Belinda terbangun pagi itu dengan senyum di wajahnya. Entah jam berapa Belinda tidur kemarin karena mendengarkan cerita Luca. Belinda lebih banyak mendengar, sedangkan Luca yang bercerita. Luca menceritakan bagaimana hidupnya di luar negeri. Belinda pun akhirnya tahu bahwa Luca bisa memasak, Belinda juga akhirnya tahu bahwa Luca suka hiking dan semua aktivitas outdoor. Karena itu juga, Luca begitu sigap menolong Belinda di resort waktu itu. Alih-alih bertanya juga tentang hidup Belinda, Luca lebih memilih untuk terus bicara dan malah lanjut menceritakan hal lucu sampai Belinda tidak berhenti tertawa. Itu menunjukkan bagaimana Luca menghargai perasaan Belinda. Dan sungguh, kebersamaan mereka singkat, tapi begitu banyak hal indah di dalamnya. Belinda pun masih tersenyum sendiri di ranjangnya saat pintu kamarnya mendadak dibuka dan Amelia pun masuk dengan wajah penuh amarah. "Ibu?" sapa Belinda waspada. "Kau sudah puas tidur, Belinda? Sekarang bangun dan bersiaplah karena kita akan
"Sial! Buka pintunya! Buka, Sialan!" Luca tidak berhenti mengumpat sambil memukuli pintu kamarnya yang masih dijaga oleh dua anak buah Hector. Tidak ada yang mempedulikan teriakan Luca sampai Luca pun kesal sendiri. "Mereka pikir aku tahanan, Jedy! Sial!" "Tenangkan dirimu dulu, Bos! Tenangkan dirimu! Jangan membuat Pak Hector marah.""Aku tidak peduli, Jedy! Biar saja dia marah! Semua orang bisa dia atur, tapi tidak denganku, Jedy! Sial! Ini tidak adil bagi Belinda! Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana membela keluargaku sendiri. Mereka benar-benar tidak punya hati, Jedy! Aku paham kalau mereka ingin menjaga nama baik, tapi bahkan rasa iba dan rasa bersalah pada Belinda saja tidak mereka rasakan! Keterlaluan!" geram Luca yang tidak berhenti mengumpat sambil terus menendang pintu kamarnya. Luca pun berakhir dengan menonton berita di internet tentang klarifikasi keluarganya, dan melihat ekspresi datar Belinda membuat Luca makin geram. Apalagi saat tidak lama kemudian, Hector masuk
Luca ....Ya, itu Luca. Pria yang sedang melangkah ke arahnya adalah Luca. Ini mengejutkan sampai Belinda terus menatap tak percaya. Belinda bahkan mengedipkan matanya beberapa kali karena Belinda takut ia mabuk dan mulai berhalusinasi. Namun, saat pria itu benar-benar sudah berdiri di hadapan Belinda, ia pun menyadari bahwa ini sama sekali bukan halusinasi. "Luca? Luca?" tanya Belinda yang masih tidak percaya. Namun, pria itu memang Luca, kakak iparnya. "Kau sudah minum terlalu banyak, Belinda! Terlalu banyak," seru Luca yang langsung meraih gelas Belinda dan meneguk isinya sampai habis. Mereka pun kembali saling menatap dan Luca tersenyum penuh kelegaan saat akhirnya ia sudah ada di sini bersama Belinda-nya. Luca sama sekali tidak bisa tenang begitu mengetahui keberadaan Belinda tadi. Bukannya takut Belinda melakukan hal buruk seperti bunuh diri karena Luca yakin pikiran Belinda tidak sesempit itu. Luca hanya merasa begitu sedih kalau harus membiarkan Belinda larut dalam kes
Berciuman tidak pernah senikmat ini saat dilakukan dengan orang yang salah, tapi berciuman dengan Belinda, rasanya tidak pernah tidak nikmat. Begitu bibir Luca saling bertaut dengan bibir Belinda, Luca pun melupakan segalanya. Entah siapa yang lebih dominan karena Belinda ternyata juga menyimpan hasrat yang sama. Bibir keduanya pun saling memagut dengan penuh hasrat, saling mencicipi manisnya bibir satu sama lain, saling meraup tanpa ada yang mau mengalah. Kedua tangan Belinda sudah menangkup kedua pipi Luca dan pagutan bibir mereka pun makin dalam. Atmosfer yang begitu mendukung pun membuat kedekatan itu makin terasa intim seolah memang mereka adalah pasangan yang saling memiliki, sampai saat mereka mulai kehabisan napas, mereka pun saling melepaskan bibir mereka dan saling bertatapan dengan mesra. "Apakah boleh aku meminta tambahan hari lagi untuk menjadi kekasihmu, Luca?" bisik Belinda sambil menempelkan hidungnya ke hidung Luca dan menggoyangkannya manja. "Bagaimana kalau kau
Luca masih membeku mendengar permintaan Belinda yang mengejutkan. Sungguh, Luca tidak menyangka Belinda akan meminta hal seperti ini, tapi tentu saja, Luca tidak akan menolaknya, bahkan tanpa diminta pun, mungkin Luca yang akan memintanya duluan malam ini."Belinda ...," panggil Luca lagi dengan suaranya yang mulai serak."Aku milikmu malam ini, Luca!" desah Belinda begitu menggoda. Luca kembali menahan napasnya sejenak. Godaan ini sungguh tidak bisa ditahannya.Namun, bukan hanya Luca yang tidak bisa menahannya, karena Jedy yang mendengar suara Belinda pun sampai menelan salivanya tegang. "B-Bos, ini ... kau ... kalian ... akan begitu? Ya ampun, apa yang harus kulakukan? Kau masih mendengarku, Bos? Oh, ini gila, Bos, kau masih di sana?" Jedy terus berbicara dengan gugup membayangkan akan ada perselingkuhan yang sebenarnya antara Luca dan Belinda. Jedy berharap Luca masih cukup waras untuk tidak menyantap adik iparnya, tapi sepertinya itu hanya tinggal harapan saat alih-alih menyahu
Luca tidak bisa berhenti menatap Belinda yang masih tertidur di sampingnya. Hari sudah pagi, tapi Belinda yang masih kelelahan pun masih menikmati tidur panjangnya.Entah jam berapa mereka baru tertidur tadi malam karena setelah sesi panas di kamar mandi, Luca kembali menggempur Belinda di ranjang. Luca benar-benar konsisten saat mengatakan tidak akan berhenti sebelum mereka benar-benar puas. Dan setelah mereka puas, mereka pun tidur berpelukan sambil tersenyum. "Cantik! Kau selalu cantik, Belinda!" bisik Luca sambil membelai wajah cantik itu dengan punggung tangannya. Belinda yang merasakan sentuhan itu pun langsung mengernyit dalam tidurnya. Perlahan Belinda membuka matanya dan pemandangan pertama yang Belinda lihat adalah wajah tampan Luca yang sedang menatap ke arahnya. "Selamat pagi, Sayang! Akhirnya kau bangun juga setelah tertidur seperti Putri Tidur. Bahkan barusan aku berpikir untuk menciummu agar kau sadar." Belinda langsung tersenyum malu. "Apa yang kau lakukan, Luca? K
Daniel mengepalkan tangannya geram saat anak buahnya melapor tentang kegiatan Belinda beserta foto-fotonya siang itu. Seperti yang Daniel duga, Belinda bersama Luca. Bukan sekedar bersama, tapi mereka sudah melakukan hal yang di luar batas. "Brengsek! Mereka sudah bermain api dan mereka sama sekali tidak takut terbakar! Sialll!" geram Daniel lagi yang langsung meremat foto-foto itu dan melemparnya. "Bakar semua fotonya dan jangan sampai ada yang keluar menjadi gosip baru," titah Daniel geram. "Baik, Pak!" Dua anak buah Daniel pun langsung memungut foto-foto itu dan membersihkannya dari ruang kerja Daniel. Mereka pun segera keluar dari sana digantikan oleh Lorena yang masuk diam-diam. Lorena memang belum tinggal di rumah itu lagi karena Pak Landon tidak mengijinkannya, tapi sejak tahu Belinda pergi dari rumah, setiap hari Lorena akan datang untuk menghibur Daniel karena Daniel sendiri juga bekerja dari rumah sepanjang hari. "Wajah para anak buah terlihat tegang, Kak Daniel, apa k
Jantung Belinda sudah memacu tidak terkendali saat ini, tubuhnya gemetar, dan ini terasa seperti nightmare saat melihat suaminya berdiri di depan pintu kamarnya dan Luca. Bukan hanya sendirian, melainkan bersama tiga orang anak buah di belakangnya. Entah apa maksud Daniel membawa anak buah seperti ini. Namun, yang pasti, Belinda merasa terancam dan Belinda berharap Luca segera kembali. "D-Daniel ...." Daniel sendiri langsung tersenyum menatap istrinya yang sedang ketakutan itu. "Hai, Sayang. Kau pergi tanpa pamit dan aku menjemputmu seperti biasanya." Belinda menelan salivanya dan menggeleng. "Aku tidak mau pulang. Aku tidak mau pulang jadi pergilah dari sini." Dengan cepat, Belinda berniat menutup pintunya, tapi Daniel sudah menahan pintu itu dan malah menghentaknya terbuka. Gerakan itu begitu kasar sampai Belinda pun terhuyung ke dalam dan Daniel ikut masuk bersama tiga anak buahnya. "Aku tidak mengijinkanmu masuk, Daniel! Keluar atau aku akan berteriak!" ancam Belinda. Namu
Sembilan bulan kehamilan Belinda yang kedua adalah sembilan bulan yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak luar biasa kalau ternyata Belinda hamil anak kembar. Luca sampai tidak berhenti memekik senang saat melihat hasil USG, sedangkan Belinda kaget sendiri sampai tidak bisa berkata-kata dibuatnya. Luca pun menjadi makin protektif pada Belinda, bahkan Belinda tidak boleh mengangkat barang yang berat sama sekali, termasuk menggendong Jonathan. Luca yang selalu menggendong Jonathan dan menggantikan Belinda mengurus anak mereka itu, bahkan Luca membawanya ke kantor sampai para karyawan gemas sendiri dan bergantian menjaga Jonathan. Kadang Jonathan akan berlarian kesana kemari sambil berteriak kegirangan. Kadang Jonathan akan duduk di meja sekretaris sambil membuyarkan berkas. Kadang Jonathan juga duduk di divisi besar dan bernyanyi dengan gembira. Jonathan adalah anak yang sangat bahagia dan dicintai banyak orang. Dan kini, Jonathan akan menjadi kakak dari dua bayi kembar yang lucu ya
"Kami membawakan oleh-oleh dan vitamin untuk Ayah." Luca dan Belinda menjenguk Hector di penjara hari itu. Tinggal di penjara dan beraktivitas santai tanpa memikirkan urusan politik dan bisnis lagi membuat Hector nampak lebih segar dan tanpa beban. Hector benar-benar sudah melepaskan semuanya dan berniat pensiun setelah keluar dari penjara. Hector pun berniat tinggal di rumah saja dan menghabiskan masa tuanya bersama anak cucunya. "Ah, terima kasih, Luca, Belinda. Tapi biarkan Ayah melihat cucu Ayah dulu." Luca dan Belinda membawa Jonathan ke penjara dan Hector pun tidak berhenti tertawa gemas melihat tingkah cucunya itu. "Haha, dia makin lucu dan makin tampan, tapi cepatlah pulang, tidak baik terlalu lama membawa bayi di sini. Tapi beberapa bulan lagi, dia berulang tahun kan? Maaf ya, Grandpa tidak bisa membelikan hadiah apa-apa, tapi Luca, belikan mainan sepeda motor yang plastik itu untuknya. Katakan itu dari Grandpanya."Luca tertawa sambil mengangguk. "Tentu, aku akan melaku
"Eiffel, I'm in love!" teriak Jedy di bawah menara Eiffel malam itu. Dua minggu setelah menikah, Luca dan Belinda langsung pergi berbulan madu. Mereka tidak pergi berdua saja, tapi mereka membawa Jonathan bersamanya. Ameena sendiri sekarang menjadi pengasuh Jonathan dan Ameena selalu diajak ke mana pun Jonathan pergi. Bukan hanya Ameena, tapi karena mereka akan berlibur kali ini, mereka pun mengajak serta Jedy, Nando, dan Lorena. Tentu saja perjalanan itu menjadi perjalanan yang tidak terlupakan bagi mereka karena Jedy dan Nando yang masih jomblo ingin mendapatkan pasangan di kota paling romantis di dunia itu. Jedy yang antusias pun terus berteriak di bawah menara Eiffel itu sampai Luca mendadak malu sendiri mendengarnya. "Haruskah kau berteriak seperti itu? Seperti kau tidak pernah ke Eiffel saja. Aku kan pernah mengajakmu ke sini waktu itu." "Tapi ini pertama kalinya aku pergi dengan wanita, Bos. Tapi wanitanya tidak peka, karena itu, aku harus berteriak keras-keras," sahut Je
"Sekali lagi selamat, Kak Belinda dan Kak Luca." Lorena kembali memeluk Belinda dan Luca setelah acara pernikahan yang sakral itu akhirnya selesai. Hanya keluarga yang hadir dan mereka pun melanjutkan acara itu dengan makan siang bersama. Suasananya pun begitu kekeluargaan dan Belinda juga terlihat begitu santai dengan gaun pengantin sederhananya.Hector dan Diana sendiri sudah dibawa kembali ke penjara, tapi mereka pergi dengan tawa yang terus merekah di wajah mereka. Bahkan, sebelum pergi, mereka menciumi Jonathan dengan gemas. "Terima kasih, Lorena. Tapi aku mau memberikan hadiah kecil untukmu," seru Belinda yang langsung meraih buket pengantinnya. Awalnya Lorena sempat mengernyit sebelum ia melihat buket pengantin Belinda dan mendadak membelalak. "Apa itu? Buket pengantin untukku?" "Ya, ini untukmu agar kau segera menyusulku dan menikah lagi, Lorena." "Yang benar saja, Kak Belinda. Akhirnya aku akan kembali melanjutkan sekolahku dan aku belum memikirkan pernikahan lagi." "
Sebuah taman di sebuah hotel mewah menjadi tempat dilangsungkannya sebuah acara sakral hari itu, yaitu pernikahan dari Luca dan Belinda. Dihadiri oleh hanya keluarga dekat mereka, akhirnya hari pernikahan yang ditunggu pun tiba. Hector dan Diana pun diijinkan untuk menghadiri acara sakral itu hanya beberapa jam saja dan atmosfer di venue acara membuat mereka merinding saking bahagianya. Luca, anak mereka terlihat begitu gagah dengan setelan formalnya. Luca berdiri di panggung untuk menunggu pengantinnya tiba dan Luca sudah tidak sabar lagi untuk menjadikan Belinda sebagai istrinya yang sah. Belinda sendiri sudah begitu tegang di dalam ruang VIP hotel itu dan Belinda memakai gaun pengantinnya lagi. "Aku masih tetap tegang sekalipun ini pernikahanku yang kedua," seru Belinda pada Amelia yang sedang menggendong Jonathan. Bayi mungil itu sama sekali sudah tidak mungil sekarang. Jonathan yang sudah berumur lima bulan itu terlihat sangat montok, terasa berat, dan sangat aktif. Seperti
"Welcome home, Jonathan Alfredo." Semua orang memekik bahagia menyambut kepulangan Belinda dan bayi kecilnya dari rumah sakit. Bayi kecil itu diberi nama Jonathan Alfredo. Jonathan artinya pemberian Tuhan. Jonathan memang pemberian Tuhan yang paling indah dalam hidup Luca dan Belinda. Jonathan juga adalah pejuang kecil yang bahkan sejak dalam kandungan sudah menghadapi ketegangan yang begitu besar bersama Belinda saat harus menghadapi Daniel waktu itu. Sungguh, Jonathan sudah terlatih menjadi kuat sejak dalam kandungan. Lorena adalah orang yang paling heboh hari itu karena Lorena menghias rumah keluarga Alfredo dengan balon-balon berwarna biru dan hiasan lainnya yang membuat rumah itu menjadi meriah. Dibantu oleh Jedy dan Ameena, Lorena pun menyiapkan hidangan spesial untuk merayakan kepulangan Belinda ini. "Ya ampun, Lorena! Ini kejutan sekali! Terima kasih sudah menyiapkan semua ini untuk Jonathan," seru Belinda yang langsung memeluk Lorena. Jonathan sendiri masih digendong ol
Dua minggu setelah sidang Hector dan Diana selesai, akhirnya hari yang dinantikan pun tiba, yaitu kelahiran anak pertama Luca dan Belinda. Belinda sudah mengalami mulas sejak sore hari dan rasa itu makin tidak jelas saat makan malam hari itu. Belinda sendiri sudah tinggal lagi di rumah besar keluarga Alfredo bersama Luca dan Ameena. Nenek Ameena pun ikut tinggal bersama di sana. Beberapa pelayan lama yang masih setia pun dipanggil kembali, kecuali beberapa pelayan yang merupakan kaki tangan Baron tidak dipekerjakan kembali. Lorena sendiri kembali tinggal bersama Pak Landon dan Bu Landon, walaupun Lorena sering sekali berkunjung dan menginap. Beberapa hari ini, Amelia juga ikut menginap di rumah keluarga Alfredo untuk menemani Belinda yang akan segera melahirkan itu. "Hmm, perutku makin tidak enak dan rasanya agak basah, aku akan ke kamar mandi dulu," seru Belinda yang langsung melesat ke kamar mandi. Luca dan Amelia sampai ikut tegang sendiri. "Luca, siapkan semua barang Belind
Dua bulan berlalu dan proses hukum atas Hector dan Diana pun berjalan sangat lancar dan kooperatif. Persidangan dilakukan berkali-kali dengan cukup melelahkan, sebelum akhirnya Hector dan Diana beserta beberapa pejabat lain terbukti bersalah. Hector dan Diana tidak pernah absen dalam sidangnya. Diana pun begitu setia mendorong kursi roda Hector. Ya, Hector akhirnya harus memakai kursi roda karena ada bagian syaraf geraknya yang mengalami kerusakan permanen. Mungkin, selamanya Hector tidak akan bisa berjalan lagi, tapi Hector pun sudah menerimanya. Tanpa mengelak apa pun lagi, Hector pun mengakui semua perbuatannya dengan gentle dan tidak meminta pengampunan lagi. Dengan suaranya yang tegas seperti saat ia berbicara di depan banyak orang, Hector pun meminta maaf dengan tulus pada semua orang yang mengenalnya dan orang yang pernah ia rugikan secara langsung maupun tidak langsung. "Aku Hector Alfredo, mengakui bersalah dan melakukan semua yang dituduhkan. Aku melakukan korupsi itu d
Tidak ada perpisahan yang indah.Sekalipun berpisah dengan psikopat jahat seperti Daniel, nyatanya air mata semua orang tetap terburai saat harus mengantarkan Daniel ke tempat peristirahatan terakhirnya. Luca tidak berhenti memeluk Diana yang begitu lemas. Wajah cantik wanita itu terlihat lesu dan pucat selama beberapa hari sejak Daniel meninggal. Diana tidak berhenti menangis dan kehilangan yang dirasakan Diana seolah menular pada semua orang. Amelia juga hadir pada acara Daniel dan Amelia juga tidak berhenti meneteskan air matanya. Begitu juga dengan keluarga Pak Landon dan pejabat penting lain yang hadir di sana. Kematian Daniel tidak benar-benar dipublikasikan secara jujur. Daniel yang sempat diketahui menjadi buron pun hanya dikabarkan mengalami kecelakaan dan meninggal. Itu adalah bentuk penghormatan terakhir pada Daniel. Cukup keluarga mereka dan beberapa orang yang terlibat yang mengetahui kejadian yang sebenarnya. "Selamat jalan, Daniel! Selamat jalan, Anak Ibu! Ibu berha