Luca sama sekali tidak bisa mengendalikan perasaannya yang marah luar biasa pada Hector. Bukan hanya melakukan korupsi, tapi setelah ketahuan pun, Hector masih tidak merasa bersalah dan malah meminta Luca tidak ikut campur. "Sial! Sial!" geram Luca sambil meneguk alkoholnya di klub malam itu. Setelah menyetir berkeliling dan terus mengumpat sepanjang sore, Luca pun berakhir dengan minum-minum di klub. Perasaan Luca pun begitu kalut, tapi untungnya telepon dari Belinda membuatnya berhenti minum. "Belinda," sapa Luca begitu mengangkat teleponnya. Belinda yang masih berada di apartemen sendirian mendadak merindukan Luca dan karena sampai malam Luca belum pulang, akhirnya Belinda meneleponnya. "Kau masih sibuk, Luca?" "Hmm, tidak." Belinda mengernyit saat mendengar suara keras di belakang Luca. "Aku mendengar suara musik yang sangat keras, Luca. Kau di mana?" Luca mengalihkan tatapannya ke sekeliling. "Ah, maaf, Belinda, aku ada di ...." "Di mana, Luca? Jangan membohongiku!" "A
"Luca sudah tahu semuanya, Daniel!" Daniel masih menatap gedung apartemen Luca dan Belinda saat Hector meneleponnya malam itu. "Apa maksud Ayah?" "Tentang proyek-proyek fiktif dan dana yang kita gelapkan." Daniel terdiam sesaat dengan tatapan yang membelalak. "Sial! Bagaimana dia bisa tahu semuanya, Ayah? Membungkam Belinda atau siapa pun mungkin lebih mudah dibanding membungkam Luca." "Ayah tidak tahu dia tahu semuanya dari siapa, tapi ada jaksa yang ngotot untuk memperkarakan masalah ini di saat pimpinannya sudah memintanya berhenti, Ayah tidak akan melepaskannya. Kau sendiri juga harus lebih berhati-hati, Daniel! Perlakukan Lorena dengan baik karena dukungan Pak Landon masih sangat kita perlukan saat ini," pesan Hector yang langsung membuat Daniel menegang. Hector dan Diana memang sudah tidak pulang ke rumah berhari-hari. Mereka punya rumah dinas yang lain untuk ditinggali. Karena itu, mereka tidak tahu apa pun tentang Daniel yang sudah memukuli Lorena. Daniel mengeraskan r
Jantung Belinda masih memacu tidak karuan saat membaca pesan itu, apalagi tidak lama kemudian, nomor itu meneleponnya. Belinda menatap nomor itu lekat-lekat dan benar saja, itu nomor Daniel. Belinda memang tidak menyimpan nomor Daniel di ponsel barunya, tapi Belinda baru saja mengingat nomornya. Jantung Belinda makin berdebar kencang, tapi Belinda tidak mau mengangkat teleponnya dan malah menyembunyikannya di bawah bantal. Namun sialnya, ponsel itu tidak hentinya berdering. Belinda baru saja akan mematikan ponselnya dan tidak mempedulikan telepon dari Daniel saat tiba-tiba pesan dari Daniel masuk lagi. Daniel: "Angkat teleponnya atau aku akan ke sana sekarang juga, Belinda. Jangan kau kira kau ada di apartemen lalu aku tidak bisa masuk ke sana." Belinda menahan napasnya sejenak dan berpikir keras sebelum akhirnya saat Daniel meneleponnya lagi, Belinda langsung mengangkatnya. "Apa yang kau mau, Daniel?" Daniel menyeringai mendengar suara mantan istrinya. "Woah, mendengar suaramu
Luca dan Belinda berjalan cepat di koridor rumah sakit siang itu. Luca sendiri sudah dalam perjalanan pulang saat menelepon Belinda tadi dan mereka langsung melaju ke rumah sakit. Belinda tidak bisa berhenti menangis sepanjang perjalanan. Hingga saat ia melihat Amelia di depan ruang operasi, air mata Belinda makin bercucuran. "Ibu! Ibu!" panggil Belinda yang langsung menghambur ingin memeluk Amelia, tapi Amelia menolaknya. "Jangan sentuh Ibu, Belinda! Ibu malu sekali punya anak sepertimu! Kau masih ingat kalau kau punya orang tua, hah? Tapi kau pergi dan malah memilih tinggal bersama selingkuhanmu sampai kau hamil anaknya! Ibu malu punya anak sepertimu, Belinda!" "Dan sekarang kau baru muncul saat ayahmu sedang dalam kondisi seperti ini, hah? Kalau saja ayahmu tidak kecelakaan, Ibu yakin kau juga tidak akan pernah muncul, Belinda! Anak durhaka! Kau benar-benar anak durhaka!" teriak Amelia frustasi. Tangisan Amelia berderai meratapi kondisi suaminya yang sangat parah. Amelia sangat
"Tidak! Kau gila, Daniel! Kau gila! Tidak mungkin! Tidak mungkin!" Belinda memekik histeris di toilet wanita sampai Luca pun menegang dibuatnya. Bukan hanya Luca, karena tiba-tiba Amelia juga ada di dekat Luca dan mendengar teriakan Belinda. Tadinya Amelia ingin ke toilet saat melihat Luca berdiri di depan toilet, pasti sedang menunggu Belinda. Amelia pun berpikir nanti saja ke toilet setelah Belinda pergi, tapi ia malah mendengar teriakan Belinda di sana. "Ada apa ini, Luca? Ada apa?" tanya Amelia dengan jantung yang berdebar. Belum sempat Luca menjawab apa pun, teriakan Belinda sudah kembali terdengar. "Kau iblis, Daniel! Kau iblis! Bagaimana kau bisa melakukan semua ini, apa salah ayahku padamu, hah? Kau hampir saja membuat ayahku meninggal, kau benar-benar tidak punya hati, Daniel! Kau psikopat! Kau melakukan rencana pembunuhan dan sudah seharusnya kau dijebloskan ke penjara!" pekik Belinda frustasi. Amelia yang mendengarnya langsung menutup mulut dengan tangannya, tapi Luca
Lorena masih memekik ketakutan dan terus menarik kakinya. Sungguh, Lorena tidak takut ketahuan saat ini karena Lorena lebih takut ditangkap oleh hantu yang sedang mencengkeram kakinya.Jantung Lorena sudah memacu tidak terkendali dan ia gemetar. Namun, mendadak genggaman di kakinya melonggar, berganti dengan rintihan yang membuat Lorena pun terdiam sejenak. "Tolong! Sakit! Sakit sekali! Tolong!" Debar jantung Lorena makin menghentak tidak karuan, tapi satu yang ia tahu, itu bukan suara hantu. Sambil memberanikan diri, Lorena pun menoleh ke bawah dan ia melihat sebuah sosok yang makin membuatnya gemetar. Tangan yang kurus dan kotor, rambut yang berantakan, dan Lorena hampir tidak bisa bernapas saat ia melihat kepala itu mulai mendongak menatapnya. "Akhh, pergi! Pergi!" seru Lorena sambil memejamkan matanya. Namun, suara itu memanggilnya. "Bu Lorena! Bu Lorena! Tolong ...." Sontak Lorena membuka matanya nyalang karena ia yakin ia mengenali suara itu. Buru-buru Lorena menoleh lagi
"Apa ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku, Lorena Sayang?" Suara Daniel terdengar berbisik di telinga Lorena malam itu sampai Lorena menahan napasnya sejenak, tapi Lorena bertahan dengan akting pura-pura tidurnya. Setelah berhasil membohongi Baron siang tadi, hati Lorena tidak pernah tenang. Lorena selalu merasa seolah Baron tahu apa yang ia lakukan dan pria itu akan melapor pada Daniel. Karena itu, Lorena pun akhirnya memilih berpura-pura tidur saja agar ia tidak harus berhadapan dengan Daniel malam itu. "Hmm, kau tetap tidak bergerak, jadi kau benar-benar sudah tidur ya, Sayang?" bisik Daniel lagi sambil tangannya mulai menggerayangi tubuh Lorena, mulai dari dadanya, tempat sensitifnya, lalu naik lagi ke perut Lorena yang mulai membuncit karena umur kehamilannya hampir sama dengan Belinda." Daniel sengaja menekan perut Lorena agak keras sampai Lorena makin tegang dan berdebar, takut Daniel akan menyakiti janin di dalam kandungannya. "Hmm, baiklah, kalau kau sudah tidur.
"Apa kau baik-baik saja, Luca?"Belinda begitu cemas saat Jedy memberitahunya tentang Luca yang pergi menyelamatkan temannya. Tadinya Jedy tidak mau bercerita apa pun, tapi karena Belinda terus memaksanya, akhirnya Jedy pun terpaksa buka mulut tentang Hector yang kemungkinan melakukan penyerangan terhadap Nando. Belinda benar-benar tidak bisa mempercayainya dan mendadak ketakutan sendiri karena ternyata Hector dan Daniel sama saja. Belinda pun terus menunggu Luca dalam kecemasan dan saat akhirnya Luca kembali begitu larut, Belinda pun mendesah lega walaupun Luca kembali dengan penampilan yang cukup berantakan. "Aku baik-baik saja, Belinda. Tidak ada yang perlu kau cemaskan," jawab Luca menenangkan. "Jedy sudah menceritakan semuanya padaku, Luca. Bagaimana kondisi jaksa itu?" tanya Belinda lagi dengan tetap cemas. Luca pun langsung melirik Jedy sampai Jedy tegang sendiri. "Aku terpaksa, Bos. Bu Belinda terus memaksaku." "Aku yang memaksa Jedy, jangan menyalahkan dia, Luca. Jadi ba
Sembilan bulan kehamilan Belinda yang kedua adalah sembilan bulan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak luar biasa kalau ternyata Belinda hamil anak kembar. Luca sampai tidak berhenti memekik senang saat melihat hasil USG, sedangkan Belinda kaget sendiri sampai tidak bisa berkata-kata dibuatnya. Luca pun menjadi makin protektif pada Belinda, bahkan Belinda tidak boleh mengangkat barang yang berat sama sekali, termasuk menggendong Jonathan. Luca yang selalu menggendong Jonathan dan menggantikan Belinda mengurus anak mereka itu, bahkan Luca membawanya ke kantor sampai para karyawan gemas sendiri dan bergantian menjaga Jonathan. Kadang Jonathan akan berlarian kesana kemari sambil berteriak kegirangan. Kadang Jonathan akan duduk di meja sekretaris sambil membuyarkan berkas. Kadang Jonathan juga duduk di divisi besar dan bernyanyi dengan gembira. Jonathan adalah anak yang sangat bahagia dan dicintai banyak orang. Dan kini, Jonathan akan menjadi kakak dari dua bayi kembar yang lucu ya
"Kami membawakan oleh-oleh dan vitamin untuk Ayah." Luca dan Belinda menjenguk Hector di penjara hari itu. Tinggal di penjara dan beraktivitas santai tanpa memikirkan urusan politik dan bisnis lagi membuat Hector nampak lebih segar dan tanpa beban. Hector benar-benar sudah melepaskan semuanya dan berniat pensiun setelah keluar dari penjara. Hector pun berniat tinggal di rumah saja dan menghabiskan masa tuanya bersama anak cucunya. "Ah, terima kasih, Luca, Belinda. Tapi biarkan Ayah melihat cucu Ayah dulu." Luca dan Belinda membawa Jonathan ke penjara dan Hector pun tidak berhenti tertawa gemas melihat tingkah cucunya itu. "Haha, dia makin lucu dan makin tampan, tapi cepatlah pulang, tidak baik terlalu lama membawa bayi di sini. Tapi beberapa bulan lagi, dia berulang tahun kan? Maaf ya, Grandpa tidak bisa membelikan hadiah apa-apa, tapi Luca, belikan mainan sepeda motor yang plastik itu untuknya. Katakan itu dari Grandpanya."Luca tertawa sambil mengangguk. "Tentu, aku akan melaku
"Eiffel, I'm in love!" teriak Jedy di bawah menara Eiffel malam itu. Dua minggu setelah menikah, Luca dan Belinda langsung pergi berbulan madu. Mereka tidak pergi berdua saja, tapi mereka membawa Jonathan bersamanya. Ameena sendiri sekarang menjadi pengasuh Jonathan dan Ameena selalu diajak ke mana pun Jonathan pergi. Bukan hanya Ameena, tapi karena mereka akan berlibur kali ini, mereka pun mengajak serta Jedy, Nando, dan Lorena. Tentu saja perjalanan itu menjadi perjalanan yang tidak terlupakan bagi mereka karena Jedy dan Nando yang masih jomblo ingin mendapatkan pasangan di kota paling romantis di dunia itu. Jedy yang antusias pun terus berteriak di bawah menara Eiffel itu sampai Luca mendadak malu sendiri mendengarnya. "Haruskah kau berteriak seperti itu? Seperti kau tidak pernah ke Eiffel saja. Aku kan pernah mengajakmu ke sini waktu itu." "Tapi ini pertama kalinya aku pergi dengan wanita, Bos. Tapi wanitanya tidak peka, karena itu, aku harus berteriak keras-keras," sahut Je
"Sekali lagi selamat, Kak Belinda dan Kak Luca." Lorena kembali memeluk Belinda dan Luca setelah acara pernikahan yang sakral itu akhirnya selesai. Hanya keluarga yang hadir dan mereka pun melanjutkan acara itu dengan makan siang bersama. Suasananya pun begitu kekeluargaan dan Belinda juga terlihat begitu santai dengan gaun pengantin sederhananya.Hector dan Diana sendiri sudah dibawa kembali ke penjara, tapi mereka pergi dengan tawa yang terus merekah di wajah mereka. Bahkan, sebelum pergi, mereka menciumi Jonathan dengan gemas. "Terima kasih, Lorena. Tapi aku mau memberikan hadiah kecil untukmu," seru Belinda yang langsung meraih buket pengantinnya. Awalnya Lorena sempat mengernyit sebelum ia melihat buket pengantin Belinda dan mendadak membelalak. "Apa itu? Buket pengantin untukku?" "Ya, ini untukmu agar kau segera menyusulku dan menikah lagi, Lorena." "Yang benar saja, Kak Belinda. Akhirnya aku akan kembali melanjutkan sekolahku dan aku belum memikirkan pernikahan lagi." "
Sebuah taman di sebuah hotel mewah menjadi tempat dilangsungkannya sebuah acara sakral hari itu, yaitu pernikahan dari Luca dan Belinda. Dihadiri oleh hanya keluarga dekat mereka, akhirnya hari pernikahan yang ditunggu pun tiba. Hector dan Diana pun diijinkan untuk menghadiri acara sakral itu hanya beberapa jam saja dan atmosfer di venue acara membuat mereka merinding saking bahagianya. Luca, anak mereka terlihat begitu gagah dengan setelan formalnya. Luca berdiri di panggung untuk menunggu pengantinnya tiba dan Luca sudah tidak sabar lagi untuk menjadikan Belinda sebagai istrinya yang sah. Belinda sendiri sudah begitu tegang di dalam ruang VIP hotel itu dan Belinda memakai gaun pengantinnya lagi. "Aku masih tetap tegang sekalipun ini pernikahanku yang kedua," seru Belinda pada Amelia yang sedang menggendong Jonathan. Bayi mungil itu sama sekali sudah tidak mungil sekarang. Jonathan yang sudah berumur lima bulan itu terlihat sangat montok, terasa berat, dan sangat aktif. Seperti
"Welcome home, Jonathan Alfredo." Semua orang memekik bahagia menyambut kepulangan Belinda dan bayi kecilnya dari rumah sakit. Bayi kecil itu diberi nama Jonathan Alfredo. Jonathan artinya pemberian Tuhan. Jonathan memang pemberian Tuhan yang paling indah dalam hidup Luca dan Belinda. Jonathan juga adalah pejuang kecil yang bahkan sejak dalam kandungan sudah menghadapi ketegangan yang begitu besar bersama Belinda saat harus menghadapi Daniel waktu itu. Sungguh, Jonathan sudah terlatih menjadi kuat sejak dalam kandungan. Lorena adalah orang yang paling heboh hari itu karena Lorena menghias rumah keluarga Alfredo dengan balon-balon berwarna biru dan hiasan lainnya yang membuat rumah itu menjadi meriah. Dibantu oleh Jedy dan Ameena, Lorena pun menyiapkan hidangan spesial untuk merayakan kepulangan Belinda ini. "Ya ampun, Lorena! Ini kejutan sekali! Terima kasih sudah menyiapkan semua ini untuk Jonathan," seru Belinda yang langsung memeluk Lorena. Jonathan sendiri masih digendong ol
Dua minggu setelah sidang Hector dan Diana selesai, akhirnya hari yang dinantikan pun tiba, yaitu kelahiran anak pertama Luca dan Belinda. Belinda sudah mengalami mulas sejak sore hari dan rasa itu makin tidak jelas saat makan malam hari itu. Belinda sendiri sudah tinggal lagi di rumah besar keluarga Alfredo bersama Luca dan Ameena. Nenek Ameena pun ikut tinggal bersama di sana. Beberapa pelayan lama yang masih setia pun dipanggil kembali, kecuali beberapa pelayan yang merupakan kaki tangan Baron tidak dipekerjakan kembali. Lorena sendiri kembali tinggal bersama Pak Landon dan Bu Landon, walaupun Lorena sering sekali berkunjung dan menginap. Beberapa hari ini, Amelia juga ikut menginap di rumah keluarga Alfredo untuk menemani Belinda yang akan segera melahirkan itu. "Hmm, perutku makin tidak enak dan rasanya agak basah, aku akan ke kamar mandi dulu," seru Belinda yang langsung melesat ke kamar mandi. Luca dan Amelia sampai ikut tegang sendiri. "Luca, siapkan semua barang Belind
Dua bulan berlalu dan proses hukum atas Hector dan Diana pun berjalan sangat lancar dan kooperatif. Persidangan dilakukan berkali-kali dengan cukup melelahkan, sebelum akhirnya Hector dan Diana beserta beberapa pejabat lain terbukti bersalah. Hector dan Diana tidak pernah absen dalam sidangnya. Diana pun begitu setia mendorong kursi roda Hector. Ya, Hector akhirnya harus memakai kursi roda karena ada bagian syaraf geraknya yang mengalami kerusakan permanen. Mungkin, selamanya Hector tidak akan bisa berjalan lagi, tapi Hector pun sudah menerimanya. Tanpa mengelak apa pun lagi, Hector pun mengakui semua perbuatannya dengan gentle dan tidak meminta pengampunan lagi. Dengan suaranya yang tegas seperti saat ia berbicara di depan banyak orang, Hector pun meminta maaf dengan tulus pada semua orang yang mengenalnya dan orang yang pernah ia rugikan secara langsung maupun tidak langsung. "Aku Hector Alfredo, mengakui bersalah dan melakukan semua yang dituduhkan. Aku melakukan korupsi itu d
Tidak ada perpisahan yang indah.Sekalipun berpisah dengan psikopat jahat seperti Daniel, nyatanya air mata semua orang tetap terburai saat harus mengantarkan Daniel ke tempat peristirahatan terakhirnya. Luca tidak berhenti memeluk Diana yang begitu lemas. Wajah cantik wanita itu terlihat lesu dan pucat selama beberapa hari sejak Daniel meninggal. Diana tidak berhenti menangis dan kehilangan yang dirasakan Diana seolah menular pada semua orang. Amelia juga hadir pada acara Daniel dan Amelia juga tidak berhenti meneteskan air matanya. Begitu juga dengan keluarga Pak Landon dan pejabat penting lain yang hadir di sana. Kematian Daniel tidak benar-benar dipublikasikan secara jujur. Daniel yang sempat diketahui menjadi buron pun hanya dikabarkan mengalami kecelakaan dan meninggal. Itu adalah bentuk penghormatan terakhir pada Daniel. Cukup keluarga mereka dan beberapa orang yang terlibat yang mengetahui kejadian yang sebenarnya. "Selamat jalan, Daniel! Selamat jalan, Anak Ibu! Ibu berha