"Tolong jaga ucapan mu, jangan sampai mengatakan hal buruk yang tidak di mengerti anak kecil." "Kenapa kau marah, aku hanya mengatakan yang sebenarnya, kenapa kau marah padaku?" Maudy tidak mau di salahkan. "Tolong jangan membuat Novia sedih di rumahku, tolong ikuti aturan di sini, jika tidak mampu silahkan pergi!" Maudy menahan amarahnya saat Bella mengusirnya dengan cara halus. "Aku sudah tidak selera makan," Bella mengambil Novia dari pelukan Arland lalu ia masuk ke dalam kamarnya. Arland menggeleng kepala melihat kelakuan Maudy, ia selalu berusaha membuat keluarganya bertengkar. Arland mengikuti Bella hingga ke kamar, ia tidak mau memperpanjang masalah yang membuat Maudy semakin besar kepala melihat mereka bertengkar. "Bella, tolong bersikap baik di depan Novia, dia tidak tahu apa-apa, Maudy memang selalu berusaha membuat kita bertengkar, dia akan melakukan itu terus menerus, jadi kau harus mengabaikannya, tidak perlu menanggapi apa yang dia katakan!" "Tapi dia tid
"Maafkan aku Arland, aku tidak membohongi mu, aku mengatakan yang sejujurnya padamu, jika kau tidak percaya aku bisa membuktikannya, tidak mungkin aku datang ke sini jika bayi di kandungan ku bukan anakmu, aku dan kau pernah tidur bersama, kau yang memintaku untuk melakukan itu, apa kau lupa?" Maudy mencoba mengingatkan Arland supaya mengingat apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya. "Aku tidak melakukan itu, hentikan omong kosongmu itu," Arland menarik kakinya hingga Maudy terlempar ke lantai. "Aaaaa." Maudy meringis kesakitan, ia memegang perutnya, tiba-tiba saja Murni datang lalu menolong Maudy. "Arland apa yang kau lakukan padanya? jika dia kehilangan anaknya bagaimana?" ucap Murni marah, dan Bella mendengar itu ketika ia hendak masuk ke kamar Maudy. Langkah Bella seketika terhenti, ia tidak lagi masuk ke dalam, Arland di marahi Murni lalu dengan memaksa ia menyuruh Arland mengangkat Maudy ke atas ranjang. "Cepat angkat dia," Arland meletakkan Maudy di tempat tidur, M
Maudy segera duduk di samping Murni, ia berusaha menghasut Murni saat ada kesempatan. "Aku tahu ini semua karena permintaan Bella, mana mungkin Arland memberikan semua asetnya pada Bella kalau bukan di minta, aku tidak percaya Arland selalu menuruti permintaan Bella, lihatlah sekarang semua aset keluarga Alexander jadi mikirnya." Murni hanya diam saja, ia tidak mengatakan apapun meski Maudy selalu menghasutnya. "Kenapa mommy diam saja?" ucap Maudy. "Mommy menunggu papa." "Baguslah, masih ada kesempatan ku untuk mendapatkan aset Alexander kalau aku berhasil membuat mommy percaya padaku," gumamnya dalam hati. Murni segera masuk ke dalam kamarnya, ia mondar mandir di sana, terkadang ia memegang kepalanya, ia tidak percaya Arland melakukan hal yang akan membuatnya rugi. "Ini tidak bisa di biarkan, aku harus menyuruh papa bicara dengan Arland supaya aset Alexander semuanya kembali padaku," gumamnya, karena sangat emosi ia melemparkan ponselnya hingga berderai di langit. Bel
Hanya 15 menit Kay meninggalkan rumah, ia pulang dengan membawa makanan siap saji, sayuran mentah dan beberapa macam ikan, kemungkinan Kay belanja di supermarket. "Lho, apa ini?" tanya Bella saat Kay meletakkan beberapa plastik di atas meja. "Makanan, ada juga sayuran mentah, bisa untuk beberapa hari ke depan," jawab Kay, Sunny tertunduk, ia merasa tidak enak pada Kay dan juga Bella yang tidak perhitungan membantunya. Bella melangkah ke dapur, Sunny mengikuti dari belakang. "Ini cukup untukmu beberapa hari Sunny, nanti kami datang lagi, oh ya makanan siap saji ini segeralah makan, kami tidak bisa lama-lama di sini, kami harus segera pulang karena Novia belum tidur." Sunny sangat berterima kasih pada mereka, Sunny menyajikan makanan itu lalu di bawa ke meja, tapi Kay langsung menyuruhnya untuk makan. "Makanlah, kami akan segera pulang, kami tidak bisa lama-lama, kalau ada yang perlu hubungi saja Bella, kami akan segera datang," ucap Kay. Mereka pun meninggalkan rumah itu,
Ternyata saat Maudy membentak Bi Ijah, Tuan Alexander mendengarnya saat ia baru saja keluar dari kamar. Ia memperhatikan apa yang akan di lakukan Maudy pada bibi. "Bibi merasa menjadi orang yang sangat penting di rumah ini, ketahuilah bibi, bibi itu hanya pembantu yang tidak berguna di rumah ini, jadi tidak usah melawan ku, ikuti saja yang aku perintahkan," ucap Maudy, Bi Ijah terlihat sedih, di usianya yang sudah senja ia di bentak dan di rendahkan oleh seorang perempuan yang hanya menumpang di rumah Alexander yang sudah menganggapnya sebagai keluarga. "Maafkan bibi, duduklah bibi akan membuatkan sarapan." Bi Ijah menyeka air matanya, ternyata Maudy melukai hatinya. "Maudy apa yang kau lakukan? kenapa kau sangat kasar pada bibi? bukankah kau bisa mengambil makanan mu sendiri? bibi tidak ditugaskan untuk melayani mu, kau tidak perlu bicara kasar padanya kalau kau masih ingin tinggal di sini." Maudy tidak tahu kalau Tuan Alexander melihat dirinya membentak Bi Ijah. "Papa, a
Murni marah pada Maudy, dalam hatinya tidak akan mengizinkan Maudy tinggal di rumah mereka lagi, Murni pun terus menerus meminta maaf pada suaminya, ia menyesal telah mendengarkan hasutan Maudy yang mengakibatkan perselingkuhan antara dirinya dan juga suaminya. "Aku akan mengusir mu dari rumahku, kau hanya akan menjadi benalu di rumahku," gumamnya dalam hati. "Kenapa kau bengong?" tanya suaminya saat Murni hanya diam saja. "Tidak ada pa, hanya saja tadi mau jumpa sama kawan tapi susah tidak mood." "Makanya jangan biasakan mendengarkan omongan orang yang ingin menghancurkan keluargamu, harusnya kau sudah sangat bijak dalam memilah kata yang terucap dari mulut orang lain tentang keluarga mu." Murni benar-benar menyesalinya, harusnya ia tidak mendengarkan apa yang di katakan Maudy tadi. "Pah, mommy pulang dulu ke rumah, mommy tidak jadi pergi!" "Kenapa?" Tuan Alexander melihatnya sambil mengerucutkan bibirnya. "Mommy mau pulang, mau ngasih pelajaran pada Maudy yang tidak
"Ia, aku akan segera memanggil dokter, lagi pula aku juga ingin tahu siapa ayah anakmu itu." Semua orang turun ke bawah, Maudy tinggal seorang diri di kamarnya, jantungnya deg-degan saat Kay akan memanggil dokter. Ia mondar-mandir di kamar lalu memikirkan bagaimana cara mencegah dokter itu memeriksa kehamilan yang lalu mengambil dna-nya. "Apa yang harus kulakukan sekarang? bagaimana jika semua orang tahu ini bukan anak Arland? aku pasti akan diusir dari rumah ini sebelum aku mendapatkan apa yang kau mau." Bella diam-diam menemuinya ke dalam kamar, pintu kamarnya tidak dikunci walaupun bisa masuk dengan leluasa. "Maudy harusnya kau malu dengan apa yang sudah kau lakukan terhadap mommy, kalau berani memfitnah papa dan juga Bi Ijah, aku takut kau akan memfitnah semua orang yang ada di rumah ini, hanya karena kau ingin menguasai seluruh harta Alexander sehingga kamu lakukan kebohongan, apa kau tidak malu pada dirimu? menumpang di rumah orang menjadi benalu," Bella sengaja memb
Polisi itu menatap Maudy yang masih tergeletak di ranjang, mata Maudy seolah memohon belas kasihan pada polisi itu untuk membantunya. "Apa benar yang mereka katakan? kau menuduh Bella menyakitimu?" "Tidak pak, mereka berbohong, aku tidak mengatakan itu, aku hanya mengatakan jika Bella mencoba menyakitiku, lalu aku berusaha menghindar karena aku sedang hamil, aku tidak mungkin membiarkan anakku dalam bahaya, aku mohon tolong aku, aku tidak mendapatkan keadilan di rumah ini, sedangkan yang ku kandung adalah anaknya Arland Alexander." Maudy pura-pura menangis, Bi Ijah sangat membenci sikap Maudy yang terus berbohong demi mendapatkan keuntungannya sendiri, padahal semua orang di rumah itu sudah tahu apa yang ia rencanakan. "Kenapa Nona Maudy sulit sekali mengatakan kejujuran?" tanya Bi Ijah yang sedang duduk di samping Bella. "Bibi kau juga mengatakan kalau aku ini berbohong? aku tidak pernah menyakiti hatimu bibi, aku menganggap mu sebagai ibuku sendiri, tapi apa yang kau katak
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"