Jari pemuda itu bergerak cepat di atas keyboard, kacamatanya masih terkena pantulan cahaya laptop di depannya. Mulutnya juga terkadang mengumpat kecil ketika lawan hampir membunuh karakternya.
Libra Aditya yang masih terjaga ketika waktu menunjukkan pukul setengah satu pagi. Pemuda itu tidak bisa tidur karena beberapa saat lalu seorang gadis memblokirnya. Itulah yang dia pikirkan.
"Aish mana mungkin gue di block?" katanya begitu permainan berakhir.
Libra melirik ponselnya, dia berpindah keatas ranjang. Lagi-lagi kembali memeriksa profil gadis itu. Masih sama, tanpa profil. Libra membuka roomchat lain, dia mengetikkan pesan.
Libra : Kenapa cewek ngeblock kontak cowok?
Libra berdecak ketika chatnya tidak langsung dibaca, pemuda itu langsung menekan tombol call.
"Kenapa gak balas chat gue?" dia langsung mengatakannya begitu panggilan tersambung.
"Hei, you!"Libra berbalik, mendengus ketika Aldo dengan senyum khasnya yang menyebalkan terpampang di hadapannya. Pemuda itu langsung kembali fokus pada gitar dan memainkan beberapa nada."Ini bukan jadwal latihan, ngapain ada disini?""Elo sendiri ngapain disini?" tanya Libra balik.Aldo duduk di depan pemuda itu, lalu menunjukkan sekantung kresek hitam. "Dalaman gue ketinggalan kemarin."Libra menggelengkan kepala, sudah biasa kalau Aldo melakukan hal yang ceroboh. Studio latihan mereka ini memang biasanya di jadikan tempat tidur juga buat mereka kalau malas pulang. Tak jarang kadang baju mereka sering tertukar.Kecuali Libra tentunya, dia tidak pernah membiarkan siapapun menyentuh pakaiannya. "Lama amat lo, nyet. Ambil gituan doang."Mereka berdua secara refleks menolehke arah pintu, Aldo hanya cengengesan saja ketika Kevin berlagak akan menendangnya."Kalau gue jadi elo,
Selena bangun dengan penuh semangat pagi ini, alasannya karena semalam sebelum dia benar-benar tidur Libra mengirimi pesan kalau hari ini dia akan menjemput dirinya.Sebenarnya cuma ada satu mata kuliah hari ini namun ternyata dosennya batal masuk, jadi, Libra mengubah rencana kalau dia akan mengajak Selena jalan-jalan ke suatu tempat.Perjanjiannya yaitu pukul sembilan pagi. Tapi lihatlah Selena, gadis itu sudah terlihat rapi dengan dress floral berwarna biru. Rambutnya yang cokelat dan berponi ia kuncir satu. Make up natural dan kalung buah cherry cukup untuk mempermanis penampilannya."Masih kurang satu jam lagi, lama banget." katanya berdiri di tengah kamar.Gadis itu tersentak begitu ponselnya berdering, menandakan ada panggilan masuk. Bukan panggilan telepon, tapi panggilan vidio dari Vina.Kebetulan yang bagus, dia bisa menunggu Libra sambil bergosip ria."Cantiiikk
"Gue duluan yang ambil," Astra masih kekeh tidak mau mengalah.Kiran memutar bola matanya jengah, menarik lagi novel yang sedari tadi terus di rebutkan oleh mereka berdua."Elo cowok ngalah dong, ini novel yang sudah gue incer dari kemarin."Astra menggeleng, kembali menarik novel itu ke arahnya. "Bodoamat, siapa cepat dia dapat."Kiran memicingkan mata, novel best seller ini hanya ada satu dan dia harus mendapatkannya apapun yang terjadi. Kiran sangat malas kalau sampai dia harus mencari ke toko buku lain.Lagian, cowok gamers akut kayak Astra kok bisa-bisanya juga mengincar buku dengan genre romance. Sama sekali tidak cocok dengan kepribadian seorang Astra.Mereka sudah menjadi pusat perhatian beberapa orang di toko buku, bahkan beberapa anak SMA dengan terang-terangan mentertawakan mereka. Kiran yang sudah lelah akhirnya melepaskan buku itu, menyerah dan pergi begitu saja.Astra di tempatnya mende
Kiran tersadar dari lamunannya ketika Libra membuka pintu, pemuda itu dengan lesu kembali duduk di kursi samping bankar pasien."Kamu makin terang-terangan nunjukin perasaan ke Selena," kata Kiran begitu pemuda itu selesai menghela nafasnya dalam.Libra merapatkan bibir, dia melirik Kiran dengan dingin. "Elo makin gila kayaknya."Kiran jadi menunduk, merasa marah dan tidak terima tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu melirik tasnya di meja.Membukanya lalu kembali menyodorkan sebuah kartu ke Libra."Ini dari tante Tasya, dia kayaknya sedang ada masalah jadi aku engga tega buat ngasih ini ke beliau."Libra masih ragu untuk mengambilnya atau tidak, dia sudah lama tidak menerima uang pemberian sang Ibu. Kalau tidak salah sejak dia memutuskan keluar rumah.Libra membuka ponselnya ketika ada notif masuk.Beli apapun yang kamu suka, Mama mau kamu bahagia.Begitulah pesan yang Libr
Libra mengerjapkan matanya, dia masih mengantuk sekali. Ia mengambil kunci di saku celana sebelum membuka pintu kamar kos."Nginep di studio lo?"Libra melirik pria yang hanya memakai kolor dan kaos oblong itu, lengkap dengan rambut berantakannya. Sepertinya Alif baru bangun."Oh bentar," Libra diam saja saat Alif kembali memasuki kamarnya. "Ini, yang kemaren gue bilang."Libra menerima kantong plastik putih besar itu, melihat isinya. Berbagai snack, roti, selai, dan susu. Seperti yang selalu dia terima setiap bulannya, bedanya biasanya lewat Kiran."Kayaknya dari nyokap lo ya?"Libra mengangguk, lalu mengambil beberapa snack dan susu. Sisanya ia berikan ke Alif."Buat lo aja dah, nih ambil.""Gue gak mau sebanyak ini sebenarnya," kata Alif tapi tetap saja menerimanya.Libra merebahkan dirinya, kasurnya yang sempit lebih nyaman daripada sofa panjang di ruangan VIP rumah sakit.
"Maaf ya kalau merepotkan kalian terus," kata dokter Bima.Tangannya mengulurkan paper bag masing-masing satu ke arah Libra dan Astra. Kedua pemuda itu menerimanya dengan senyum."Makasih, Om.""Gue bisa pulang sama Papa, kalian langsung pulang engga apa-apa." kata Kiran.Selama dua hari di rumah sakit dia bisa mengerti kalau Libra dan Astra tidak bisa tidur dengan nyaman. Gadis itu ingin kedua pemuda itu bisa istirahat dengan baik di rumah mereka."Kalau gitu hati-hati," jawab Libra tanpa berusaha menolak kata-kata Kiran.Gadis itu mencuatkan bibir, sedikit kecewa sebenarnya. Tapi memang begitu Libra, akan dengan senang hati pergi dari hadapan Kiran."Yakin engga apa-apa? Om engga sibuk?" tanya Astra berharap dia bisa ikut ke rumah Kiran juga.Dokter Bima menggeleng, dia sudah ijin libur hari ini untuk fok
Libra mendudukkan dirinya di kasur, matanya melirik jam di atas nakas. Tangannya merogoh ponsel, orang yang ingin dia hubungi sepertinya sudah tidur.Pemuda itu menarik handuk dibalik pintu lalu masuk ke kamar mandi, dia kelelahan dan merasa pikirannya penuh. Mandi air hangat sepertinya hal yang bagus kali ini.Libra biasanya malas mandi sepulang kerja, dia sudah sangat kelelahan sehingga biasanya dia langsung tidur. Pemuda itu mengangkat wajah, membiarkan air hangat membasahi wajah tampannya.Bibirnya tersenyum saat merasakan dirinya bisa sedikit rileks. Ingatan siang tadi di rumah sakit mengganggunya.Apa Mamanya benar-benar bahagia bersama pria baru sekarang? Sebenarnya Libra tidak terlalu peduli jika Mamanya menikah atau bahkan punya anak lagi, walau dia tidak akan bisa menerima keluarga baru Mamanya nanti.Libra membuka mata, ia menunduk merasakan matanya mulai mem
Libra menopang dagunya dengan sebelah tangan, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk memijat kakinya yang sakit. Libra bahkan sampai kesusahan tidur semalaman karena rasa nyeri di kakinya. Libra menguap dengan mata terpejam.Kiran memperhatikan itu, Libra yang beberapa kali hampir jatuh tertidur. Pemuda itu menepuk pipinya agar kembali sadar. Kiran yang tidak tega membawa tasnya pindah duduk di sebelah Libra."Kamu sakit?"Libra menoleh lalu menggeleng. Tapi Kiran yang sudah mengenal pemuda itu selama bertahun-tahun tentu tidak akan tertipu. "Habis ngapain sih kok kakinya sakit gitu?""Jalan."Kiran mengernyit, jawaban Libra kurang akurat. Sejauh apa dia berjalan sampai bisa pegal-pegal gitu kakinya. Libra kembali menguap, kali ini sambil menarik kedua tanganya keatas. Sangat menggemaskan, Kiran tersenyum. Kapan lagi bisa lihat Libra selucu ini.Kiran mengeluarkan botol minumannya, "Minum dulu biar segeran."
Selena bilang dia tidak akan pernah pergi ke luar negeri, dia menolak dengan kasar saat Papanya memberi tugas untuk menyelesaikan proyek besar di negara manapun. Tapi, saat mendengar negara kali ini adalah Australia, Selena tanpa pikir panjang langsung mengiyakan tawaran dari sang Papa.Karena itu di sinilah Selena, di kota Sydney.Gadis dengan rambut ash blonde yang dibiarkan terurai itu berjalan ringan menyusuri jalan, ia menyelesaikan proyek lebih cepat dan tinggal lebih lama. Untuk liburan alasannya, tapi bagi Vina dan Aswa itu adalah alasan yang bodoh.Mereka berpikir Selena pergi karena berharap bisa bertemu dengan Libra. Well, engga salah sih. Tapi engga seratus persen hal tersebut benar. Australia adalah negara impiannya untuk tinggal kelak, karena itu dia bersedia kemari dan menerima proyek yang ditawarkan."Sorry," ucapnya ketika tanpa sengaja menabrak bahu seseorang.Orang itu tidak menjawab dan langsung berlalu pergi. Cih, tidak sopan!
Pagi itu tepat di hari ulang tahun Selena, gadis itu memasang wajahnya yang riang dengan membawa sekotak kue bersamanya. Gadis itu dengan santai berjalan menuju pekarangan rumah kos Libra. Menyapa Alif yang sedang mengambil makanan dari pengantar makanan.Alif memasang wajah kaget dan kaku ketika melihat Selena, tapi gadis itu tidak berpikir macam - macam. Ia ingin merayakan ulang tahunnya bersama Libra jadi Selena harus tetap ceria. Gadis itu dengan santai membuka pintu kamar Libra.Biasa saja, terlihat sama seperti hari - hari sebelumnya. Masih tetap gelap."Hai, Love. Aku ulang tahun, lho. Jadi, ayo kita rayakan bersama," kata Selena menaruh kue yang dia bawa ke atas meja. Lalu berjalan ke arah gorden dan membukanya.Selena juga membuka sedikit jendela kamar Libra, membiarkan udara segar masuk. Kemudian Selena berbalik. Raut wajahnya yang semula ceria berubah.Bola mata Selena bergerak mencari sosok yang biasanya ada, tapi sekarang tidak ada. Ap
Selena, Libra, dan Aswa menatap ketiga orang dewasa yang nampak akrab dalam waktu dekat itu. Bahkan tidak butuh waktu berjam - jam untuk mereka bisa mengobrol dengan nyaman, sama sekali tidak ada kecanggungan yang tercipta di antara mereka.Mama Selena yang memang memiliki keperibadian hangat bisa dengan mudah membuat Tasya dan Satrya merasa nyaman. Mereka mengobrol tanpa kehabisan topik."Gue engga paham mereka ngomong apaan," kata Aswa yang diangguki Selena dan Libra dengan kompak."Bisa nikah malam nanti nih kalian kalau kayak gini caranya," lanjut Aswa kembali berbicara.Lagi - lagi Selena dan Libra kompak mengangguk.Aswa menoleh ke arah dua orang yang lebih muda darinya itu dengan sebal. "Apa - apaan engga ada yang nyahut!"Aswa menyugar rambut cokelatnya, pemuda itu kemudian mengambil ponsel dan sibuk bermain sosmed. Lebih tepatnya bertukar pesan dengan Anna, kekasihnya.Selena menghela napas mendengar Mamanya berbicara tanpa h
Selena berjalan dengan riang setelah memarkirkan mobilnya, ia masuk ke dalam rumah sakit dengan menenteng kantong plastik berwarna putih. Ia menyempatkan membeli camilan terlebih dahulu di minimarket sebelum kembali ke rumah sakit.Kalau ditanya kenapa dia pulang dan membiarkan Libra sendiri, jawabannya adalah Mamanya yang mengomel karena dia tidak pulang sama sekali. Lagi pula, Libra sudah akur dengan Mama dan Ayah tirinya. Selena merasa lega meninggalkannya sendirian.Gadis itu menggeser pintu dan menemukan Libra yang sedang makan. Selena menyatukan alis, menatap tajam pemandangan mesra di depannya."Gue kira elo udah berhenti gangguin cowok gue," sindir Selena.Kiran yang tadinya mau menyuapi Libra langsung berdiri karena kaget. Cewek yang rambutnya sekarang dipotong pendek itu menjauh dari ranjang Libra. Tidak mau ribut dengan Selena yang sedang dalam mode galak."Dia kesusahan tadi buat makan, tangannya kan masih sakit," jawab Kiran memberi al
Huh! Selena menghela napas. Puzzle di otaknya sekarang sudah lengkap. Alasan Libra tidak mau memberi tahu Selena soal Mamanya karena dia takut Selena akan meninggalkannya. Selena sedikit senang karena alasan tersebut, itu berarti Libra sangat mencintainya. Namun, tidak baiknya adalah Libra mengira Selena adalah orang yang menilai orang lain berdasarkan status sosial. "Kamu pikir aku akan pergi karena ini? Itu konyol banget, Lib," kata Selena tenang. Ia tidak segugup tadi. Libra menatap Selena dalam diamnya, masih belum memberikan reaksi apapun. Libra menunggu Selena selesai berbicara. "Aku suka kamu itu artinya aku menyukai segalanya tentang kamu," ujar Selena tenang, dengan tatapannya yang lurus menembus netra cokelat Libra. "Aku menerima kamu apa adanya, Libra." Libra meneguk ludahnya, perkataan Selena membuat pipi dan telinganya memerah. Hey, cowok juga bisa malu dan merasa melting, lho. Cowok punya perasaan yang bisa baper ju
Mamamu dirawat di rumah sakit, Ia terkena sakit jantung. Temui Dia setidaknya sekali, Libra!Selena menutup mulutnya tak percaya, Ia menaruh tangannya di atas nakas sebagai pegangan. Gadis itu menggigit bibir, membaca pesan itu sekali lagi. Bisa saja dia salah baca kan, badannya sedang lelah jadi Selena pikir otaknya juga sedang nge -lag.Akan tetapi, dibaca - baca beberapa kali pun pesan itu tidak berubah, isinya tetap sama. Sebuah informasi yang membuat hati mencelos. Jika gadis itu saja sampai terkejut, bagaimana dengan Libra.Pemuda itu pasti juga akan terkejut mendengar kabar ini.Selena memijat pelipisnya. Tiba-tiba merasa pusing dan tidak tahu harus apa. Hal yang Ia lakukan pertama kali adalah membalas pesan itu walau Selena tidak tahu pesannya dari siapa.Maaf, Saya Selena pacarnya Libra. Hapenya tertinggal di Saya, Saya akan segera memberi tahu Libra. Semoga Mama Libra diberi kemudahan untuk sembuh.Selena membaca pesan yang Ia keti
Tasya melakukan kegiatan rutin sebagai seorang istri setiap hari di rumah. Ia banyak bergerak dan mengkonsumsi buah juga air putih yang cukup untuk kebutuhan tubuhnya. Satrya bilang ia harus melakukan apapun yang membuatnya bahagia tapi tetap menjaga kesehatannya.Sejak mengetahui Tasya menderita penyakit jantung, Satrya menjadi lebih posesif pada Tasya. Suaminya itu sering menelepon dan menanyakan kabarnya. Menurut Tasya itu berlebihan tapi saat dia protes maka Satrya akan membawanya ke rumah sakit untuk dirawat."Padahal aku baik-baik saja, kenapa dia berlebihan sekali?" gerutunya begitu Satrya mengiriminya pesan akan pulang lebih cepat malam ini.Tasya menselonjorkan kakinya di atas sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Ia menyalakan televisi dan menonton acara memasak. Tasya tidak begitu suka menonton TV, ia hanya menyalakan agar terdengar suara di rumah Satrya yang cukup besar ini.Wanita itu memainkan ponselnya, ia ingin menelepon Libra tapi khaw
Selena memasuki Cafe Mister bersama Aswa malam ini, ia menggigit bibirnya sambil melihat ke arah ruangan yang biasa dijadikan ruang tunggu oleh anak The Stupid. Selena belum melihat Libra lagi sejak kepergian cowok itu dari rumahnya pagi tadi. Libra tidak datang ke kampus dan juga tidak menghubinganya.Wajar, sih. Libra pasti merasa down banget sekarang. Hidupnya sudah sulit sejak dulu dan Selena sama sekali tidak memahaminya. Selena langsung marah dan menghujat Libra tanpa mendengar penjelasan cowok itu terlebih dahulu.Selena berniat meminta maaf kepada Libra tapi rasanya tidak baik kalau lewat chat atau telepon. Karena itu dia datang ke Cafe, berharap bisa menemui cowoknya."Sudah jam delapan, harusnya mereka sudah tampil gak sih?"Selena menopang dagu di atas meja dan memperhatikan ponselnya, melihat isi roomchat-nya dengan Libra. "Gue harus bilang apa ya sama Libra.""Jangan langsung kasih tahu dia kalau elo tau segalanya, diem aja dulu sampai
Libra memegangi pipinya yang telah menerima tamparan dari Selena. Pemuda itu menatap gadisnya tak percaya. Bagaiaman bisa? Kenapa? Kenapa Selena melakukannya? "Kamu engga bisa Lib bersikap seperti itu kepada Mamamu!" hardik Selena. Gadis itu merasakan napasnya memburu. Ia tidak pernah tega saat melihat orang tua di kasari oleh anaknya sendiri. Selena pikir Libra akan bersikap baik pada siapapun, terutama pada ibunya sendiri. Libra menatap nanar Selena. "Kamu engga tahu apapun, jadi diam saja." Kalimat dingin dari Libra membuat Selena bungkam. Alif juga menelan kembali kata-kata yang akan keluar dari tenggorokannya. Ia tadinya berniat mencegah Libra karena menurutnya memang sudah kelewat batas. "Kamu harus minta maaf sama mamamu," kata Selena dingin. Aura bar-bar yang selama ini mengendap jika ada Libra kini menguar. Gadis itu merasa geram dan marah sekali, ia jengkel. Sangat jengkel. Libra menatap Selena dalam. Tidak bisakah gadis itu