Share

Mulai lelah

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa Minggu ini Queen benar-benar tengah disibukkan dengan aktivitas barunya sebagai pengganti sang bunda di butik. Meski kondisi kesehatan Suci sudah membaik dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa, tetapi Alex sang suami tetap membatasinya.

Dua atau tiga kali dalam seminggu, Suci menyempatkan diri sekadar mengecek perkembangan butiknya selama ditangani oleh Queen. Kinerja sang anak tak diragukan lagi. Suci bersyukur sekali bisa membuat Queen menjadi lebih bertanggung jawab pada yang bukan ranahnya.

Namun, di sisi lain Suci merasa khawatir apabila Queen kelelahan karena terkadang sampai lupa waktu—mirip seperti dirinya kala itu. Queen bisa pulang hingga larut, demi mengejar target pesanan gaun dari beberapa pelanggan.

Seperti halnya malam ini, Queen masih betah berada di ruangan yang menjadi saksi—betapa dia sangat menyukai pekerjaan barunya. Sedikit-sedikit dia pun belajar membuat sketsa gaun yang begitu indah dan terbilang unik.

tok! tok!

"Masuk!" seru Queen—m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Testpack

    Brakk! Jannet terperanjat ketika Samudra membanting pintu kamar mandi cukup kasar dan keras. Hal itu tentu cukup mengejutkan baginya. "Ada apa dengan Sam? Kenapa aku merasa belakangan ini dia berubah?" Tatapan Jannet nyalang pada pintu kamar mandi. "Apa dia lagi ada masalah di kantor?" Jannet berusaha mengingat-ingat—kalau-kalau ada hal yang terlewati beberapa hari ini. Dia pun tak memungkiri jika dia tidak punya cukup nyali untuk melanjutkan rencananya. Membuat Samudra seolah-olah menidurinya, supaya dia bisa mengaku jika sedang mengandung anak pria itu. "Kehamilanku gak bisa selamanya kututupi terus-menerus. Perut ini lama-lama bakal gede juga." Jannet mengusap perutnya yang masih terlihat rata dari balik lingerie berbahan lace warna merah. " *** Pukul sembilan malam Queen baru saja tiba di rumah. Dan langsung mendapat sambutan dari Suci. "Queen." Langkah Queen berhenti di anak tangga paling bawah. Dia menoleh ke arah sang ibu. "Bunda belum tidur?" tanyanya. "

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Pikiran negatif Suci

    "Usia kandungannya masih sangat muda, dan masih rentan sekali. Saya minta mbak lebih berhati-hati lagi. Jangan kelelahan dan banyak pikiran." Pernyataan dokter membuat Queen termangu. Otaknya terus mengulang-ulang kata demi kata yang terlontar, mengingatnya baik-baik. Siap tidak siap, hal ini pasti akan terjadi juga. Dia hamil. "Kira-kira berapa usia kandungan saya, Dok?" tanya Queen. Gurat kecemasan serta rasa penasaran tersorot jelas di maniknya yang bening. Queen bahkan meremas tali tas selempang yang tersampir di pundak. "Baru jalan tiga minggu, Mbak," kata dokter. "Tiga minggu." Queen bergumam dengan tatapan kosong dan pikiran ke mana-mana. Dia lantas teringat sesuatu. "tapi dok, kenapa saya gak ngalamin kayak ibu-ibu hamil pada umumnya? Semisal kayak mual-mual, muntah," tanyanya, sebab dia pernah membaca tanda-tanda kehamilan di internet beberapa hari setelah berhubungan dengan Samudra. Dan semua itu tidak dia alami belakangan ini. Sang dokter tersenyum, kemudian menj

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Emosi Queen

    "Mereka ke ruang obgyn?" Queen tentu terkejut melihat Jannet dan Justin masuk ke ruangan yang sama dengannya beberapa saat yang lalu. "Mereka mau ngapain ke sana? Siapa yang hamil? Jangan-jangan?" Queen membelalak sambil membekap mulutnya sendiri karena asumsinya. Lalu pikiran-pikiran negatif pun berjejalan di kepala Queen. Dan hal itu sangat menyakitkan baginya. 'Itu artinya, Bang Sam bohong sama aku? Dia bilang kalau dia sama Jannet belum—' Air mata luruh tanpa permisi di pipi Queen. "Bang Sam bohongin aku? Dia ternyata..." Telapak tangan Queen mengepal kuat. "Awas kamu, Bang." Masalah ini harus dipertanyakan oleh yang bersangkutan. Secepatnya Queen ingin meminta penjelasan dari pria yang mengaku mencintainya. Jika memang benar Jannet sedang hamil anak dari Samudra, pastinya lelaki itu sudah berbohong selama ini. Saat ini Queen memutuskan untuk pergi dari rumah sakit, dan bergegas menuju tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Tempat yang akan menjadi tempat pertemuannya d

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Permainan Samudra

    Setelah berdebat dan meluapkan emosi yang ditahan sejak tadi, Queen akhirnya terlihat tenang. Queen duduk sambil menangkup wajah, dan terisak. Sementara di hadapannya Samudra masih mencerna semua fakta soal Jannet dengan seksama. Apa yang dibeberkan Queen tentu cukup mengejutkan. Samudra lantas berpikir—sejak kapan Jannet dan Justin memiliki hubungan yang cukup dekat? Kenapa selama ini dia bisa tidak mengetahui apa pun? "Sial!" umpat Samudra, dengan rahang mengeras dan gigi yang gemeletuk. Dia begitu kesal—ketika menyadari jika selama ini Jannet telah menipunya. Suara isakan mengalihkan perhatian Samudra seketika, dan lelaki itu lekas menenangkan sang gadis. "Queen, Sayang." Ragu-ragu dia menyentuh lengan Queen. "Dengerin aku, Sayang. Aku bisa jelasin." Queen tak menolak ketika Samudra menyentuh lengannya. Namun, dia enggan membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya, serta masih melanjutkan tangisan kekesalannya. "Apa yang mau Bang Sam jelasin lagi? Semuanya udah jela

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Sengaja menyinggung

    "Sam ..." Raut Jannet terlihat begitu kecewa saat sang suami, yang berada di atasnya tiba-tiba menghentikan pergerakannya. Padahal, saat ini Jannet benar-benar sudah menginginkan lebih. Tatapan Samudra berubah nyalang, lalu tanpa memedulikan protes dari Jannet, Samudra lantas beringsut mundur, kemudian berjalan menuju kamar mandi. brakk! Jannet tersentak, dan bergegas bangkit. Rautnya seketika memucat karena baru menyadari sesuatu. "Sial! Kenapa aku bisa lupa? Pasti itu alasan kenapa Sam berhenti. Sial! Sial!" Lantas, Jannet bergegas memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai. "Ini gawat! Sam pasti marah besar sama aku! Bodoh!" Sementara di dalam kamar mandi, Samudra sedang membasuh seluruh tubuhnya di bawah kucuran shower. Kebenaran yang baru saja terungkap membuat dadanya memanas. Dia marah. Sangat marah. "Pantesan waktu awal-awal dia selalu nolak. Ternyata ini alasannya. Brengsek!" Samudra sungguh tak pernah menyangka jika Jannet berani membohonginya s

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Mengungkap Fakta

    "Bunda ...." Perasaan Queen carut marut saat ini, karena perkataan sang ibu yang begitu mengena di hati. Dia sendiri tak ingin berbohong mau pun menyembunyikan masalah apa pun dari keluarga terutama sang ibu. Semua ini karena terpaksa. Queen begitu takut. Dia sungguh merasa takut jika kabar kehamilannya akan membuat seluruh keluarganya terkejut. Terutama Suci. 'Aku harus apa, Ya Tuhan? Bunda begitu percaya sama aku, tapi berulang kali aku udah berbohong.' Benak Queen menyeru penuh penyesalan. Diamnya sang anak tentu membuat Suci makin ingin tahu. 'Sebenarnya apa yang lagi kamu sembunyikan, Queen? Bunda yakin kalau saat ini kamu lagi ada masalah.' "Nda, Queen boleh tanya sesuatu?" Queen pun memberanikan diri untuk bertanya. Suci mengulas senyum, lalu mengangguk. "Boleh. Queen mau tanya apa?" ujarnya sambil menggapai telapak tangan Queen. Queen membasahi bibir yang terasa kering, menarik napas dalam-dalam, untuk mengatur rasa gugup yang menyergap. Queen lalu berkata, "Seandai

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keanehan Queen

    Perdebatan antara Samudra dan sang mami, perihal kehamilan Queen rupanya tak membuahkan hasil. Meskipun Samudra telah berkali-kali memohon supaya maminya itu mau memahami. Nyatanya, Niken tetap bersikukuh menolak itikad baik sang anak sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Alih-alih memberi restu, sang mami justru marah dan men-cap Samudra sebagai anak yang tidak mau menurut. Niken pun menyalahkan Queen yang katanya tidak bisa menjaga diri. "Kenapa sih, Mami nolak Queen? Kupikir Mami bakal ngasih izin," gumam Samudra tak habis pikir, sambil meraup wajah frustrasinya dan menghela lelah. "Pokoknya aku harus bisa yakinin Mami." Apa pun akan dilakukan Samudra demi bisa mempertahankan hubungannya dengan Queen. Selagi menunggu keputusan papinya, akan lebih baik dia bergegas mengurus perceraiannya dengan Jannet. "Besok aku ajuin berkas perceraiannya. Biar masalahnya gak makin rumit ke depannya. Kalau aku udah cerai dari Jane, aku bisa dengan mudah nikahin Queen." Men

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keputusan Niken

    "Pagi-pagi makan bubur ayam enak juga." Queen mengusap perut, setelah menghabiskan semangkok bubur ayam—makanan yang jarang sekali dia makan saat di pagi hari. Beberapa detik kemudian, dia pun baru menyadari sesuatu. "tapi, aneh gak, sih. Gak biasanya pagi-pagi aku makan berat kayak gini? Apa ... ini ada hubungannya sama kehamilanku?" Benda pipih di sampingnya bergetar. Sebuah pesan masuk, mengalihkan perhatian Queen. "Bang Sam?" [Aku baru aja dari firma hukum punya temenku. Perceraianku akan diproses secepatnya.] Pesan singkat dari Samudra membuat perasaan Queen sedikit lega, hingga bibirnya mengulas senyum. "Gercep banget." Queen membalas pesan Samudra. [Semoga lancar, ya. Aku udah gak sabar.] Beberapa detik kemudian pesan balasan dari Samudra pun kembali masuk. [Amiin. Doain aja, biar aku bisa secepatnya nikahin kamu.] [Pasti!] Pesan balasan pun langsung dikirim Queen. "Giliran aku yang harus secepatnya ngasih tau Bunda," gumam Queen, dengan raut murung. Kehami

Latest chapter

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Bab-35

    Hari yang dinanti-nanti oleh Samudra pun akhirnya tiba. Hari ini merupakan hari di mana dia akan benar-benar berpisah dengan mantan istrinya, Jannet. Setelah ini lelaki yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah itu sudah memiliki banyak sekali rencana. "Kamu yakin gak mau aku temenin?" Queen mencoba memastikan sekali lagi, meski dia akan mendapat jawaban yang sama dari sang suami, yang sudah siap berangkat pagi ini. Samudra mengangguk, sambil mencolek dagu sang istri. "Iya, Sayang. Kamu gak perlu ikut ke pengadilan. Capek. Lagipula ini adalah urusanku." Bibir bawah Queen mencebik, "Iya, deh. Aku juga males kalo ketemu mantan istrimu. Ngeri." Selanjutnya dia terkikik, sambil menggamit lengan Samudra. "Ayo sarapan dulu. Tadi aku udah siapin sarapan spesial buat suamiku yang ganteng ini." "Wah ... Wah ... Si kriwil udah pinter masak sekarang. Jadi gak sabar aku." "Enak aja kriwil! Ngomong-ngomong aku udah gak kriwil, ya!" sungut Queen, pura-pura kesal, padahal dalam hat

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Akhir

    Dua pekan berlalu, semenjak kehamilan Queen diketahui oleh keluarganya, situasi perempuan itu semakin rumit. Kebebasannya seolah direnggut paksa oleh orang-orang yang menurutnya terlalu berlebihan dalam menjaganya. Dengan alibi—ingin melindunginya dan bayinya. Tak hanya itu, dia pun tak lagi bisa bebas bertemu dengan Samudra sebelum lelaki itu resmi bercerai dari istrinya. Lantas, bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Samudra? Alex selaku ayah yang mengadopsi Queen mempunyai caranya sendiri. Sama halnya seperti yang lelaki itu lakukan pada Suci dahulu kala. Alex menyarankan agar Queen dan Samudra menikah secara agama terlebih dahulu, sampai bayi yang ada di dalam kandungan lahir. Sambil menunggu status Samudra benar-benar jelas. "Kita ini udah nikah, tapi, kenapa Daddy ngelarang kita tinggal bersama? Apa menurut Bang Sam ini gak terlalu berlebihan, ya? Gak enak banget gak bisa ketemu kamu." Queen terus mengeluh sejak di tiga puluh menit pertama dia dan Samudra melakukan pan

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Jalan keluar

    Bagi Suci, hal paling terburuk dalam hidupnya ialah gagal menjadi orang tua. Dia merasa gagal sebab kini masa lalu kelamnya seperti terulang kembali. Ya, entah Suci akan menganggapnya sebagai apa. Yang jelas, hatinya saat ini hancur lebur. 'Queen hamil ...' Dua kalimat tersebut tak berhenti berdengung di telinga Suci. Mengakibatkan air matanya kian deras mengalir membasahi pipi. "Bunda ...." Panggilan dari sang anak yang menjadi penyebab kesedihannya menyadarkan Suci. "Queen?" Suara Suci nyaris tak terdengar, karena cekat di tenggorokan yang kian menghimpit. Sesak di dadanya makin terasa. Pandangannya sedikit mengabur. Kedua bola matanya menatap nyalang sang anak yang berdiri berdampingan dengan Samudra. Alex yang sedari tadi kebingungan serta bertanya-tanya berinisiatif menghapus jejak basah di pipi Suci. "Sayang ...." Suara khas Alex mampu mengalihkan perhatian Suci. Kini, dia bisa melihat dan merasakan—kekecewaan dari sorot manik bulat itu. "Mas ...." Kelopak m

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Kebetulan tak terduga

    Beberapa menit sebelumnya.... Suci menghempas punggungnya ke sandaran kursi sambil menghela panjang. "Akhirnya selesai juga. Tinggal cari bahan sama pesen payet," gumamnya, setelah berhasil menyelesaikan sketsa gaun pengantin pelanggannya. Seharian ini Suci lumayan sibuk sebab dia akan mempersiapkan koleksi-koleksi terbarunya di tahun ini. Masih banyak yang belum sempat dia selesaikan. Ditambah dengan pesanan gaun yang tak pernah berhenti. Suci cukup kewalahan. "Si Niken berangkat gak, sih hari ini? Kenapa seharian aku gak liat dia?" Saking sibuknya, Suci sampai tidak beranjak sedetik pun dari ruangannya. Sampai-sampai dia baru menyadari jika dia belum melihat Niken seharian ini. "Apa dia gak berangkat, ya?" pikir Suci, mengira jika sang sahabat tidak masuk kerja. "Coba aku cek aja, deh." Daripada penasaran, lebih baik dia memastikannya saja langsung. Tanpa menunggu lagi, Suci bergegas beranjak dari tempatnya, lalu keluar ruangan, dan menuju ruangan Niken. Ketika di

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Terungkap

    Sore-sore begini, tidak biasanya Queen baru bangun tidur. Dia bahkan terbilang jarang sekali betah berada di rumah jika sedang tidak ada pekerjaan. Biasanya, Queen akan menghabiskan waktu di berbagai tempat—mencari inspirasi untuk konten-kontennya. Ah, mengenai konten. Queen sudah lama tidak mengunggah postingan di laman private-nya. Akun rahasia yang tidak ada satu orang pun yang tahu. Termasuk Samudra. Queen sangat berhati-hati untuk hal yang satu itu. "Jam berapa sekarang?" Queen bergumam sambil beranjak dari kasur ternyaman, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia berencana mandi, sebab dari sejak pagi rasanya sangat malas sekali untuk sekadar mencuci muka. "Astaga mukaku!" Ketika bercermin, Queen nampak syok dengan kondisi wajahnya yang sangat kucel. Rambutnya pun sangat lepek. Apalagi di beberapa bagian tubuh seperti ada yang berubah. "Kayaknya aku tambah gemuk, deh? Payudaraku kayak tambah gede," cicit Queen, meraba-raba bagian dada yang dia rasa berubah bentuk. "

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keputusan Niken

    "Pagi-pagi makan bubur ayam enak juga." Queen mengusap perut, setelah menghabiskan semangkok bubur ayam—makanan yang jarang sekali dia makan saat di pagi hari. Beberapa detik kemudian, dia pun baru menyadari sesuatu. "tapi, aneh gak, sih. Gak biasanya pagi-pagi aku makan berat kayak gini? Apa ... ini ada hubungannya sama kehamilanku?" Benda pipih di sampingnya bergetar. Sebuah pesan masuk, mengalihkan perhatian Queen. "Bang Sam?" [Aku baru aja dari firma hukum punya temenku. Perceraianku akan diproses secepatnya.] Pesan singkat dari Samudra membuat perasaan Queen sedikit lega, hingga bibirnya mengulas senyum. "Gercep banget." Queen membalas pesan Samudra. [Semoga lancar, ya. Aku udah gak sabar.] Beberapa detik kemudian pesan balasan dari Samudra pun kembali masuk. [Amiin. Doain aja, biar aku bisa secepatnya nikahin kamu.] [Pasti!] Pesan balasan pun langsung dikirim Queen. "Giliran aku yang harus secepatnya ngasih tau Bunda," gumam Queen, dengan raut murung. Kehami

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Keanehan Queen

    Perdebatan antara Samudra dan sang mami, perihal kehamilan Queen rupanya tak membuahkan hasil. Meskipun Samudra telah berkali-kali memohon supaya maminya itu mau memahami. Nyatanya, Niken tetap bersikukuh menolak itikad baik sang anak sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Alih-alih memberi restu, sang mami justru marah dan men-cap Samudra sebagai anak yang tidak mau menurut. Niken pun menyalahkan Queen yang katanya tidak bisa menjaga diri. "Kenapa sih, Mami nolak Queen? Kupikir Mami bakal ngasih izin," gumam Samudra tak habis pikir, sambil meraup wajah frustrasinya dan menghela lelah. "Pokoknya aku harus bisa yakinin Mami." Apa pun akan dilakukan Samudra demi bisa mempertahankan hubungannya dengan Queen. Selagi menunggu keputusan papinya, akan lebih baik dia bergegas mengurus perceraiannya dengan Jannet. "Besok aku ajuin berkas perceraiannya. Biar masalahnya gak makin rumit ke depannya. Kalau aku udah cerai dari Jane, aku bisa dengan mudah nikahin Queen." Men

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Mengungkap Fakta

    "Bunda ...." Perasaan Queen carut marut saat ini, karena perkataan sang ibu yang begitu mengena di hati. Dia sendiri tak ingin berbohong mau pun menyembunyikan masalah apa pun dari keluarga terutama sang ibu. Semua ini karena terpaksa. Queen begitu takut. Dia sungguh merasa takut jika kabar kehamilannya akan membuat seluruh keluarganya terkejut. Terutama Suci. 'Aku harus apa, Ya Tuhan? Bunda begitu percaya sama aku, tapi berulang kali aku udah berbohong.' Benak Queen menyeru penuh penyesalan. Diamnya sang anak tentu membuat Suci makin ingin tahu. 'Sebenarnya apa yang lagi kamu sembunyikan, Queen? Bunda yakin kalau saat ini kamu lagi ada masalah.' "Nda, Queen boleh tanya sesuatu?" Queen pun memberanikan diri untuk bertanya. Suci mengulas senyum, lalu mengangguk. "Boleh. Queen mau tanya apa?" ujarnya sambil menggapai telapak tangan Queen. Queen membasahi bibir yang terasa kering, menarik napas dalam-dalam, untuk mengatur rasa gugup yang menyergap. Queen lalu berkata, "Seandai

  • Gelora Hasrat Istri Kedua   Sengaja menyinggung

    "Sam ..." Raut Jannet terlihat begitu kecewa saat sang suami, yang berada di atasnya tiba-tiba menghentikan pergerakannya. Padahal, saat ini Jannet benar-benar sudah menginginkan lebih. Tatapan Samudra berubah nyalang, lalu tanpa memedulikan protes dari Jannet, Samudra lantas beringsut mundur, kemudian berjalan menuju kamar mandi. brakk! Jannet tersentak, dan bergegas bangkit. Rautnya seketika memucat karena baru menyadari sesuatu. "Sial! Kenapa aku bisa lupa? Pasti itu alasan kenapa Sam berhenti. Sial! Sial!" Lantas, Jannet bergegas memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai. "Ini gawat! Sam pasti marah besar sama aku! Bodoh!" Sementara di dalam kamar mandi, Samudra sedang membasuh seluruh tubuhnya di bawah kucuran shower. Kebenaran yang baru saja terungkap membuat dadanya memanas. Dia marah. Sangat marah. "Pantesan waktu awal-awal dia selalu nolak. Ternyata ini alasannya. Brengsek!" Samudra sungguh tak pernah menyangka jika Jannet berani membohonginya s

DMCA.com Protection Status