Suara peralatan masak terdengar beradu pagi itu. Luca sudah terlihat begitu sibuk di dapur dan membuat sarapan pagi untuk kekasihnya tercinta. Belinda sendiri yang mulai merasakan aroma harum masakan pun menggeliat di ranjangnya dan perlahan membuka matanya. Belinda pun menemukan ranjang di sampingnya sudah kosong dan ia segera mengulum senyumnya.Bayangan akan bagaimana posesifnya Luca memeluknya semalam membuat perasaan Belinda begitu hangat. Luca bahkan makin hangat sejak mengetahui Belinda hamil. "Hmm, pasti Luca sedang memasak," gumam Belinda dengan senyuman yang masih mengembang. Sungguh, ini adalah bayangan kehidupan pernikahan yang ia impikan. Suami yang perhatian dan lembut padanya dan akan ada anak-anak yang lucu. Oh, menjalani rumah tangga selama dua tahun bersama suami psikopat seperti Daniel benar-benar membuat Belinda melupakan kriteria suami idaman karena ia sudah terlalu sibuk meratapi setiap harinya dan tidak punya waktu lagi memikirkan masa depan. Untuk sesaat, B
Daniel masih membelalak lebar mendengar ucapan Hector. Tangan Daniel mengepal dan urat lehernya tercetak jelas menandakan amarah yang tertahan. "Apa yang Ayah katakan? Apa aku tidak salah dengar? Apa yang terjadi dengan Lorena, Ayah?" "Kau tidak salah dengar, Daniel! Lorena hamil dan itu anakmu, Brengsek! Kau masih mau bilang kalian tidak selingkuh? Ayah sudah bilang Ayah tidak peduli dengan apa yang kau lakukan, tapi kau harus bisa menjaga tindakan dan nama baik kita, Daniel. Bagaimana bisa kau menentangnya habis-habisan kemarin, tapi berakhir dengan kehamilan Lorena, hah?" "Itu belum tentu anakku, Ayah. Lorena pasti hanya mengarang cerita agar aku menikahinya. Dia sudah sering memintaku menikahinya, Ayah!" "Brengsek! Kau memang minta dihajar, Daniel! Kau mau tidur bersamanya, tapi setelah dia hamil, kau mau lepas tanggung jawab, hah? Kau tahu apa yang bisa Pak Landon lakukan pada kita, hah? Sekarang bukan waktumu menyangkal apa pun lagi, tapi waktumu menyelesaikannya, Daniel! S
"Om akan bertanya sekali lagi padamu, Lorena. Kita sama-sama tahu kasus apa yang sedang Daniel hadapi. Kasus KDRT itu bukanlah kasus yang ringan," seru Pak Landon meyakinkan lagi siang itu. "Aku sudah yakin, Om. Kalau ada orang yang harus kunikahi, itu hanya Kak Daniel. Aku mencintainya, bukan sebagai kakak, tapi sebagai kekasih." "Kau tidak masalah dengan temperamennya? Om tidak akan membiarkan kau disakiti oleh Daniel. Om sudah berjanji pada orang tuamu untuk menjagamu." "Kak Daniel tidak pernah sekasar itu. Kalaupun dia kasar, dia tidak akan kasar padaku. Baiklah, mungkin pada Kak Belinda dia seperti itu, tapi Kak Belinda memang suka membangkang dan kasar duluan, jadi wajar saja Kak Daniel marah."Pak Landon mengernyit mendengarnya. "Benarkah kau sudah yakin menjadi istrinya, Lorena? Sekali kau menikah, tidak boleh ada kata cerai lagi. Sudah terlalu banyak yang Om lakukan sampai sejauh ini." "Aku tidak akan bercerai, Om. Aku dan Kak Daniel akan menjadi keluarga yang bahagia. Ka
Daniel langsung melepaskan tangan Lorena begitu saja begitu acara selesai. Hector dan Diana masih mengundang semua orang untuk makan bersama di taman itu, tapi Daniel sudah tidak berminat sama sekali. Daniel pun langsung mengarahkan tatapannya ke arah Luca dan melangkah mendekati kakaknya itu yang masih asik berkutat dengan ponselnya. Luca sedang berkirim pesan pada Belinda dan Daniel tahu itu. "Apa kau sedang berkirim pesan dengan Belinda, hmm?" tanya Daniel tiba-tiba. Luca yang kaget pun langsung mendongak menatap Daniel. "Aku berkirim pesan dengan siapa, itu bukan urusanmu, Daniel. Tapi aku belum memberimu selamat. Selamat atas pernikahanmu dengan Lorena. Aku berharap pernikahan kali ini berlangsung lebih lama dan lebih baik." Daniel mengepalkan tangan mendengarnya. Entah mengapa, sejak Luca merebut Belinda darinya, Daniel benar-benar muak melihat wajah kakaknya itu. Dulu Daniel biasa saja, ia tidak pernah dekat dengan Luca, tapi Daniel biasa saja pada kakaknya itu. Namun, sek
"Itu ... aku bertengkar dengan kekasihku dan dia memukuliku, Pak. Tapi maaf, aku permisi!" Ameena buru-buru menjawab dan pergi meninggalkan Luca yang masih mengernyit di tempatnya. Luca pun menoleh ke belakang dan ia baru menyadari bahwa ada Baron di sana. Luca pun memicingkan mata menatap Baron. "Apa yang kau lakukan di sini dan sejak kapan kau di sini, Baron?" "Aku baru saja masuk saat pelayan itu keluar, Pak. Tapi apa yang Anda lakukan di sini? Ini dapur kotor yang biasanya tidak dimasuki oleh para majikan, jadi silakan keluar!" Baron kembali bersikap hormat pada Luca, tapi Luca terus menatap Baron waspada. Luca pun melangkah begitu dekat sampai ia berdiri berhadapan dengan pria berwajah bengis itu. "Katakan! Apa kau mendapatkan hukuman karena gagal menyingkirkanku malam itu, hmm?" Baron terlihat tetap tenang dan sopan. "Tidak ada yang berniat menyingkirkan Anda, Pak. Aku juga sebenarnya hanya ingin menghentikan Anda, hanya saja, mungkin caraku terlalu keras. Maafkan aku, Pak
Jedy langsung berkunjung ke rumah keluarga Alfredo malam itu sambil membawa beberapa berkas pekerjaan. Walaupun Luca tidak tinggal di sana lagi, tapi Jedy tetap membawa laporan untuk dipelajari oleh Hector, memastikan proyek dengan pemerintah berjalan lancar. Namun, karena Hector tidak ada di rumah, Jedy pun langsung meletakkan laporannya di ruang kerja Hector lalu Jedy mulai mencari pelayan yang bernama Ameena itu. "Eh, tunggu, apa kau melihat Ameena?" tanya Jedy pada salah satu pelayan di sana. Pelayan itu pun mengernyit. "Eh, Ameena tidak ada, Pak." "Tidak ada ke mana maksudnya? Sakit atau pulang atau berhenti bekerja?" "Aku juga tidak tahu, tapi aku tidak melihat Ameena dari siang, Pak. Mungkin saja memang dia pulang. Atau coba cari di kamar saja." Pelayan itu mengantar Jedy ke kamar pelayan, sebuah kamar besar dengan beberapa ranjang susun. Para pelayan memang tidur di satu kamar yang sama, tapi kamar itu kosong. "Ameena tidak ada di kamar dan dapur, Pak." Jedy mengembusk
"Kau baik-baik saja, Belinda?" Luca terus melirik Belinda saat mereka sudah berdua di mobil dalam perjalanan pulang. Belinda memang langsung mengajak Luca pergi tadi setelah bicara dengan Lorena. Belinda pun mengembuskan napas panjangnya. "Hmm, aku baik-baik saja, Luca. Aku lega setelah mengatakan semua pada Lorena. Kau tahu, sebagai mantan istri dari Daniel, aku merasa seolah punya beban mental kalau aku tidak memperingatkan Lorena. Tapi sekarang, aku sudah lega." Luca mengangguk karena jujur saja, ia pun memiliki perasaan yang sama, punya beban mental kalau membiarkan kegilaan Daniel terus berlanjut dengan korban lain. Sungguh, ini perasaan yang sangat sulit. Tatapan Belinda sendiri mendadak menerawang mengingat rasa sakitnya yang dulu. "Rasanya sakit sekali, Luca! Dipukuli itu sangat sakit dan aku tidak tega wanita lain merasakan sakit yang sama sepertiku dulu," ucap Belinda lagi dengan air mata yang akhirnya menetes. "Walaupun mulutku terus berkata semoga pernikahan mereka l
Sebuah buket mawar terpampang di hadapan Lorena pagi itu. Lorena membelalak kaget dan menarik dirinya ketakutan melihat suaminya yang membawa buket itu, persis seperti yang biasanya Daniel lakukan setelah memukuli Belinda. "K-Kak Daniel! Minggir! Aku tidak mau melihatmu!" seru Lorena dengan suara yang bergetar. Sungguh, semalam bagaikan mimpi burul bagi Lorena. Belum pernah Lorena melihat seseorang bisa begitu marah dan brutal di kehidupan nyata ini. Daniel melecutkan sabuknya berkali-kali ke tubuh Lorena sampai Lorena kesakitan dan menangis. Daniel tidak menahan tubuh Lorena dan Lorena bisa bergerak. Lorena bisa bangkit berdiri dan berusaha kabur, tapi Daniel mengejarnya dengan langkah besarnya dan kembali memecutnya berkali-kali dengan ekspresi wajah yang mengerikan. Entah bagaimana menjelaskan malam kelabu itu karena fokus Lorena hanya menjaga perutnya dari serangan Daniel. Bahkan, Lorena sudah tidak tahu lagi kapan wajahnya terkena pukulan, tapi yang jelas, Lorena bisa merasa
Sembilan bulan kehamilan Belinda yang kedua adalah sembilan bulan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak luar biasa kalau ternyata Belinda hamil anak kembar. Luca sampai tidak berhenti memekik senang saat melihat hasil USG, sedangkan Belinda kaget sendiri sampai tidak bisa berkata-kata dibuatnya. Luca pun menjadi makin protektif pada Belinda, bahkan Belinda tidak boleh mengangkat barang yang berat sama sekali, termasuk menggendong Jonathan. Luca yang selalu menggendong Jonathan dan menggantikan Belinda mengurus anak mereka itu, bahkan Luca membawanya ke kantor sampai para karyawan gemas sendiri dan bergantian menjaga Jonathan. Kadang Jonathan akan berlarian kesana kemari sambil berteriak kegirangan. Kadang Jonathan akan duduk di meja sekretaris sambil membuyarkan berkas. Kadang Jonathan juga duduk di divisi besar dan bernyanyi dengan gembira. Jonathan adalah anak yang sangat bahagia dan dicintai banyak orang. Dan kini, Jonathan akan menjadi kakak dari dua bayi kembar yang lucu ya
"Kami membawakan oleh-oleh dan vitamin untuk Ayah." Luca dan Belinda menjenguk Hector di penjara hari itu. Tinggal di penjara dan beraktivitas santai tanpa memikirkan urusan politik dan bisnis lagi membuat Hector nampak lebih segar dan tanpa beban. Hector benar-benar sudah melepaskan semuanya dan berniat pensiun setelah keluar dari penjara. Hector pun berniat tinggal di rumah saja dan menghabiskan masa tuanya bersama anak cucunya. "Ah, terima kasih, Luca, Belinda. Tapi biarkan Ayah melihat cucu Ayah dulu." Luca dan Belinda membawa Jonathan ke penjara dan Hector pun tidak berhenti tertawa gemas melihat tingkah cucunya itu. "Haha, dia makin lucu dan makin tampan, tapi cepatlah pulang, tidak baik terlalu lama membawa bayi di sini. Tapi beberapa bulan lagi, dia berulang tahun kan? Maaf ya, Grandpa tidak bisa membelikan hadiah apa-apa, tapi Luca, belikan mainan sepeda motor yang plastik itu untuknya. Katakan itu dari Grandpanya."Luca tertawa sambil mengangguk. "Tentu, aku akan melaku
"Eiffel, I'm in love!" teriak Jedy di bawah menara Eiffel malam itu. Dua minggu setelah menikah, Luca dan Belinda langsung pergi berbulan madu. Mereka tidak pergi berdua saja, tapi mereka membawa Jonathan bersamanya. Ameena sendiri sekarang menjadi pengasuh Jonathan dan Ameena selalu diajak ke mana pun Jonathan pergi. Bukan hanya Ameena, tapi karena mereka akan berlibur kali ini, mereka pun mengajak serta Jedy, Nando, dan Lorena. Tentu saja perjalanan itu menjadi perjalanan yang tidak terlupakan bagi mereka karena Jedy dan Nando yang masih jomblo ingin mendapatkan pasangan di kota paling romantis di dunia itu. Jedy yang antusias pun terus berteriak di bawah menara Eiffel itu sampai Luca mendadak malu sendiri mendengarnya. "Haruskah kau berteriak seperti itu? Seperti kau tidak pernah ke Eiffel saja. Aku kan pernah mengajakmu ke sini waktu itu." "Tapi ini pertama kalinya aku pergi dengan wanita, Bos. Tapi wanitanya tidak peka, karena itu, aku harus berteriak keras-keras," sahut Je
"Sekali lagi selamat, Kak Belinda dan Kak Luca." Lorena kembali memeluk Belinda dan Luca setelah acara pernikahan yang sakral itu akhirnya selesai. Hanya keluarga yang hadir dan mereka pun melanjutkan acara itu dengan makan siang bersama. Suasananya pun begitu kekeluargaan dan Belinda juga terlihat begitu santai dengan gaun pengantin sederhananya.Hector dan Diana sendiri sudah dibawa kembali ke penjara, tapi mereka pergi dengan tawa yang terus merekah di wajah mereka. Bahkan, sebelum pergi, mereka menciumi Jonathan dengan gemas. "Terima kasih, Lorena. Tapi aku mau memberikan hadiah kecil untukmu," seru Belinda yang langsung meraih buket pengantinnya. Awalnya Lorena sempat mengernyit sebelum ia melihat buket pengantin Belinda dan mendadak membelalak. "Apa itu? Buket pengantin untukku?" "Ya, ini untukmu agar kau segera menyusulku dan menikah lagi, Lorena." "Yang benar saja, Kak Belinda. Akhirnya aku akan kembali melanjutkan sekolahku dan aku belum memikirkan pernikahan lagi." "
Sebuah taman di sebuah hotel mewah menjadi tempat dilangsungkannya sebuah acara sakral hari itu, yaitu pernikahan dari Luca dan Belinda. Dihadiri oleh hanya keluarga dekat mereka, akhirnya hari pernikahan yang ditunggu pun tiba. Hector dan Diana pun diijinkan untuk menghadiri acara sakral itu hanya beberapa jam saja dan atmosfer di venue acara membuat mereka merinding saking bahagianya. Luca, anak mereka terlihat begitu gagah dengan setelan formalnya. Luca berdiri di panggung untuk menunggu pengantinnya tiba dan Luca sudah tidak sabar lagi untuk menjadikan Belinda sebagai istrinya yang sah. Belinda sendiri sudah begitu tegang di dalam ruang VIP hotel itu dan Belinda memakai gaun pengantinnya lagi. "Aku masih tetap tegang sekalipun ini pernikahanku yang kedua," seru Belinda pada Amelia yang sedang menggendong Jonathan. Bayi mungil itu sama sekali sudah tidak mungil sekarang. Jonathan yang sudah berumur lima bulan itu terlihat sangat montok, terasa berat, dan sangat aktif. Seperti
"Welcome home, Jonathan Alfredo." Semua orang memekik bahagia menyambut kepulangan Belinda dan bayi kecilnya dari rumah sakit. Bayi kecil itu diberi nama Jonathan Alfredo. Jonathan artinya pemberian Tuhan. Jonathan memang pemberian Tuhan yang paling indah dalam hidup Luca dan Belinda. Jonathan juga adalah pejuang kecil yang bahkan sejak dalam kandungan sudah menghadapi ketegangan yang begitu besar bersama Belinda saat harus menghadapi Daniel waktu itu. Sungguh, Jonathan sudah terlatih menjadi kuat sejak dalam kandungan. Lorena adalah orang yang paling heboh hari itu karena Lorena menghias rumah keluarga Alfredo dengan balon-balon berwarna biru dan hiasan lainnya yang membuat rumah itu menjadi meriah. Dibantu oleh Jedy dan Ameena, Lorena pun menyiapkan hidangan spesial untuk merayakan kepulangan Belinda ini. "Ya ampun, Lorena! Ini kejutan sekali! Terima kasih sudah menyiapkan semua ini untuk Jonathan," seru Belinda yang langsung memeluk Lorena. Jonathan sendiri masih digendong ol
Dua minggu setelah sidang Hector dan Diana selesai, akhirnya hari yang dinantikan pun tiba, yaitu kelahiran anak pertama Luca dan Belinda. Belinda sudah mengalami mulas sejak sore hari dan rasa itu makin tidak jelas saat makan malam hari itu. Belinda sendiri sudah tinggal lagi di rumah besar keluarga Alfredo bersama Luca dan Ameena. Nenek Ameena pun ikut tinggal bersama di sana. Beberapa pelayan lama yang masih setia pun dipanggil kembali, kecuali beberapa pelayan yang merupakan kaki tangan Baron tidak dipekerjakan kembali. Lorena sendiri kembali tinggal bersama Pak Landon dan Bu Landon, walaupun Lorena sering sekali berkunjung dan menginap. Beberapa hari ini, Amelia juga ikut menginap di rumah keluarga Alfredo untuk menemani Belinda yang akan segera melahirkan itu. "Hmm, perutku makin tidak enak dan rasanya agak basah, aku akan ke kamar mandi dulu," seru Belinda yang langsung melesat ke kamar mandi. Luca dan Amelia sampai ikut tegang sendiri. "Luca, siapkan semua barang Belind
Dua bulan berlalu dan proses hukum atas Hector dan Diana pun berjalan sangat lancar dan kooperatif. Persidangan dilakukan berkali-kali dengan cukup melelahkan, sebelum akhirnya Hector dan Diana beserta beberapa pejabat lain terbukti bersalah. Hector dan Diana tidak pernah absen dalam sidangnya. Diana pun begitu setia mendorong kursi roda Hector. Ya, Hector akhirnya harus memakai kursi roda karena ada bagian syaraf geraknya yang mengalami kerusakan permanen. Mungkin, selamanya Hector tidak akan bisa berjalan lagi, tapi Hector pun sudah menerimanya. Tanpa mengelak apa pun lagi, Hector pun mengakui semua perbuatannya dengan gentle dan tidak meminta pengampunan lagi. Dengan suaranya yang tegas seperti saat ia berbicara di depan banyak orang, Hector pun meminta maaf dengan tulus pada semua orang yang mengenalnya dan orang yang pernah ia rugikan secara langsung maupun tidak langsung. "Aku Hector Alfredo, mengakui bersalah dan melakukan semua yang dituduhkan. Aku melakukan korupsi itu d
Tidak ada perpisahan yang indah.Sekalipun berpisah dengan psikopat jahat seperti Daniel, nyatanya air mata semua orang tetap terburai saat harus mengantarkan Daniel ke tempat peristirahatan terakhirnya. Luca tidak berhenti memeluk Diana yang begitu lemas. Wajah cantik wanita itu terlihat lesu dan pucat selama beberapa hari sejak Daniel meninggal. Diana tidak berhenti menangis dan kehilangan yang dirasakan Diana seolah menular pada semua orang. Amelia juga hadir pada acara Daniel dan Amelia juga tidak berhenti meneteskan air matanya. Begitu juga dengan keluarga Pak Landon dan pejabat penting lain yang hadir di sana. Kematian Daniel tidak benar-benar dipublikasikan secara jujur. Daniel yang sempat diketahui menjadi buron pun hanya dikabarkan mengalami kecelakaan dan meninggal. Itu adalah bentuk penghormatan terakhir pada Daniel. Cukup keluarga mereka dan beberapa orang yang terlibat yang mengetahui kejadian yang sebenarnya. "Selamat jalan, Daniel! Selamat jalan, Anak Ibu! Ibu berha