Share

Bab 43 Otak Jahat Bilna

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-04 17:09:41

Dengan langkah lemas, aku meninggalkan kediaman lelaki yang telah menanamkan benih di perutku. Padahal aku tidak meminta untuk dinikahi, cuma ingin agar dia bisa menerima anak ini sebagai anaknya. Jadi setelah anak ini lahir, aku bisa meninggalkan anak ini padanya. Namun jangankan menerima, bersimpati saja tidak. Pria jahat.

Tapi apa daya, memang dulu sudah keinginanku agar bisa hamil, buat memanfaatkan Habib yang mandul.

Tapi kenyataannya, baru sebentar saja aku dan ibu menikmati keberhasilan, ada yang ikut campur masalah kami. Rama.

Rama, lelaki yang begitu berkharisma, tega-teganya membuat kami menderita. Apa Aliyah yang telah membujuknya? Dia kan mengaku calon suaminya Aliyah. Pas sekali. dugaanku sudah pasti tepat.

Ku pinggirkan mobil di bawah sebuah pohon di pinggir jalanan. Disini air mataku mengalir deras.

Mungkin Aliyah ingin membuatku iri melihat calon suami barunya. Meski

memang dalam hati rasa iri itu ada.

Mengapa justru Aliyah berna
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 44 Kemunculan Bilna

    Bilna kelewatan sekali, setelah dia dan ibunya menjual rumah ibuku, sekarang kembali menghubungi Ayah dengan dalih sedang butuh. Rama sudah mengabari, bahwa Bilna dan ibunya sudah berhasil di temukan. Ibunya adalah dalang di balik penggadaian rumah ibu. Bilna pasti sedang dalam kesulitan. Makanya butuh ayahku. Tidak akan kubiarkan mereka memanfaatkan Ayah lagi. Terdengan klakson kendaraan mobil di luar berulangkali. Siapa gerangan kurang kerjaan seperti ini. Aku meinggalkan meja kerja, melihat siapa gerangan yang datang. Uufh... Bilna? Ternyata dia nekat untuk benar-benar datang kemari.Sesak nafasku melihat kedatangannya bersama perut yang membesar dengan dresh pendek. Dengan sombong Bilna berjalan mendekatiku. "Bagus, rupanya kau sedang ada di rumah." Ungkapnya angkuh. "Apa maksudmu datang ke rumah ku Bilna?" "Aku datang kemari untuk menemui papaku. Bukan untuk menemuimu." "Untuk apa kamu ingin menemuinya?" "Aku datang

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 45 Uang Papa

    "Pa, sepertinya kita harus mencari rumah sewaan deh. Papa punya duit kan buat bayar sewanya? Kalau bisa yang agak mewah sedikit lah. Masa kita harus ngontrak di rumah jelek." Sambil menyetir, kucoba menanyakan uang Papa. Tidak ada jalan lain, sekarang hanya Papa yang bisa dimanfaatkan. Papa hanya mengangguk. "Pa, soal kemaren itu Bilna benar-benar minta maaf. Bilna tidak pernah bermaksud untuk memanfaatkan harta Papa. Kemarin itu, Mama mengajak Bilna pergi. Katanya buat liburan biasa. Ya Bilna nggak curiga lah. Bilna nurut saja. Tahu-tahunya Mama melarikan uang Papa. Bilna sungguh nggak tahu apa-apa." Berusaha ku berbicara dengan mimik meyakinkan. Supaya dia yakin dengan bualanku. Lelaki tua ini pasti percaya. "Ooh begitu. Syukur ketika Aliyah ingin menunjukkan percakapanmu dan Mamamu, Papa menolak untuk mendengarnya. Menurut papa uang Ayah kembali itu sudah cukup. Tapi ternyata Aliyah tidak mengizinkan uang itu masuk ke rekening Papa. " Degh... Aku mera

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 46 Siasat Pelakor

    Tujuanku sekarang adalah Mila. Dia pasti sudah mengetahui dimana keberadaan Rama. Kemarin sudah ku bilang padanya untuk segera mencari dimana rumah Rama. Setelah itu hanya dia tempatku berbagi cerita dan saling memberi masukan. Sekian jam lamanya, sampai juga aku di rumah Mila. Kupanggil nomornya, supaya dia tahu bahwa aku sudah berada di depan rumah. Tidak butuh waktu lama, Mila datang menghampiriku. "Masuk Tuan Nyonya. Mari...!" Mila menawari. Kebiasaannya memanggilku Tuan Nyonya. Tapi perasaan hari yang gerah ini mbuatku malas untuk masuk cukup di luar daja. Udaranya lebih sejuk. "Di sini ajah Mil. Hawanya sejuk dan segar. Oh iya, coba berhenti memanggilku Tuan Nyonya, cukup panggil Mbak aja. Biar lebih akrab." Sebuah kursi di bawah sebuah pohon rindang menjadi pilihanku untuk duduk. Bukan tidak mau di panggil Tuan Nyonya, tapi dengan keadaan sekarang aku merasa malu dengan panggilan itu. "Eeh iya, Mbak. Mila buatkan minuman dulu ya."

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 47 Nasib Habib

    Uang tabungan sudah kian menipis. Kontrakan harus di bayar dalam waktu dekat. Mengapa hidupku bisa berubah 180 derajat setelah ibu meninggal. Tidak ada lagi para pembantu yang melayani kehidupan sehari-hari. Tidak adalagi rumah megah nan mewah. Sekarang tidurpun hanya beralaskan kasur tipis. Sudah berusaha kesana kemari mencari pekerjaan, anehnya, tidak ada yang mau menerima. Apa karena aku cacat? Ya sekarang jalanku sudah tidak bisa segagah dulu. Tangan kanan ini sudah tidak senormal dulu. Dengan langkah kakiku yang bisa di sebut terseok-seok. Mengundang beberapa mata yang melihat memandang iba. Habib, Habib. Sekarang aku merasakan menjadi manusia biasa tanpa jabatan. Begitu susahnya walau sekedar untuk membeli membeli makanan di resto mewah. Padahal dulu makanan mewah adalah santapanku sehari-hari. Dengan tertatih-tatih ku bawa berkas-berkas di dalam tasku. Mencoba kembali mencari keuntungan. Siapa tahu ada perusahaan yang mau menerimaku walau hany

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 48 Keramaian di Rumah Aliyah

    Aku mendekati dan menyusup ke arah keramaian di rumah Aliyah. Rumahnya memang lumayan besar, dan punya halaman luas. Mungkin karena inilah mereka memilih mengadakan resepsi di sini. Tampak Rama dan Aliyah dengan gaun pengantin putih bersih dan elegan. Cantik sekali dia. Kenapa dia baru nampak sangat cantik sekarang. Beberapa pasang mata nampak memperhatikan aku, mungkin karena jalanku yang cengkot atau bagaimana. ada rasa rendah diri berjalan di depan orang-orang tamu undangan yang semuanya berdandan elegan. Semua tamu undangan ini sudah pasti semuanya orang kaya. Aku mengenali beberapa orang di antara tamu undangan tersebut. Rasa malu begitu besar. Karena beberapa di antara mereka adalah rekan kerja ku dahulu. namun keinginanku untuk berbicara dengan Aliyah mengalahkan rasa malu yang ada. Dengan langkah tertatih Aku menuju ke arah kedua mempelai. "Aliyah...." Aku menyapa perempuan bergaun putih tersebut. Mendengar sapaan dari mulutku Rama ju

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 49 Niat Pelakor Tulen

    Ting... Sebuah notifikasi muncul diatas layar benda pipis di depanku. Aku menghentikan kerjaku sejenak. Mataku sedikit heran melihat ada sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Penasaran langsung kubuka. "Aliyah mohon kamu hati-hati. tolong pesankan juga kepada Rama agar hati-hati jika ada perempuan yang menawari diri untuk menjadi pembantu di rumah ibunya. Sekali lagi Saya pesankan kamu harus hati-hati." Pesan yang aneh sekali. Ada gelagat apalagi ini. Nomor ini tidak bisa dihubungi. Aku merasa seperti diteror. aku berinisiatif ini menelpon Rama yang sedang bekerja ke luar kota. Namun ada rasa ragu karena takut mengganggu pekerjaannya di sana dengan mengabari isi dari pesan yang dikirim oleh nomor tidak dikenal itu. Akhirnya aku mengambil keputusan bahwa akan menceritakan hal ini setelah dia kembali nanti.*** Dengar-dengar Aliyah dan Rama sudah menikah. namun meskipun mereka sudah menikah bukan berarti langkahku untuk mendapatkan Rama tersendat

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 50 Mulai Mempengaruhi Orang Tua Rama

    Di rumah nyonya Marissa, aku berusaha mengerjakan semua tugasku dengan baik. Walaupun terkadang aku merasa jenuh dan letih. Sebelumnya aku tidak pernah melakukan pekerjaan seperti ini. Namun inilah perjuangan, sebelum aku menjadi seorang nyonya besar di rumah ini. "Nyonya, Rama kok nggak pernah datang kerumah ini ya?" Tanyaku iseng. Heran juga aku, soalnya, sudah hampir sebulan aku di sini, belum nampak tuh batang hidungnya Rama. Sudah lama aku ingin menanyakannya, tapi ada rasa tidak enak. Takut di bilang ganjen. Kali ini aku nekat menanyakannya. "Oooh itu, Rama kan udah nikah, beberapa bulan yang lalu, jadi dia fokus sama rumah tangganya. Rama orangnya sibuk, mengurus perusahaan dan rumah tangganya, dia juga punya kepribadian disiplin yang tinggi. Karena kedisiplinannya lah perusahaan bisa maju pesat. Setelah menikah, dia datang kemari ketika hari libur saja bersama istrinya, itu juga kalau urusan kantor tidak begitu menuntut. Kayaknya Rama dan istr

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 51 Rencana Nekat

    Kontrakan Papa udah kosong, kemana dia? Terpaksa aku balik memesan raksi, sialnya mobil butut Mama satu-satunya udah di jual. Uang pemberian dari nyonya Marissa tidaklah bisa memenuhi semua kebutuhanku. Terpaksa ku pakai sebagian uang yang ada di ATM. Pertama kali, aku mengisi perut di restoran. Sayangnya aku tidak bisa menikmati makanan mewah, karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan. Kemudian aku menuju ke sebuah rumah khusus untuk perawatan kecantikan langgananku dulu. "Mbak Bilna?, kok udah lama nggak kelihatan, kemana ajah?" Sambut si empunya rumah cantik tersebut. "Kok kulitnya udah kelihatan agak kusam mbak? Kayaknya harus dilakukan perawatan khusus nih." Dia terkekeh. "Apa aku kelihatan sangat buruk?" Tanyaku khawatir. Ada rasa takut di dalam hati, bagaimana jika kecantikanku memang sudah mulai memudar? "Nggak juga sih, tapi nggak sekinclong dulu. Tapi jangan khawatir, rutin ajah mbak kemari, kami selalu siap kok bu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-07

Bab terbaru

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 72

    Bab 72Dugh!Honor pensiun?Haduh, mati aku! Kenapa Pak Tohir malah bicara soal honor pensiun sih? "Hmm ... Honor pensiun selalu kukirimkan pada mantan istriku, Pak. Menurutku anakku jauh lebih membutuhkan uang itu daripada saya." jawabku cepat.Untung aku cepat berpikir ke arah sana. Jadi tidak ketahuan kalo sebenarnya setiap bulan tidak ada yang namanya uang pensiun untukku. Lagipula aku tidak punya anak kan, he ... he ...!"Oooh, pemikiran seorang ayah yang baik." Pak Tohir menganggukkan kepalanya.Aku menghela nafas panjang, setidaknya aku bisa membuat Pak tohir percaya kalau aku memang benar-benar mendapatka uang pensiun setiap bulan. Berbohong memang tidak di larang demi bisa menjaga nama baik diri kita sendiri bukan? Memangnya siapa lagi yang akan menjaga nama baik kita selain dari diri kita sendiri?*** Pagi ini aku kembali menyetirkan sepeda motor bututku menuju ke kompleks mewah dimana kemarin aku bekerja. Huuh, untuk sementara tidak apa-apa lah aku bekerja seperti ini

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 71

    Bab 71"Itu, tetangga sebelah, Bib.""Ooh ..!" Aku ber oh ria."Katanya dia mau minta tolong juga sama kamu buat bersihin paritnya juga. Soalnya tukang kebunnya lagi cuti. Kamu mau kan?" lanjut Pak Tohir."Boleh kok.. mau banget malah. Kebetulan aku lagi butuh banyak uang nih." celetukku.Tentu saja aku sedang membutuhkan uang sekarang. Soalnya mulai besok aku ingin mencoba untuk melamar pekerjaan baru dan itu aku butuh bensin tentunya. Beli bensin sekalian rokok itu sudah cukup untuk membuatku susah mencari uangnya. Tidak seperti dulu. Kalau dulu mah dua barang itu adalah dua hal yang sangat mudah untuk aku dapatkan. Ah beginilah nasib yang diberikan tuhan. Kadang terasa tidak adil memang.Setelah beberapa saat lamanya, aku memutuskan untuk memulai pekerjaan.Dengan semangat aku menggeluti pekerjaan ini. Aku mulai menebak, berapa kira-kira uang yang akan diberikan oleh anaknya Pak Tohir nanti. Siapa tahu lima ratus ribu. atau bisa-bisa lebih mengingat anaknya ini adalah seorang dok

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 70

    Bab 70Aku fokuskan kembali pendengaranku agar lebih baik. Entahlah karena rasa benci ku padanya juga membuat aku penasaran dengan apa sebenarnya yang mereka obrolkan. Orang-orang biasa menyebut sifatku ini kepo. Tapi aku peduli amat.Ternyata tidak meleset pendengaranku sebelumnya, bahwa laki-laki itu benar-benar menolak ajakan temannya untuk berlibur hanya karena ayah dan anak mereka.Busyet sekali. Mungkin saja dengan cara itu ia sudah merasa menjadi pahlawan untuk Aliyah. Aku yakin sekali anggapanmu itu pasti salah, Rama. Andaikan saja kau sadar pada kenyataannya akulah yang lebih lama hidup bersama aliyah dibanding kamu yang baru beberapa tahun saja menikahinya. Jadi, aku belum merasa kalah dibanding kamu. Memang itu kenyataan kok.Beberapa saat kemudian aku lihat laki-laki itu pergi meninggalkan teman yang tadi berusaha merayunya untuk pergi berlibur bersama tanpa keikutsertaan Aliyah. Kulihat ada raut kesal pada wajah temannya yang ia tinggalkan.Ingin rasanya aku merebut A

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 69

    Siang ini serasa aku tidak berselera untuk menyelesaikan semrawut agenda pekerjaan di perusahaan. Batinku masih terbayang-bayang dengan sikap Aliyah yang sedang menaruh curiga padaku. Aku memilih untuk duduk di restoran seorang diri. Biasanya aku sangat bersemangat untuk pulang dan menemui Aliyah dan juga Bian. Tapi kali ini aku merasa pasti akan sia-sia bila aku pulang. Sebab Aliyah pasti akan kembali mengabaikan aku. Sesuatu yang cukup membuatku tersiksa."Hai...!" aku di kejutkan dengan suara yang tidak terlalu asing di telingaku.Aku menoleh."Jhoni? Kamu lagi?" Jhoni terlihat tersenyum menanggapi respon dariku. "Sendirian ajah?" tanyanya."Iya nih." jawabku."Kenapa nggak bareng temen?" tanyanya."Ah sesekali menyendiri, Jhon." jawabku datar."Kenapa malah terlihat sendu, Bro? kamu punya masalah apa? Hayoo ngaku,! Iya, kan? Sini ..! Cerita sama aku ajah!" Jhoni duduk di depanku setelah memesan santap siangnya."Ah enggak, aku nggak punya masalah apa-apa kok." jawabku menyembu

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 68

    Bab 68Hari ini aku berniat menyibukkan diri dengan kegiatan bersama beberapa teman kantor. Kebetulan ada sebuah kegiatan yang diadakan hari ini.Biasanya di hari libur seperti ini, aku akan senantiasa berlibur bersama Rama dan Bian, putraku. Kalaupun ada kegiatan, aku biasa memilih untuk tidak ikut, sebab waktu bersama keluarga lebih penting bagiku.Tapi tidak dengan hari libur kali ini. Aku seperti tidak berselera untuk menghabiskan waktu bersama Rama. Laki-laki yang baru saja membuat hatiku terluka.Sederetan pesan yang sedemikian gamblang menunjukkan siapa si pengirim pesan, membuatku sulit untuk mempercayai kata-kata ramah. Untuk saat ini, aku merasa tak bersimpati sedikitpun dengan segenap alasan yang ia utarakan. Bisa saja itu hanyalah salah satu cara yang Rama tempuh untuk mengambil kepercayaanku kembali. Tidak Rama! Tidak akan semudah itu untuk mengembalikan kepercayaan ini.Memang ini pertama kalinya seumur-umur pernikahan kami aku mendapati ujian seperti ini. Dan ini merup

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 67

    Bab 67"Siapa yang mengirimkan pesan seperti ini? Siapa?"[Rama, aku tunggu kamu di depan Mutiara Hotel ya. Sesuai sama janji kamu kemarin. Masih ingat kan kamu bilang apa. Oke deh ditunggu malam ini. Seperti biasa, jam 08.00 malam jangan lupa. Hmm... Jangan sampe ketahuan Aliyah ya, Sayang.]Degh!Jantungku berdegup, apa maksudnya coba.[Oh ya, Rama, jangan lupa katanya kamu pengen beliin aku cincin buat hadiah ulang tahunku besok? Makanya sebaiknya kamu nginep aja malam ini di Mutiara hotel, biar pagi besok kita langsung ke toko perhiasan buat memenuhi janji kamu. Aku pengen kamu beliin aku liontin yang berwarna biru. Hehee]Aku semakin tidak mengerti dengan pesan itu. Aneh benar-benar aneh.Sementara aku melihat jekas ekspresi marah pada wajah istriku.Aku tidak bisa menyalahkannya. Bagaimanapun aku bisa memposisikan diri sebagai dirinya yang merupakan istriku. Jujur saja jika seandainya aku yang berada pada posisinya saat ini tak urung aku juga pasti akan termakan emosi. Siapa ya

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 66

    Bab 66"Gimana, Mas, apa Rama mau kamu ajak ke puncak?" Intan, wanita penghibur langganan ku bertanya.Aku menghela nafas,"Belum bisa katanya, Tan." jawabku pendek."Lhoo, kenapa? Apa dia nggak tertarik sama fotoku?"Yaaah, aku lagi-lagi menarik nafas panjang. Memang kemarin itu Intan memintaku untuk memperlihatkan potretnya pada Rama, dengan harapan Rama mau kuajak ke puncak. Tentu saja Intan menunggu kami di sana. Rencanaku, aku berharap Rama mau menuruti kemauanku, dan secara tidak langsung dia bakalan kujadikan alat untuk tidur bareng Intan di puncak. Tapi nyatanya laki-laki:takut istri itu menolak."Kenapa malah diam, Mas Jhon? Apa kamu sengaja ya nggak pamerin fotoku sama dia? Kalau begitu mah mana mau dia ke puncak. Coba kalau Mas memperlihatkan potretku itu padanya, dijamin deh dia bakalan mau turut serta."Aduh, kamu salah besar, Intan. Rama tidak semudah itu.Meski tidak kupungkiri aku belum menyodorkan foto Intan padanya. Tapi sebelum aku melakukan itu, aku sudah dikecew

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 65

    Bab 65Rama memang keterlaluan. Terlalu b*doh dia di mataku untuk sok menasehati. Pake menyarankan aku untuk menghargai Nayla segala.Nayla mah tetaplah Nayla, gemuk, pendek, dan nggak menarik sama sekali. Meski di modalin berapa saja, dia tetep ajah gendut dan jelek. Yang ada nanti cuma buang-buang duit ajah. Kan tambah rugi akunya. Bener-bener nggak deh kalo harus modalin Nayla ***"Nayla! Kamu dari mana ajah, ini kok meja makan kosong gini. Kamu tahu nggak kalo suami pulang di jam segini? Kenapa nggak nyiapin makan siang?" aku bicara membentak pada wanita yang telah aku nikahi sejak lima belas tahun yang lalu.Kulihat tubuh bongsornya bergerak-gerak ketika ia berjalan, membuatku bergidik jijik. Uuuh, rasanya aku menyesal telah menikahi wanita segemuk dia. Bener-bener istri yang nggak bisa menjaga dan mengurus tubuhnya agar tetap ideal."Jawab aku Nayla, kenapa kamu nggak nyiapin makan siang buat aku?" dekali lagi aku menekankan pertanyaan padanya karena dia belum juga menjawab p

  • Gelar Mandul dari Gundik Suamiku   Bab 64

    Bab 64 Aku tertegun dengan cara berpikirnya Rama. Cara berpikirnya sungguh berbeda dengan cara berpikirku. Tidak, aku tidak setuju dengan cara pandangnya dia. Aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa menyadarkannya. Aku tak sampai hati jika melihatnya selalu dalam penguasaan istrinya. Istrinya memang cantik sih, tapi sebagai lelaki seharusnya dia tidak boleh hanyut dalam pesona kecantikan perempuan. Akhirnya aku mendapatkan ide bagus."Ram, gimana kalo kita jalan bareng hari ini? Kita ke puncak. Besok kan masih hari libur, jadi kita bisa bermalam di sana. Itung-itung refreshing otak. Gimana? Kamu mau, kan?"Aku harap-harap cemas menanti jawaban dari Rama. "Aduh, aku hari ini udah terly buat janji sama Bian, dia pasti nagih janji sama Papa dan Mamanya." Aku melengos."Bian anakmu?" keningku terasa berkerut."Iya, memang siapa lagi."Rasanya kalau lama-lama berada di dekat Rama Aku bisa gila rasanya. Entahlah aku menilai Rama seperti sudah tidak punya ruang lingkup sendiri, di

DMCA.com Protection Status