinya.

"Oh, begitu. Yasudah, pulsa Mas nggak Banyak, kalian baik-baik disana ya, Daut pun segera mematikan sambungan ponsel nya.

Atika segera meletakan harta satu-satunya, yaitu ponsel bututnya itu. Pernah Atika mencoba mau menjualnya karna kehabisan beras, namun nggak ada yang mau beli karna tombolnya semua sudah rontok dan layarnya pecah. Karna Ponselnya itu memang  ponsel yang udah jadul, carjernya juga carjer Kodok.

Dilihatnya Kedua anak nya tidur sangat pulas, sementara diluar sana anak lain,  sedang berlebaran kesana-kemari dengan memakai pakaian baru.

Atika merasa sangat ter haru hatinya, saat melihat kedua putranya terlelap dengan perut yang sudah Ter isi.

Kerja Atika juga sehari-hari hanya sebagai tukang jahit baju keliling, kalau ada yang jahit, sehari ia hanya bergaji 15 ribu. Itu sudah paling kenceng. Jadi jangankan untuk beli baju baru, beli beras saja, ia nggak mampu.

Atika tidak tau apa yang akan terjadi untuk kedepannya, namun Atika tidak perduli, yang penting perut kedua anak nya kenyang.

Dari kejauhan, Atika melihat ibu nya Ningsih berjalan ke arah rumahnya,  hatinya sudah mulai tidak tenang. Jangan bilang kalau ia tau Atika sudah memasak ari-ari cucu nya.

"Ahh, mana mungkin mereka tau, aku sudah mengubur kain sebagai penggantinya kok. Kalaupun mereka bongkar nanti paling aku tinggal jawab, mungkin dimakan Kucing atau dimakan binatang lainya," gumam nya.

"Atika!" Panggil wanita tua itu setelah sampai di hadapan Atika.

Atika yang tadinyanya pura-pura memalingkan pandanganya, kini memberanikan diri untuk melihat kearah wanita tua itu.

Bersambung.

Related chapters

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Rezky Tidak Terduga

    Atika sudah semakin keringat dingin saat wanita tua itu mendekatinya," Atika. Maaf ya semalam Saya lupa mau ngasih ini kepadamu karna kamu keburu pulang," ucap ibunya Ningsih sembari memberi selembar uang 50 ribu."Apa ini Buk?" tanya Atika heran."Ini sebagai ucapan terimakasih Saya, karna Kamu sudah membantu semalam untuk menjaga Ningsih," ucapnya. Atika mengira ia hanya meminta tolong begitu saja, tapi ternyata ia malah memberikan uang."Tapi Saya ikhlas kok buk, lagian harusnya Saya yang menyalami Ningsih.""Nggak lah. Mana ada yang gratisan, saya sudah merepotkanmu semalam. Coba saja suaminya Ningsih masih ada." Wajahnya tiba-tiba berubah. Mungkin saja Ia teringat oleh Suami Ningsih yang sudah meninggal dunia 3 bulan lalu."Maaf ya buk, gara-gara saya ibu jadi sedih," ucap Atika merasa tidak enak."Oh iya saya mengucapkan selamat hari raya idul Fitri ya, mohon maaf lahir batin," ucapnya mengalihkan pembicaraan.Atika segera membalas uluran tangannya, dan meminta maaf kembali. Te

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Siapa Orang itu

    Malam semakin larut. Atika mewanti-wanti menunggu kedua putranya tertidur, setelah mereka berdua tidur, Atika akan segera melakukan aksinya."Kalian belum tidur?" tanya Atika. Kedua putranya masih saja belum tertidur. Padahal sudah tengah malam."Belum Buk. Dimas belum ngantuk," jawab Dimas sembari masih membaca buku.Atika sedikit cemas, bagaimana kalau anaknya tidak tidur-tidur. Kalau sampai terlambat gawat, karna mungkin bisa saja besok Ningsih akan membongkar ari-ari itu.Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya anaknya Mail, tertidur. Namun tidak dengan Dimas."Kamu belum tidur? adek kamu sudah tidur tuh," ucap Atika."Belum Buk. Dimas tidak ngantuk!" jawab Dimas. Entah ada firasat apa sampai Dimas tidak bisa mengantuk malam itu.Atika tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ia memutuskan akan pergi diam-diam. Walaupun Dimas belum tertidur.Atika keluar rumah, dengan cara mengendap-ngendap seperti maling saja. Begitu sepi dan sudah tidak ada lagi manusia berkeliaran. Hanya saja A

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Makan Apa?

    "Buk. Kita nggak makan?" tanya Mail. Ia melihat Atika ibunya sedari siang terus benggong."Ibu marah ya?" sambung Dimas lagi."Nggak, ibu nggak marah kok. Ngapain ibu marah? ini bukan salah kalian, seandainya saja dulu ibu nggak mengizinkan bapak kalian merantau, mungkin nasip kita nggak seburuk ini. Dan kalau hanya untuk makan saja pasti bisa." Atika menghela napasnya.Ia merasa berdosa, karna tidak bisa menyekolahkan kedua anaknya. Hidupnya begitu susah. Ditambah lagi orang-orang disekitarnya tidak ada yang perduli. Jangankan untuk menolong, melihat kehidupan Atika yang sulit saja mereka jijik."Maafkan Dimas ya Buk. Dimas sudah menuntut untuk sekolah, padahal kita susah," ucap Dimas sembari memeluk tubuh Atika."Nggak apa-apa Nak, setiap anak memang berhak untuk sekolah. Hanya saja keadaan kita tidak seberuntung yang lain."Sementara itu Atika terus kepikiran gimana ari-ari yang ia ganti. Apa Ningsih tidak mengetahuinya sama sekali. Dan siapa orang yang telah mengintipnya malam itu

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Santapan Malam

    Atika berlari menyusuri jalan yang ia lewati tadi. Malam semakin kian larut, ada beberapa rumah yang ia lewati. Namun sepi sama sekali tidak kelihatan orangnya, karna mungkin semua sudah berada didalam.Ketika sudah sampai persimpangan, Atika berjalan dengan sangat hati-hati. Karna memang banyak rumah yang ia akan lewati dan sebagian orang itu juga masih berada diluar rumah.Bodohnya Atika, bukanya membawa arinya saja, namun beserta baskomnya juga ia bawa. Karna memang tadi hanya ada sedikit kesempatanya untuk mengambil ari itu."Duhh, gimana ini? kalau aku bawa sama baskomnya ini, akan ada Orang yang curiga," gumam Atika. Ia berfikir mulai mencari akal agar bisa membawa pulang ari itu tanpa membawa baskomnya juga.Setelah melihat sekeliling jalanan, akhirnya ia melihat sebuah karung bekas. Diambilnya karung bekas kotor itu dan memasukan ari-ari itu bersama baskomnya juga."Biarlah kebesaran, daripada nanti ada yang melihatku." lirihnya namun masi sambil berjalan mengendap-ngendap ag

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Kematian

    Lebaran sudah lewat beberapa hari. Atika mulai beraktivitas seperti biasa, menjahit keliling. Sepi, sama sekali tidak ada yang jahit. Atika berfikir karna ini masih lebaran, dan orang-orang sebagian juga masih sibuk dengan suasana lebaran mereka.Saat Atika menyusuri jalan perkampungan, ada beberapa ibu-ibu sedang mnggobrol serius. "Tau, nggak. Itu, semalam. Kejadian dikampung sebelah, katanya ada ari-ari hilang," ucap salah seorang wanita."Ah, masa sih? kok aku jadi serem dengernya ya," jawab wanita yang sedang menjemur cucian."Iya, bener. Aku saja tau dari Mbok Karsem. Semalam dia itu membantu persalinan dikampung sebelah. Eh, taunya arinya hilang. Apa nggak serem tuh," ucapnya lagi meyakinkan ibu-ibu yang lainnya. Atika yang mendengar itu, wajahnya seketika berubah. Rasa takut akan ketahuan kalau sebenarnya ialah biang dari semuanya."Maaf, ibu-ibu. Mau jahit baju nggak?" Atika mencoba menawarkan jasa jahit baju keliling nya."Nggak, ada yang mau jahit baju sama kamu! mending p

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Kabar Menyayat Hati

    Hari sudah menjelang pagi, namun bayangan Atika belum juga tampak keluar dari kamarnya."Bang, aku lapar. Ibu kok nggak keluar-keluar sih?" ujar Mail. Tidak seperti biasanya Atika lama bangun."Mungkin Ibu masih tidur, Dek. Coba kita banguni saja yuk." Ajak Dimas."Buk, buk." panggil Mail, dan Dimas serentak.Atika yang mendengar suara kedua anaknya, langsung tersadar dan langsung terbangun. Dilihatnya Kedua anaknya sedang menunggunya di, depan pintu. "Kalian kenapa kok disini? maaf ya Ibu kesiangan," ucap Atika."Aku lapar buk," ucap Mail sembari memegangi perutnya."Sebentar ya. Ibu mau masak sisa tetelan semalam," ujar Atika. Sewaktu ia memasak ari semalam sengaja tidak dimasaknya semua. setengah dari ari itu di sisakannya, namun sudah direbus. Agar tidak bau."Wah, makan enak lagi!" seru Mail."Iya, Dek. Ibu memang paten." tambah Dimas.Atika tersenyum melihat kedua anaknya bahagia. Baginya kebahagian kedua anaknya, adalah yang terpenting.Setelah ari-ari selesai dimasak, Atik

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Jangan Pergi Nak

    Gulai Ari-Ari Untuk Anakku#9Malam ini cuacanya sangat dingin. Hujan badaipun mengguyur desa Atika. Semua Air naik keteras rumahnya. Karna memang dataran rendah."Buk, banjir. Atap rumah kita juga bocor," ucap Mail. Ia kewalahan menguras air yang naik keteras rumahnya."Ya ampun, gimana ini? Ibu mana pintar betulin atap rumah," jawab Atika panik.Sedangkan air dan lumpur mulai menggenang dan masuk kedalam rumahnya."Biar Dimas manjat ya, buk.""Nggak, usah nak. Nanti kamu jatuh." Atika ragu."Tapi buk. Kamar ibu sudah basah semua kasurnya. Kalau nggak segera dibetulin nanti makin parah. Dimas kan sudah besar buk," ucapnya yakin."Iya buk, benar. kan Bang Dimas bisa manjat," tambah Mail lagi.Atika berfikir sejenak. Dilihatnya kasur kapuknya yang sudah buluk hampir basah seluruhnya. "Tapi, kamu yakin bisa Nak?""Ibu jangan sepele, Dimas kan sering diajari Bapak kemarin. Kata Bapak, kalau nanti Dimas besar, Dimas harus bisa semuanya kan Dimas anak laki-laki," serunya."Sudahlah, jangan

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Rencana

    Gulai Ari-Ari Untuk Anakku#10"Yang sabar ya Ti! Dimas sudah tenang disana. Suamimu kenapa nggak kamu, kabarin?" Ucap Nilam. Nilam, yang memang baru datang setelah penguburan Dimas, selesai terus menenangkan Atika."Suamiku sudah mati Nil," Jawab Atika lantang."Astagfirullah, kok kamu bilang begitu?""Dia sudah mati didalam hatiku Nil! dia sudah tega menelantarkan kami. Kamu tau dia itu bukan kerja, melainkan menikah lagi." Atika mengeluarkan semua unek-uneknya."Kamu tau dari siapa? kan kamu sendiri, yang bilang kalau Daut, bekerja," Nilam binggung."Aku tau dari seseorang Nil. Sudahlah Nil, nggak usah bahas dia lagi. Aku nggak suka ngebahas dia." Jawab Atika kesal."Dimas anak baik! Padahal cita-citanya tinggi sekali, Dan ingin sekolah. Malang sekali nasipnya," Lirih Nilam. Ia menyeka Airmatanya. Sebagai teman, sekaligus tetangga Atika, Nilam orangnya baik, dan perduli kepada Atika."Aku belum sempat mewujutkan permintaan Dimas, aku merasa berdosa, dan nggak becus jadi Ibu," Ucap A

Latest chapter

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Permohonan Maaf

    "Aku kecewa sama Mama!" Pekik Yuni. Airmatanya menetes begitu derasnya."Maafkan Mama Kak. Mama terpaksa melakukan ini, karna nggak da jalan lain. Papamu pergi meninggalkan kita, mama nggak rela hidup tanpa harta Kak." Lirih Dela. Ia ingin sekali meyakinkan Yuni, agar Yuni bisa mengerti kondisinya."Sekarang aku tau, siapa dibalik pembongkaran makam Dini!" Yuni menepis tangan Dela."Maafkan Mama, Mama hanya ingin memperdaya Atika. Kamu tau, kan kalau Papamu itu lebih memilih mereka dibanding kita.""Tapi nggak harus mengorbankan Dini juga Ma!" Pekik Yuni. Ia tidak terima adiknya disakiti oleh siapapun, ia sangat menyayangi Dini adiknya."Mama tau Mama salah. Tapi Maam menyesal." Kalau Atika tidak mencari tumbal untuk Mama, maka Mama, dan kamu yang akan celaka Kak.""Maksut Mama apa sih? Yuni nggak ngerti Ma. Yuni nggak abis fikir dengan jalan pikiran Mama."Dela menunduk. Sejak awal memang ia tidak menyukai Diwan, karna Diwan itu orang yang tidak punya, dan apa adanya. "Mama nggak beg

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terungkap

    "Sayang, sadar." Diwan mencoba membuka jemari tangan Atika yang terkepal sangat kuat. "Lepasin! lepasin saya, hahahahaa." Atika malah tertawa terpingkal-pingkal. Dan itu sangat membuat Diwan merinding, seluruh bulukuduknya naik."Siapa kamu? kenapa kamu mengusil istri saya?" Tanya Diwan lagi."Kamu tidak perlu tau siapa saya! hanya istrimulah yang tau siapa saya!" "Astaghfirullah, kamu mau saya, kasih hadiah?" Mulut Diwan mulai membacakan ayat suci Al-Quran, dan tanganya tetap memijit jari-jari Atika yang terkepal."Hahahaha," Seluruh tubuh Atika bergetar hebat, dan mengambang diatas Awang. Diwan sangat merasa panik, karna takut Atika akan terjatuh."Brukkkk," Benar saja Iblis itu menjatuhkan tubuh Atika, tepat dimeja kaca."Katakan siapa kamu? kamu jangan main-main dengan saya!" Bentak Diwan. Dilihatnya kepala Atika sedikit terluka akibat terkena sudut meja."Kasih saya tumbal yang saya mau! baru saya, akan menjawab siapa saya!" Diwan mencerna suara itu, sepertinya ia mengenali sua

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Camburu

    "Mas, aku heran deh, siapa yang bawa Mail kesana?" Ucap Atika."Mas, juga heran. Setau kita Mail nggak pernah tau jalan kerumah Daut." Jawab Diwan."Apa sih maksut Daut? ngapain dia ambil Mail?" Ucap Atika kesal."Mungkin bukan dia yang ngambil sayang. Mungkin memang Mail kesana sendiri, atau mungkin dia selama ini tau alamat Daut.""Nggak Mas. Mail nggak akan tau itu, karna memang dia nggak pernah nanyak soal bapaknya!""Lalu apa tujuan kamu sayang? setelah ini?""Biarkan saja dulu Mas. Aku yakin Daut pasti ada maksut sesuatu, dan kita nggak boleh gegabah. "Tok, tok, tok," Suara kentongan mulai berbunyi lagi dari luar. Para warga beramai-ramai membawa obor."Mereka pasti mau cari anak Ijah Mas." "Iya. Mas, tau dari pas ngelayat tadi. Tapi masa iya mereka bilang anak Ijah diculik setan kepala." Ujar Diwan. "Mereka salah faham kayaknya Mas, soalnya mereka nggak liat langsung kok. Hanya dugaan mereka saja.""Mas masih penasaran sayang." "Penasaran apa?""Penasaran sama keberadaan Mb

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Siapa Dia

    "Pak kalau boleh tau siapa yang meninggal?" Tanya Atika, saat ia keluar dari rumah pagi itu."Ijah Ti. katanya komplikasi." Ucap lelaki itu."Ijah? Ijah Istrinya Anto?" Tanya Atika kaget."Iya tadi malam, selesai lahiran ninggalnya.""Gimana dengan anaknya pak?" "Anaknya baik-baik saja. Tapi," Lelaki itu menghentikan ucapanya."Tapi kenapa pak?" Atika semakin penasara."Anaknya dicuri sama setan yang hanya kepala Ti!" Ucap Lelaki itu lagi."Setan kepala? maksutnya gimana pak?" "Tadi malam kami ribut-ribut memukul kentongan itu mencari keberadaan anak Ijah, yang dicuri setan kepala, tapi Sampai pagi ini nggak ada titik terangnya."Atika semakin heran, dan sedikit bertanya-tanya. Ia menelan ludahnya dengan sangat susah. "Terimakasih Pak." Atika langsung kembali kerumahnya."Apa ini kerjaan Mbah Rondo? aku memang sudah waktunya memberikan tumbal. Tapi kenapa Mbah Rondo melakukan ini? bukan cuma ari-ari saja yang diambilnya tapi bayinya juga. Keterlaluan Mbah Rondo!" Pekik Atika kesal.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Mail Pergi

    Ijah terus meringkuk kesakitan diperutnya. Keringat dingin sudah mencucuri seluruh tubuhnya, Bayinya juga tidak kunjung keluar. Mbah Karsem, beserta bidan yang dipanggil Atika tampak kebinggungan, dan kawalahan."Sakit Mbah!" Pekik Ijah. Ia sedari tadi terus menjerit kesakitan. Wajar jika sakitnya dua kali lipat dibanding lahiran normal biasanya."Masih sakit sekali ya perutmu?" Tanya Mbah Karsem."Masih Mbah, ini sakit sekali dan aku nggak kuat Mbah." Lirih Ijah."Gimana ini bayinya belum mau keluar juga." Ucap Mbah Karsem. "Ayo di ejankan pelan-pelan ya Mbak. Ini pembukaannya sudah lengkap kok." Ucap bidan itu."Saya nggak bisa Mbak. Ini sakit sekali.""Ayok dikit lagi kepalanya sudah kelihatan kok," Ucap Mbah Karsem. "Semangat Jah. Kamu harus bisa, kasian anakmu, kalau kamu lemah.""Owe, owe, owe," Alhamdulilah, akhirnya lahiran juga. Bayinya sehat, perempuan." Ucap Mbah Karsem. "Bayi Ijah sangat bersih, dan putih, walupun lahir perematur namun bayinya sepertinya kuat."Kepala s

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ternyata Sandiwara

    "Jadi kamu pernah mau diperkosa?" Diwan menyusul Atika masuk kedalam kamar mereka.Dikilitnya Atika duduk didepan cermin besar kesayangannya. "Untuk apa kamu nanyak lagi Mas? kamu masih nggak percaya juga?" "Mas, percaya kok. Mas, hanya kasihan denganmu. Sudah ditinggal kawin oleh Daut, eh malah si Anto mau melakukan itu kepada kamu. Seandainya Mas, yang jadi Daut, sudah Mas, hajar itu Anto!"Atika hanya tersenyum kecil, mendengar ucapan Diwan suaminya."Kalau Ijah nggak bekerja lagi, siapa yang akan menggantikan dia Mas?"Tanya Atika. "Sebaiknya nggak usah ada lagi pekerja dirumah ini sayang. Biarkan Mas, saja yang membantu kamu.""Nggak bisa Mas! harus ada. Kamu tau kan, kalau pekerjaan dirumah ini nggak akan ada habisnya." "Terserah kamu. Mas, ngikut apa katamu Saja. Tapi Mas, minta tolong jangan pernah berbuat seperti itu lagi. Kasian Ijah dia jadi seperti itu. Seharusnya kita bertanggung jawab atas apa yang menimpa Ijah sayang.""Aku tau Mas, aku cuma menggertak Anto saja tadi.

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Terkuaknya Cerita Lama

    "Gimana ini? kalau aku nggak ada biyaya, aku harus terima tawaran Yuni? Ahhhh, konyol sekali. Aku sudah cacat, mana mau Atika denganku walaupun hanya berpura-pura pun mungkin ia sangat jijik denganku." Ucap Daut.Ia segera meraih ponselnya, dan mencari nomor kontak Yuni yang masih tersimpan di hpnya."Ada apa?" Sahut Yuni dari sebrang, benar saja ia belum mengganti nomornya."Aku terima tawarnmu," Ucap Daut. "Kamu yakin? kenapa kamu nggak bilang dari semalam?""Aku sebetulnya nggak yakin kalau Atika mau kembali kepadaku, setelah apa yang aku perbuat Yun.""Gampang! kamu bisa perkarakan soal anakmu saja. Kamu kan masih ada anak, yang bisa kamu peralat." "Tapi, mana mungkin aku mengorbankan anakku." "Bisa saja. Asal kamu mau.""Aku akan coba Yun. Tapi setelah aku sembuh, dan keluar dari sini." Ucap Daut."Kamu harus berhasil merebut istrimu kembali, agar aku bisa mendapatkan suamiku kembali. Aku masih nggak rela mereka hianati." Lirih Yuni."Bukankah kamu sendiri yang bilang?" "Iya

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Ancaman

    "Mail, kamu kenapa nak?" Tanya Diwan. Matanya tertuju kearah Mail, yang sedang menangis dibelakang pintu dapur."Nggak papa Yah." Jawab Mail pelan. Ia tidak Berani mentap Diwan. "Astaghfirullah, kaki kamu kenapa nak?" Mata Diwan dikejutkan dengan luka lebam, disekujur betis Mail."Aw, sakit Yah," Lirih Mail, saat Diwan menyentuh betisnya."Ini siapa yang melakukanya?" Tanya Diwan serius. Ia memeluk tubuh munggil Mail.Mail terdiam, ia sangat takut untuk menjawabnya. Ia tidak mau ibunya bertengkar dengan Ayahnya karna pengaduannya."Mail jatuh Yah," Jawab Mail. Ia menundukan pandanganya."Bohong! jawab, siapa yang buat ini?" Tanya Diwan lagi. Ia sangat menyayangi Mail, ia tidak rela jika Mail disentuh oleh siapapun, walaupun ibu kandungnya sendiri."Mail nggak bohong Yah." Jawab Mail lagi, namun tiba-tiba airmatanya mengalir."Ibu yang melakukan ini kan? Mail, lihat ayah! Ayah selalu mengajarkan Mail agar tidak berbohong, karna berbohong itu adalah perbuatan dosa. Jadi jawab Ayah, sia

  • Gulai Ari-Ari Untuk Anakku    Luka Yang Bersemayam

    "Bagaimana Pak? apa sudah bisa dilunasi biyaya oprasinya?" Tanya Dokter itu lagi. "Sebentar ya Dok, saya mau hubungi keluarga saya dulu." Jawab Daut. Ia kebinggungan, kepada siapa ia harus meminjam uang. Sedangkan tabunganya juga nggak cukup untuk biyayanya."Nggak ada jalan lain. Aku terpaksa meminjam uang kepada Atika. Mudah-mudahan dia mau meminjamkan aku uang, lagian tanah yang ia gunakan masih tanahku, dan atas namaku juga." Gumamnya.Ia segera mengambil ponselnya, dan mengirimkan sms kepada Atika, berharap ada balasan dan Atika belum mengganti nomornya."Mas Daut?" Mata Atika membulat ketika ia melihat isi pesan, dari Daut."Siapa sayang?" Tanya Diwan. Namun tidak melihat kearah Atika, karna ia fokus menyetir."Bukan siapa-siapa sayang. Ini Rasti mau pinjam uang.""Rasti? pinjam uang lagi? kok aneh ya, dia pinjam uang terus. Kemaren juga dia minjam sama Mas," Ucap Diwan keceplosan."Dia minjam yang sama kamu Mas? kapan? kok aku nggak tau?" "Kemarin itu sekali." Jawab Diwan lag

DMCA.com Protection Status