Yakin, nggak mau pilih pria mapan, tampan, matang?
“Kau pikir, aku anak kecil yang tidak bisa membedakan perasaanku sendiri?” balas Theo penuh keyakinan. Meskipun belum pernah merasakan cinta sebelumnya, Theo yakin jika dia menyayangi Emma. Bukan hanya ingin selalu bisa memeluknya, bukan juga karena menginginkan sentuhannya. Nyatanya, hidupnya terasa menyakitkan jika Emma jauh darinya. Dan berkat desakan Jake, Theo sepenuhnya yakin oleh perasaannya sendiri. “Baiklah. Terserah apa katamu. Yang jelas, aku akan menikah dengan Emma. Jika kau memang menginginkannya, kau harus menunjukkan kesungguhanmu. Wanita akan pergi jika kau tidak memberinya kepastian. Mari kita lihat, siapa yang akan Emma pilih.” Jake menyeringai singkat, kemudian berbalik ke arah Emma. Theo hanya berdiri di tempatnya. Dia ingin menyusul Jake dan mencegahnya mendekati Emma, tetapi dia tak ingin mengganggu aktivitas wanita itu. Saat ini, Emma tampak begitu antusias dengan kegiatannya. Theo tak ingin merusak suasana hatinya. Akan tetapi, suasana hatinya sendiri yan
“Lihatlah dirimu sendiri. Kau tidak yakin dengan perasaanmu. Lupakan saja calon istriku.” Jake menepuk-nepuk pundak Theo seperti sedang menyingkirkan debu, lalu pergi. Theo berdiri terpaku. Dia bahkan tak menjawab kata-kata Jake. Apakah kedua orang yang saling mencintai harus menikah? Benaknya dipenuhi satu pertanyaan yang sama. “Ayo ikut denganku!” Rick tiba-tiba merangkul pundaknya dari belakang. Tatapan Theo kosong. Langkah kakinya mengikuti ke mana pun Rick membawanya pergi. Sementara itu, Jake sudah meninggalkan tempat itu bersama Emma. Sejak mobil menyala, Emma terus-menerus menoleh ke belakang, mencari keberadaan Theo. Setelah pergi dari kedua pria itu, dia tak melihat sosok Theo. Apa Theo lelah menunggunya?“Tidak perlu mencemaskan pria yang sudah dewasa. Kita masih ada pekerjaan setelah ini. Atau … kau mau tinggal di sini menunggu pria tidak jelas itu?” Jake langsung tahu, Emma sedang memikirkan Theo.Emma mengetikkan pesan ke nomor Theo, mengabarkan jika dirinya diburu
‘Seharusnya aku tidak pernah menikah denganmu! Kau selalu saja memikirkan kesenanganmu sendiri!’ bentak ibu Theo. ‘Wanita kurang ajar! Berani kau membentakku?!’ BRAK! Barang-barang melayang di seisi ruangan kecil itu. Ibu Theo berusaha menghalau suaminya yang hendak melayangkan pukulan. Sayangnya, ayah Theo lebih cepat. Pukulan tanpa ampun mendarat di wajah cantik ibunya. Theo ingin melindungi sang ibu, tetapi dia takut kepada ayahnya. Dia hanya meringkuk di sudut ruangan sambil menutup telinga. Berharap jika adegan yang setiap malam dilihatnya segera berakhir, dan ayahnya tak melihat ke arahnya. Sebab, Theo tak mau dijadikan pelampiasan kemarahan ayah ataupun ibunya. Sayangnya, itu tak terjadi. ‘Kau juga, brengsek! Kami melahirkanmu bukan untuk tiduran! Kau harus bekerja!’ Theo mendapat pukulan yang sama. Dia hanya bisa menggigit bibirnya sampai berdarah untuk mencegah suara keluar dari mulutnya. Ayahnya bisa memukulinya lebih keras jika dia sampai berteriak, mengeluh, atau
Betapa sakit hati dirinya ketika melihat Emma memeluk Jake. Setelah lama menunggu, Theo justru melihat sesuatu yang tak terduga. Kenapa Emma tiba-tiba berubah? Bahkan, bukan Jake yang lebih dulu memeluknya. Apa yang mereka bicarakan sehingga lama berada dalam posisi itu? Dada, kepala, dan matanya terasa sangat panas. Haruskah Theo mempertahankan perasaan pertama yang begitu hangat dan membuatnya lebih hidup? Dia menggeleng pelan, lalu membalik badan untuk meninggalkan tempat itu. Emma telah membuat keputusan. Theo tak akan dapat mencegahnya. Lebih baik, dia kembali dan berdiam diri di kamar sambil mengagumi Asher. Hanya itulah kebahagiaan yang berhak dia dapatkan. Mungkin, memang sudah takdirnya tak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari orang-orang yang dia sayangi. Theo tak akan mengeluh. Sejak awal, eksistensinya tak pernah penting di mata orang lain. “Ugh.” Theo mengerang sambil memegang lutut. Baru beberapa kali melangkah, kaki Theo terasa kebas dan tak bertenaga.
Theo menghidupkan mesin mobil dan melaju pelan menuju pabrik. Dia diam tak menanggapi kata-kata Emma. Emma merasa bahwa Theo tak peduli dengannya yang akan menikah dengan Jake. ‘Kenapa dia harus peduli? Dia bisa menyewa wanita lain untuk menyenangkan dirinya.’ Tidak seperti dugaan Emma, Theo pernah menahan rasa sakit ditinggalkan seseorang yang sangat dia sayangi. Karena itu, Theo hanya pasrah menerima keadaan. Tak ada gunanya memperjuangkan seseorang yang tak mau diperjuangkan. Sampai di pabrik, Asher Smith sudah ada di kantor. Theo menunduk menghindari tatapan tajam sang atasan. Sejak kepulangannya, baru hari ini Theo bertemu dengan Asher. Carla menggantikan tugasnya selagi dia tak ada di kantor pusat. “Kau sudah pulang dan tidak mengabariku?” “Maaf, Tuan,” balas Theo seadanya. Asher melihat perubahan besar pada asisten pribadinya. Orang-orangnya yang ditugaskan untuk selalu mengawasi Theo sudah memberi tahu tentang peristiwa sebelum kepulangan mereka. Dia melirik ke arah Em
Nada suara Emma jelas sekali sedang menyindir dirinya. Theo semakin tak paham, kenapa Emma berubah dan terlihat membencinya?Apakah Theo telah melakukan kesalahan tanpa dia sadari?Dia menggali ingatan saat pertemuan terakhirnya dengan Emma. Hanya ciuman hangat itu yang diingatnya. Emma tiba-tiba berubah setelahnya.Apa yang Jake lakukan atau katakan kepada Emma? Apakah Jake yang mengubah Emma dalam sekejap? “Apa yang kau tunggu?!” sentak Emma, yang menyadarkan Theo dari lamunan.Theo tak berani melihat ke depan. Dia bisa menerkam Emma saat ini juga jika melihatnya dalam keadaan seperti sekarang.“Apa kau tidak menyukai tubuhku?” Emma mengusap kukunya. “Oh, sepertinya aku perlu mewarnai kukuku lebih dulu. Haruskah aku memakai pakaian seksi juga?”Emma mulai menyebutkan penampilan wanita yang dipikirnya adalah kekasih Theo. Juga cara wanita itu menggodanya. Theo makin tak paham. Sebab, dia tak mengingat apa pun tentang wanita yang ditemuinya di bar. Meski melihat, belum tentu dia memp
“Kenapa dia menyimpan foto-fotoku? Dasar cabul!” Emma melempar ponsel Theo begitu yang dicarinya tak ada. Di kontak pun hanya ada nama-nama yang familier, orang-orang dari Keluarga Smith, Ben, dan dirinya.Dia sangat penasaran, ‘kenapa Theo tidak menyimpan nomor kekasihnya? Apa dia punya ponsel lain?’Setelah melihat waktu yang baru berlalu tujuh menit selepas kepergian Theo, Emma langsung menyambar kemeja Theo. Dia mulai membuka lemari dan laci di kamar itu.Caranya berjalan sudah seperti pencuri. Berjinjit agar tak menimbulkan suara. Semua barang Theo tertata rapi. Hanya di kopernya saja yang belum dikeluarkan.Emma memicingkan mata ke arah koper itu. Mungkin, Theo menyembunyikan sesuatu di sana. Sebab, hubungan Theo dan wanita itu baru dimulai setelah Theo meninggalkan negara ini.Dia membuka koper itu perlahan. Hanya ada beberapa pakaian di dalamnya. Juga beberapa perawatan kulit yang sama dengan milik Asher.“Dia benar-benar terobsesi dengan Asher Smith,” gumam Emma.Laura perna
“Apa yang kau bilang barusan?!” Emma sangat terkejut. Emma tak mengira jika wanita itu bukan kekasih Theo. Dia ingin tahu lebih banyak tentang kejadian di malam yang membuatnya patah hati. “Yang mana? Theo yang mendorong wanita atau aku yang terkejut karena tahu Theo punya kekasih?” Rick terkekeh pelan. Pria itu tak bisa serius jika tak menyangkut pekerjaan. “Kejadian waktu kau dan Theo di bar! Ceritakan lebih banyak lagi,” desak Emma menggebu-gebu. Rick terlihat berpikir keras, seakan-akan sedang mengingat kejadian itu. “Hmm, aku sedikit lupa. Mungkin, kalau kau mau berkencan denganku, aku akan segera mengingatnya.” “Aku serius, Rick! Cepat katakan padaku!” Emma mengguncang lengan Rick, menatapnya penuh permohonan. Rick justru semakin ingin menggoda Emma. Gara-gara Jake yang katanya ingin menikahi Emma, dia harus mundur teratur dari usahanya mendapatkan istri idaman. “Aku benar-benar lupa.” Rick menepuk-nepuk kening menggunakan telunjuk. “Coba cium dulu. Biasanya otakku akan be