Pernikahan Enrico De Luca dengan Lynea Steffanson sudah menjadi berita terhangat selama dua bulan terakhir. Banyak kalangan menilainya seperti cerita dongeng Cinderella. Seorang pangeran tampan datang memperistri wanita desa yang tidak sederajat dengannya.
Kemewahan pernikahan pun telah menyebar ke berbagai media yang berlomba-lomba untuk mengabadikannya. Kisah cinta Enrico sebelum ini bersama para artis, foto model, dan kaum sosialita kerap menjadi perbincangan kanal gosip kota San Angelo. Oleh karena itu, pernikahannya saat ini benar-benar menjadi tontonan yang dinanti oleh masyarakat.
Ballroom yang dapat memuat lima ribu orang lebih telah disulap menjadi sebuah ruangan begitu mewah oleh Wedding Organizer. Pada langit-langit terdapat belasan lampu kristal yang bersanding dengan hiasan bermotif bulan dan bintang berwarna emas. Lampu tembak yang menyorot ke langit-langit membuat hiasan tersebut terang benderang seolah bersinar seperti aslinya.
Ribuan bunga me
Gemerlap pesta pernikahan Enrico dan Lynea telah berangsur selesai. Para tamu undangan sudah banyak yang meninggalkan ballroom. Angelic dan Alessia terlihat berbincang serius dengan Elena sebelum ia pergi bersama Aleeta.Enrico beberapa kali menelan liurnya sendiri saat memperhatikan tubuh Elena dari belakang. Ia teringat bagaimana seksinya bagian itu ketika mereka bercinta beberapa tahun lalu.Lynea yang mendengar permintaan Elena agar sang suami menemui di hotel malam ini, ingin memastikan bahwa mereka akan benar bertemu. Semakin banyak Enrico keluar rumah bersama Elena, semakin kecil kemungkinan ia akan disentuh olehnya.“Jika iya, apakah kamu cemburu?” tanya Enrico memicingkan mata pada Lynea.“Apakah aku harus cemburu? Perjanjian kita sebatas warisan saja bukan?” balas Lynea ringan tanpa perasaan apa pun.Enrico terdiam dan memalingkan wajahnya. Ia menghela napas panjang. Bagaimana mungkin ke
Pendingin ruangan di kamar hotel bernomor dua lima tujuh seakan tidak berfungsi karena baik Enrico maupun Elena larut dalam peluh. Keduanya kembali menyatu dalam balutan rasa rindu bercampur dengan birahi terpendam. Kulit saling bersentuhan dan jemari saling merengkuh. Punggung wanita seksi itu terangkat sedikit ke atas setiap Enrico menekan gundukan sebesar kacang di area segitiga pangkal paha. Tubuhnya melengkung membentuk bayangan setengah lingkaran. Lampu hotel yang temaram membuat suasana semakin menggelora. “Damn you, Baby! Damn you!” Elena meracau dan sesekali menjambak mesra rambut Enrico. “Aaaah …! Felt so good! Aduuuh … aku tidak tahan, Enrico! Please … aaaaahhh!” Gesekan jari di tengah kewanitaan berbarengan dengan permainan lidah Enrico di ujung dada membuat pertahanannya runtuh. Enrico merasakan jarinya semakin basah terkena cairan yang keluar dari liang kenikmatan Elena. Jelas sudah, daerah itu meminta agar segera dimasuki
Enrico meninggalkan Elena setelah bercinta dengan begitu panas dan menggebu-gebu. Pikirannya tetap tidak tenang meski telah menyalurkan hasrat terpendamnya pada wanita yang selama ini selalu ia tunggu.“Tuan, ini Alonzo menelepon,” ucap David memberikan ponselnya pada Enrico.“Ada apa, Alonzo?” jawab Enrico malas.“Ada info soal The Janitor. Saya akan ke kamar Tuan sekarang, boleh?” tanya Alonzo di ujung sambungan.“Aku di jalan bersama David. Hanya ada Lynea di kamar. Tunggu saja lima belas menit lagi aku datang.”“Kembali ke hotel sekarang, Martin!” perintahnya agar mobil berbalik arah.***Alonzo sudah menunggu di depan kamar bulan madu Enrico dan Lynea. Ia hanya bisa terdiam dan menghela napas melihat pakaian tuannya sudah kusut tidak karuan. Belum lagi beberapa bekas tanda merah yang ada di bagian leher Enrico.“Tunggu di sini, nanti aku telepon kalau kamu s
Setelah menghabiskan beberapa jam bergumul dengan Elena di atas rasa rindu dan birahi yang tertahan selama lima tahun, Enrico masih berharap istrinya memberikan sama dengan apa yang telah diberikan oleh mantannya.Malam pertama yang kacau, kalau boleh dikatakan mengenai situasi Enrico dan Lynea. Tentu saja, Tuan Muda itu tidak mau merendahkan diri dan merayu seorang wanita keras kepala seperti Lynea. Ia tidak akan mau mengatakan sayang, apalagi cinta. Meski ia mulai mempertanyakan pada diri sendiri apakah memang itu yang ada dalam hatinya.“Mau ke mana kamu?” sentak Enrico jengkel melihat tingkah Lynea berjalan keluar sambil menyeret selimut dan membawa dua buah bantal.“Tidur di ruang tamu, kenapa?” ja
Lynea hanya menatap nanar pada kepergian Enrico bersama Elena di pagi hari ini. Bryant sang adik semakin bingung melihat apa yang baru saja terjadi. Sementara Alonzo terus menggelengkan kepala karena kesal dengan kedua majikannya yang tidak juga kunjung rukun.Namun, apalah cinta jika hanya karena uang? Adakah ketulusan di sana? Bisakah dibedakan mana cinta suci, mana cinta materi? Lynea tidak mau melenakan diri dalam sebuah hubungan yang tidak tulus atau pun suci. Mempercayai bahwa seseorang seperti suaminya dapat merasakan cinta kasih seperti mempercayai bahwa seekor kucing bisa terbang. Terlalu tidak masuk akal.“Nyonya, Tuan Enrico sedang jatuh cinta pada Anda. Cobalah mengerti hal itu. Beliau ingin diperhatikan oleh Anda,” keluh Alonzo meminum jus jeruk yang tidak jadi diberikan pada Enrico.“Sudahlah, Alonzo. Itu hanya trik saja agar aku mau segera bercinta dengannya lalu hamil dan memiliki anak. Semua karena warisan,” sanggah Lynea
Cinta dan pengorbanan. Layaknya rembulan dan bintang, saling berdampingan melengkapi indahnya pekat malam. Tidak ada pengorbanan yang terjadi jika bukan atas dasar cinta. Sebaliknya, tidak akan ada cinta yang tumbuh bila tidak disertai dengan pengorbanan.Hancurnya hati juga termasuk pengorbanan. Seiring dengan meluruhnya rasa pedih, perih, dan getir dalam setiap embusan napas. Ketika sesak semakin mencekat jiwa, di saat itulah logika dan perasaan kemudian saling bertarung, berusaha untuk menjadi pemenang dalam sebuah episode kehidupan.Suara air mengalir dari dalam kamar mandi terdengar bagai tsunami yang akan menerjang daratan. Ketika air itu berhenti, maka berhenti pula kehidupan manusia di sekitarnya.Lynea merasa hidupnya
Apabila seseorang belum pernah merasakan indahnya bercinta, maka -saat pertama akan selalu dinanti sebagai momen indah yang akan selalu di kenang seumur hidupnya.Bagaimana kedua jiwa menyatu dalam balutan tubuh sang kekasih. Berdua merepih kasih dalam deru napas tanpa batas. Menyajikan selayang cinta berbentuk peluh kebahagiaan. Menjerit manja dalam kenikmatan tiada tara.Sungguh, hal inilah yang diinginkan oleh Lynea dalam hidupnya. Memiliki seorang lelaki yang akan mencintai dan melindungi dirinya, seperti saat mereka sedang bercinta pada malam-malam syahdu nan dingin.Namun, kini Enrico tengah berada di atas tubuh telanjangnya. Suaminya itu sudah bersiap untuk memasukkan segenap kejantanan yang ia miliki. Ia akan menjadi orang pertama yang mengambil kesucian Lynea bila ia benar melakukannya.Beruntunglah wanita tabah dan polos ini karena Enrico mulai ragu untuk meneruskan niatnya. Isak tangis Lynea membuat dirinya merasa sebagai lelaki terkejam di dun
Udara malam menyeruak hampa di luar jendela kamar Lynea. Segala kemewahan yang ia dapatkan saat ini terasa menyesakkan. Memang semua orang berkata ia beruntung bisa menikah dengan Enrico De Luca. Bahwa wanita di seluruh kota San Angelo bersedia melakukan apa saja untuk berada di posisinya. Batin Lynea terus berkecamuk seiring pandangnya menatap kosong bulan purnama di angkasa. Namun, entah apa yang salah dengan dirinya sehingga ia hanya selalu ingin pergi dari istana ini. Bukannya ia tidak ada rasa tertarik sama sekali dengan suaminya. Wanita normal pasti akan tertarik bahkan berfantasi dengan sosok Enrico. Hanya saja, hatinya masih sakit dan ragu dengan apa arti cinta sebenarnya. Bersama Enrico selalu diliputi ketakutan. Bayangan penyiksaan orang-orang musuh suaminya tersebut dengan perangai kasar kepada dirinya berbanding terbalik dengan kelembutan dan ketenangan yang ia dapatkan dengan Gabriel. Daun musim semi selalu jatuh dengan indah ketika dokter tampan
Sudah hampir satu tahun sejak Lynea menandatangani surat perceraiannya. Ia tetap tinggal di rumahnya yang berada di desa kecil, kota San Aguira. Bryant memilih untuk tetap bekerja di kota San Angelo dan menjadi kepala keamanan untuk kantor utama Maximo Corporation. Setiap dua atau tiga minggu sekali ia selalu pulang menemui Lynea dan keponakannya. Kabar tentang Enrico sering diceritakan oleh Bryant. Namun demikian, Lynea tidak pernah terlalu bersemangat untuk mendengarkannya. Bagaimana ia masih menyimpan luka dan harapan yang tak pernah pudar terhadap hubungan mereka, kadang membuat hatinya semakin sakit. Enrico pun masih sering menanyakan pada Bryant bagaimana kondisi Lynea dan David. Setiap Bryant kembali ke desa, Enrico selalu membawakan hadiah-hadiah mahal untuk anaknya. Kata Bryant, Enrico selalu menanyakan apakah kini Lynea sudah memiliki tambatan hati yang baru? Setiap mendengar bahwa Lynea masih sendiri, Tuan Besar De Luca hanya terdiam kemudi
Dalam temaram kendaraan menuju kantor polisi, Lynea menatap tak percaya pada selembar kertas di tangannya. Enrico setuju untuk bercerai dengannya.“Apakahah dia bersalah? Kamu yang memaksa bercerai, padahal dia hampir gila karena kamu pergi!” Kembali Romario menyindir secara terang-terangan.“Paman, ayolah bantu aku! Lalu sekarang aku harus bagaimana?” rengek Lynea kesal. Sampai kapan ia dan Enrico harus seperti ini.“Aku tidak tahu. Aku hanya pengacara. Kalian yang menikah. Berbicaralah satu sama lain, hati ke hati.”“Kenapa dia tidak datang malam ini? Apa dia tidak tahu kalau aku hampir mati? Apa dia tidak sadar pacarnya mau membunuhku, dan kini pacarnya itu sudah mati?” gusar Lynea.“Telepon saja langsung. Tanyakan sendiri,” jawab Romario santai. “Aku teleponkan Enrico untukmu saat ini juga.”Hati Lynea berdetak lebih cepat. Debaran rindu atau rasa bersalah menjadi sa
Cinta, sebuah rasa sejuta cerita Madu pelepas dahaga Racun pembunuh jiwa Hidup mati karenanya Cinta, mendatangkan obsesi Untuk saling memiliki Tak rela bila harus berakhir Sabit kalam menjelma tahir “Kamu baik-baik saja, Lyn?” Gabriel terengah-engah datang, langsung memeluk kekasihnya. Belum bisa mengucap apa-apa karena rasa shock yang bergulir sepanjang hari, yang ditanya hanya terdiam berlinang kepedihan. “Semua sudah berakhir, Lyn. Besok kita akan pergi meninggalkan ini semua. Hanya kamu, aku, dan anak-anak kita,” lanjut Gabriel mendekap erat. Tubuh yang bergetar, hati yang dingin, dan kunci kebahagiaan yang telah entah kemana. Lynea tertegun menatap sang dokter dengan hampa. “Aku … ti-tidak bisa … ikut de-denganmu,” gumamnya datar, ringan, dan gamang. “Apa maksudmu? Kita sudah berjanji untuk saling setia dan bersama selamanya! Baru tadi pagi kamu dan aku menyusuri sungai masa
Pandang Lynea mengabur. Rasanya semua ini terlalu berat untuk dijalani dalam waktu satu hari. Apakah penderitaan akan berakhir? Mengapa dunia begitu kejam padanya?Dimanakah bahagia itu? Apakah memang benar ada wujud nyata dari sebuah kata tersebut? Kalau memang hidupnya berhak merasakan, kenapa semua sulit sekali didapatkan?“Ga-Gabriel sudah memiliki i-istri? Sejak ka-kapan kalian me-menikah?” Terbata-bata dan bergetar ia bertanya.Lagi, air mata mengalir begitu saja. Rasa itu bahkan seperti sudah mati. Hancur berkeping, terserak di atas tanah begitu saja menunggu gersang.“Sejak lima tahun lalu, Nyonya,” jawab Avril mulai berkaca-kaca pada matanya.“Hai, Kristin. Ayo, ikut Tante. Kita lihat adek bayi, mau?” Jenna mengajak gadis cilik itu menjauh dari dua wanita dewasa yang akan segera runtuh bersamaan.Kristin melirik pada ibunya. Ketika sang ibu menganggukkan kepala, ia menerima uluran tangan Jenna dan
Ombak tenang menghiasi sungai kecil. Dua anak Adam menyusuri perlahan. Sang wanita membiarkan tangannya digenggam erat oleh teman prianya. Wajah mereka berseri, tidak kalah indah dengan gaung alam dan udara senja.“Kamu bahagia atau tidak, Lyn?” tanya Gabriel menatap begitu lembut.“Bersamamu? Aku bahagia. Selama ini aku sudah salah arah,” jawab Lynea tersenyum lalu mengacak-acak sedikit rambut teman masa kecilnya.Tiba-tiba Gabriel berlutut di hadapannya. Tangan kanan mengambil sesuatu dari kantong jaket. Sebuah kotak kain mungil berwarna biru tua.“Aku tahu kamu masih menjadi istri orang dan sedang dalam proses cerai, tetapi aku begitu terobsesi dan jatuh cinta padamu,” ucap Gabriel. Perlahan ia membuka kotak itu.Sebuah cincin emas putih dengan berlian mungil berbentuk hati di tengahnya dipersembahkan untuk Lynea.“Maukah kamu menikah denganku? Be my wife, for all eternity,” pintanya memberi
Enough is enough, begitu kata pepatah. Cukup sudah semua ini membuat hidup Lynea begitu kacau dan naik turun seperti roller coaster. Tidak ada lagi yang harus dipikirikan. Dua kali sudah Enrico bercinta dengan Elena saat masih menyandang status sebagai suaminya. “Terima kasih karena telah membuka mataku, Elena. Kini aku mengetahui, seperti apa suamiku sebenarnya. Kamu bisa mengambilnya. Aku tidak butuh lelaki yang tidak setia padaku.” Lynea menegakkan kepala, berbicara dengan anggun dan tegas. Jika harga diri adalah satu-satunya yang tersisa dari dirinya, maka ia akan menjaganya dengan sebaik mungkin. Tidak ada yang boleh menghancurkan seutas harga diri tersebut. “Lyn, aku minta maaf,” pinta Enrico berniat mengikuti langkah istrinya yang mulai meninggalkan ruangan. Lynea tidak menoleh sama sekali, apa lagi menjawab. Baginya keberadaan Enrico tidak lebih dari sebuah kisah usang. Terus saja berulang tanpa ada akhir bahagia. “Kamu! Wanita ular!”
Sekian pasang mata menatap cemas ketika pintu ruang operasi dibuka dan seorang perawat keluar memanggil keluarga Alonzo. Felix segera berdiri dan maju menghampiri sang perawat.“Saya kakaknya,” ucapnya.“Operasi Tuan ALonzo telah selesai. Ternyata ada tiga peluru yang masuk dalam tubuhnya.”“Apakah Alonzo hidup?” Enrico menyela.“Beliau telah melewati masa kritis selama dua jam terakhir. Tubuhnya menunjukkan repson yang baik terhadap obat-obatan yang kami berikan. Kini kondisinya sudah stabil, tapi masih dalam bius total sampai dua hari ke depan.”“Terima kasih, Tuhan!” jerit Lynea melompat dan memeluk Enrico.Dia lupa kalau sedang menjauhi sang suami. Semua kembali bernapas lega mendengar kabar baik ini. Ketegangan seketika menghilang. Felix menitikkan air mata bahagia, dan langsung di seka oleh jemarinya. Tidak ada air mata bagi lelaki tangguh yang melewati berbagai peperangan. Na
“Alonzo! Bangun, buka matamu! Alonzo, ayolah! Bangun, bangun! Kamu tidak boleh pergi dengan cara seperti ini!” Enrico menepuk-nepuk pipi orang kepercayaan dan sahabat terbaiknya. “Siapkan helikopter!” seru Felix kepada anak buahnya melalui speaker telinga. “Paramedik!” teriak Kapten Abrahm berulang. Orang-orang berbaju putih berlambang palang merah datang, membawa tandu dan kotak pertolongan pertama. Mereka segera menekan luka tembak di dada Alonzo dan menutupnya dengan perban. Tubuh yang sudah tidak sadarkan diri itu kemudian diangkat oleh empat orang ke atas tandu. “Parkir helikopter di halaman belakang saja! Adikku harus ke rumah sakit saat ini juga!” Felix terus memerintah anak buahnya. Ketika mereka melintas di antara kursi-kursi sidang, jenazah Viery sedang tergeletak di atas lantai dengan darah menggenang sangat banyak. Alessia berlutut di samping tubuh sang kakak yang sudah tidak bernyawa. Ia menangis dan berteriak, sangat memilukan.
“Enrico?” tanya Gabriel melirik ke ponsel Lynea.“Hmm, dia telah mencoba menghubungiku sejak kemarin.”“Kamu benar-benar masih cinta padanya? Orang seperti dia, Lyn?”Lynea terdiam. Ia sendiri tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu. Ada sesuatu yang membuatnya begitu terikat pada sang suami, dan itu bukan hanya karena Enrico adalah ayah dari putranya. Seolah ada aura khusus yang membuat dirinya, dan juga ratusan wanita lain tidak bisa berhenti mencintainya.Ya, dia memang kaya raya, tapi Lynea tidak pernah memedulikan itu semua. Tampan? Sangat! Akan tetapi, Gabriel pun memiliki wajah baby face yang diidolakan para dokter wanita di rumah sakit.Enrico memiliki jiwa yang misterius. Di sana, ada kekerasan, tetapi juga kelembutan. Penuh dendam, namun juga mencari kedamaian. Serba kekerasan, hanya saja ia juga begitu mencintai istrinya.“Aku tidak tahu, Gabriel. Semua ini terlalu menyesakkan dan membingun