Pertanyaan yang dilontarkan Angel membuat Rere kembali berpikir keras, sudah cukup lama peristiwa itu terjadi. Sudah saatnya dia melupakan namun nyatanya tidak semudah itu. Saat ini mungkin Edzard akan menerima dengan lapang dada namun, bagaimana dengan esok hari. Apa Edzard akan tetap menerima hal tersebut, ketakutan Rere semakin menjadi. Wajahnya memucat seketika.
“Re, kamu baik-baik saja?” tanya Angel.
Rere yang sempat melamun menoleh ke arah Angel lalu mengulas senyum dan mengangguk. Angel terlihat tidak enak hati, mengingat hal yang dia tanya begitu sensitif. Wanita itu menggigit bibir bawahnya, dia gusar, membenahi letak duduk lalu berdeham. Menghela napas panjang, walau bagaimana pun, dia tidak bermaksud menyinggung Rere, melainkan ingin wanita di hadapannya itu kuat, berhasil melupakan masa lalu.
“Maaf jika pertanyaanku ini sangat lancang, Re,” ujar Angel penuh hati-hati
Hai, terima kasih sudah membaca Godaan Memikat, jangan lupa tinggalkan jejak komentar!
Edzard mendengkus kesal, ingin sekali rasanya dia mencari keberadaan sang istri namun, kesibukan menghadiri rapat di beberapa tempat berbeda membuatnya mengurungkan niat. Semua rapat penting bagi kemajuan perusahaan, terutama pertemuan dengan makan malam dengan rekan bisnis dari luar kota. Sejak siang tadi sang istri sangat sulit sekali dihubungi, setiap kali tersambung. Angel yang mengangkat telepon, dia bahkan tidak memberikan waktu untuk berbincang dengan sang istri. Bukan tidak mengijinkan Rere keluar. Dia hanya ingin menanyakan kabar terhadap sang istri, bukankah itu suatu hal yang lumrah. Perasaan cemas bercampur aduk ibarat benang kusut tidak terurai dan membuat kepala pening. Edzard berulang kali menilik jam tangannya. Menunggu rekan bisnis di sebuah restoran membuat dia jenuh. Lelaki tersebut mengentak-entak kaki, terasa menyesakkan di dada. Raga ada di tempat tersebut namun, tidak untuk pikira. Dia sungguh sangat kha
Senja tiba, Rere baru pulang ke rumah bersama Angel, kedua mertuanya tidak ada di tempat. Kedua wanita tersebut baru kembali dari jalan-jalan seharian, pergi makan, ke bioskop lalu ke salon untuk perawatan, berbelanja pakaian, makan lagi dan akhirnya setelah lelah pulang ke rumah. Rere juga mulai membuka hati, mencoba percaya berbagi cerita dengan Angel. Usai kepergian Nayla yang menjadi kehilangan teramat dalam, belum ada lagi sahabat yang siap ada untuknya. Bukan tidak ada, hanya mungkin dia yang ragu untuk membuka hati dan perasaan, percaya pada seseorang. Saat ini Rere tengah mencoba lingerie yang dibelikan Angel, wanita itu memandang ke arah cermin. Mengamati pantulan dirinya, terlihat sangat sexy. Bagian kerah membentuk v, sedangkan pengait tersebut hanya seperti tali menggantung di pundak, ah malu sekali wajahnya memerah, semerah warna lingerie yang melekat di tubuhnya. Tidak ada mantel lingerie, hanya dress sexy setinggi lutut saj
Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Edzard kembali merengkuh Rere untuk kesekian kalinya pada pagi buta itu. Bau dari hasil persetubuhan menguar di ruangan. Peluh membanjiri setiap senti tubuh telanjang kedua insan. Satu sisi bertemu rasa dahaga yang selalu membuat bahagia. Namun, di sisi terdalam ada semburat kelabu menyakitkan. Sebagai suami Edzard sosok sempurna, pria gagah dengan memanjakan istri dalam setiap kegiatan. Namun, pada satu titik ada sesuatu yang berlubang, di mana Rere seolah tidak mendapat hati sang suami. Goresan di atma itu masih terpatri nama lain. Nama yang begitu membelenggu lelaki tersebut. Mungkin itu wajar, pertemuan Edzard dengan mantan istri keduanya memberikan ruang tersendiri. Kala itu Edzard bak selongsong kosong, dan kehadiran Evelyn menjadi bernas dalam kekosongannya. Hati Rere begitu rapuh, tidak setegar yang terlihat. Bingkisan kata-ka
Sampai di rumah sakit Rere segera mendapatkan penanganan dari dokter. Edzard menantinya dengan perasaan was-was. Doa panjatkan agar sang istri baik-baik saja. Mengingat kondisi wanita mungil tersebut banyak mengalami kesulitan karena dirinya. Seorang pemuda yang berjalan di koridor rumah sakit mengernyitkan kening. Melihat Edzard yang gusar, berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD. Langkah lelaki tersebut berhenti sejenak lalu mendekat ke arah Edzard. "Zard," sapanya. "Ken," ujar Edzard yang juga terkejut melihat sang sahabat berada di rumah sakit sama. "Apa yang kau lakukan di sini pagi buta?" tanya Edzard. "Ah, aku mengantarkan Rafael untuk periksa, bocah itu sakit gigi," jawabnya. "Kau sendiri mengapa ada di depan IGD?" tanya Kenzo bersedekap, rambutnya terlihat acak-acakan dengan setelan baju tidur warna navy yang masih dikenakan. "Rere masuk rumah saki
Edzard menoleh ke arah sang istri yang terlelap dalam tidurnya. Dia kemudian meraup wajah dengan gusar. Lelaki tersebut lalu duduk di kursi dekat brankar. Tangan berototnya mengelus rambut wanita tersebut dengan sayang beberapa kali, dia bangkit, merunduk. Lalu mengecup pipi dan kening sang istri secara bergantian. Ada rasa haru, mendengar kabar yang dokter lontarkan. Namun, sejurus kemudian dia menatap kosong ke arah langit-langit kamar pasien. Yah, Rere baru saja dipindahkan ke ruangan tersebut setelah mendapat penanganan. Hal terpenting bagi dirinya adalah keadaan sang istri. Pintu ruang rawat inap terbuka, kedua orang tua Edzard masuk ke dalam. Mereka melangkah mendekati Edzard, tersenyum dengan wajah cemas. Bagaimana tidak cemas, pagi tadi mereka dikejutkan dengan kondisi Rere yang memprihatinkan. "Bagaimana keadaan Rere? Apa yang sebenarnya terjadi, mungkinkah ini berkaitan dengan kecelakaan yang hampir terjad
Rere berlari melewati grup musik yang sedang mendendangkan lagu. Suara ingar-bingar tersebut seolah tidak terdengar di rungunya. Fokus dia hanya pada satu sosok tidak asing. Wanita cantik dengan rambut ikal, di mana wanita tersebut tengah menggendong bayi. Bruk! Tubuhnya menabrak seorang yang datang dari arah berlawanan. Minuman yang di bawa orang tersebut jatuh ke tanah. Rere melebarkan mata, dia menutup mulut dengan kedua tangan. Terkejut. “Maafkan saya,” ujar Rere melihat ke arah rerumputan di bawah. “Ah, tidak masalah, saya ok.” Suara bariton terdengar. Gurat kecewa terpampang jelas di wajah Rere ketika menoleh ke arah tadi, sang wanita tidak ada lagi di tempat. Dalam benak Rere berpikir andaikan dia lebih hati-hati sehingga tidak menabrak seseorang. Mungkin, kah dia akan bersua kembali wanita yang pernah menorehkan luka sedalam itu. Ke
Rere menatap langit-langit kamar, mata belum terpejam. Bayangan wanita yang tersenyum di taman begitu mengganggu hingga dia kesulitan untuk tidur. Rere menoleh ke arah sang suami yang tertidur pulas. Rasa di dada begitu menyakitkan, sebisa mungkin Rere memejamkan mata. Pelan tapi pasti dia pun terlelap. Namun, bayangan tersebut menghantui hingga ke alam bawah sadarnya. Hanyut, Rere terbawa ke alam mimpi, di tengah padang ilalang, Rere tengah berjalan. Semilir angin menyapa mesra wajah, menerbangkan dress warna putih setinggi lutut yang dikenakan. Dia tersenyum di bawah hujan panas sang surya, menikmati angin dan juga kicauan burung. Samar Rere mendengar suara isak tangis, wanita mungil tersebut berlarian menuju ke arah suara. Di bawah pohon trembesi nan rindang. Wanita itu menundukkan kepala memeluk lutut. Rere mendekat lalu berjongkok, dia meraih pundak wanita tersebut. wanita itu menutup mulut dengan kedua tangan ketika wanita it