Share

71. Aku Yang Cacat

Author: Audia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bara mencengkram hendle pintu ruangan Nadia. Dokter Ryan tengah menangani Nadia di sana. Bara tidak berani mendekat karena di sana papa Nadia menatapnya dengan tajam dan menyuruhnya untuk tidak mendekati Nadia.

Jari-jemari Nadia perlahan bergerak, membuat semua orang di sana terharu. Nadia melewati masa kritisnya. Bara refleks mendekati Nadia dan tidak peduli akan kemarahan papa Nadia nantinya.

"Ayo kamu bisa, Sayang. Nadia-nya Bara bisa." Bara menggenggam tangan Nadia. Aldi ingin menghentikan nya, namun melihat kesungguhan di mata Bara, ia mundur perlahan dan membiarkan Bara untuk memberikan penyemangat untuk Nadia, putrinya.

"Buka mata cantik kamu, Sayang. Kita semua menunggumu." 

Nadia membuka matanya perlah

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gara-gara Tunangan Posesif   72. Mereka Telah Menderita

    Candra memperhatikan interaksi mereka berdua di kejauhan. Tidak tentang apapun, namun mengenai Nadia yang akan pulang besok pagi."Bagaimana keadaan sahabat saya, Pak? tanya Maya. Ia cukup hormat dengan dosen nya ini. Sehingga bertanya dengan selembut mungkin, walaupun sebenarnya ia paling malas melakukannya.Untuk Lala, gadis itu tidak bisa ke rumah sakit hari ini, karena izin mengantar mamanya ke pasar membeli stok kulkas yang telah kosong.Nanti siang, gadis itu akan datang ke rumah sakit."Keadaan Nadia sudah membaik.""Bagaimana dengan kaki sahabat saya, Pak? Hem … begitupun dengan trauma Nadia?"

  • Gara-gara Tunangan Posesif   73. Kepulangan Nadia dari Rumah Sakit

    Hari ini adalah hari yang mereka semua tunggu-tunggu. Nadia diperbolehkan pulang karena kondisinya telah membaik. Terlihat Bara sangat sibuk membersihkan brangkat Nadia dan menenteng tas berisi semua perlengkapan gadis itu.Nadia duduk di kursi roda bersama dengan Aldi. Aldi sempat terharu melihat bagaimana sibuk nya Bara karena kepulangan Nadia."Bara! Sudah?" tanya Aldi.Bara menghela nafas lega dan mengangguk. Tas berwarna pink ia tenteng keluar mengikuti Aldi yang mendorong kursi roda putrinya."Terima kasih, Dokter."Di luar Ryan dan kedua sahabat Nadia menunggunya di sana."Sudah tugas

  • Gara-gara Tunangan Posesif   74. Simpati yang Sulit

    "Mau ke rumah Nadia?" tanya Rani, mengoleskan selai roti rasa vanilla dengan telaten.Bara mengangguk, "Iya, Ma. Bara telah menyewa lima asisten pribadi untuk Nadia."Rani mengangguk setuju. Semoga Nadia bisa memaafkan Bara dan juga segera melaksanakan pernikahan mereka."Papa kemana, Ma?" tanya Bara mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan."Papa kamu sibuk, gantiin kamu."Ya, untuk bulan ini Bara tidak ingin meninggalkan Nadia barang sedikitpun. Bara harus selalu ada di samping Nadia-nya."Kapan Nadia mulai terapi nya?" tanya Rani kembali.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   75. Hampir Menyerah

    Setelah membersihkan Nadia dan memakaikannya dengan pakaian yang nyaman. Kinara membawa Nadia ke depan meja makan. Raut kebahagiaan di wajah wanita paruh baya itu terlihat sangat jelas. Nadia akhirnya mau keluar kamar."Selamat pagi kesayangan, Papa," sapa Aldi seceria mungkin. Walaupun terlihat sangat aneh, karena dirinya tidak biasa melakukannya. Namun ini hanya untuk Nadia, putri kesayangan nya.Nadia menatap sang papa dan mengangguk. Aldi menghela nafas pelan melihatnya. Kapan putrinya akan seceria dulu? Aldi sangat merindukan putrinya."Sayang! Papa dan Nenek, bahkan Bara tidak akan pernah meninggalkan kamu. Jadi, jangan sedih ya? Princess nya, Papa."Kinara menggeser nasi goreng seafood ke depan Nadia. Gadis i

  • Gara-gara Tunangan Posesif   76. Perlahan Mulai Luluh

    Hari ini Nadia dan Bara ke rumah sakit, hanya berdua. Tidak ditemani beberapa asisten yang bertugas mengurus Nadia. Bara ingin melakukannya sendiri. Bara dengan enteng membawa segala keperluan Nadia di dalam tas. Seperti seorang ayah yang akan mengantarkan anaknya untuk ke dokter. “Bagaimana, Nadia? Apakah sudah siap?” tanya dokter Ryan menyambut mereka berdua. Nadia sebenarnya tidak yakin dirinya akan bisa berjalan kembali. Kedua kakinya terasa mati rasa. Melihat tidak ada kesungguhan di dalam manik mata Nadia. Dokter Ryan seakan sudah terlatih untuk menghadapi situasi ini. “Nadia, yakinkan pada dirimu sendiri. Kamu bisa melakukannya.”

  • Gara-gara Tunangan Posesif   77. Cinta Pertama

    Bara menatap tajam keempat teman-temannya. Mereka menertawakannya tanpa henti, tidak menyadari dirinya ingin sekali mencabik-cabik wajah mereka."Hahah …. hahah … gue ngak nyangka sih, seorang Barata Mahendra, cowok yang terkenal dingin dan sangat tampan. Incaran para gadis, sekarang ditolak mentah-mentah sama junior kita hahah ….""Lo perlu kaca mungkin, Bar. Aura ketampanan lo pasti berkurang.""Eh! Tapi, junior yang menolak Bara tuh, gila cantik dan mulus banget. Mana manis lagi.""Diam kalian!" bentaknya membuat mereka semua bungkam. Bisa mati mereka melawan Bara yang temperamental itu."Dia nolak gue karena ngak mau pacaran."

  • Gara-gara Tunangan Posesif   78. Trauma Itu Kembali Muncul

    Di ujung sana, Bara tengah duduk di atas kursi. Tepatnya di atas panggung sebari memegang gitar. Sedangkan Nadia bersama dengan kedua sahabat nya menemaninya di meja paling depan. Mereka berada di sebuah restoran milik keluarga Mahendra yang terlihat sangat ramai.Maya dan Lala tersenyum melihat Bara yang sangat romantis di atas sana. Mata Bara tidak terlepas dari Nadia sedari tadi. Mereka saling memandang begitu dalam. Menyalurkan segala kerinduan di lubuk hatinya.Kenapa takdir mereka begitu menyakitkan. Musibah selalu berdatangan tanpa henti. Namun Bara bersyukur masih diberikan kesempatan untuk merawat gadisnya. Mencium aroma tubuhnya dan memandangnya setiap hari."Selamat malam. Di sini saya akan menyampaikan sebuah lagu untuk perempuan yang paling berarti dalam hidup s

  • Gara-gara Tunangan Posesif   79. Dia yang Selalu Ada

    "Maaf, Sayang. Aku ngak bisa antar kamu. Celina lagi sakit." "Aku janji akan barubah dan jahuin Celina." "Maaf, Sayang. Aku salah." "Dia lagi sakit, Sayang." "Mama sudah ngak ada, Nadia. Ikhlaskan." "Ma! Nadia rindu masakan, Mama." "Ini bukan tempat kamu, Nak." "Mama dan kakek tidak akan basah karena hujan, Sayang." "Mereka bersama Tuhan!" "Ma, Nadia rindu."

Latest chapter

  • Gara-gara Tunangan Posesif   100. Ending

    Dua bulan telah berlalu. Kedua sahabat Nadia sudah resmi menikah dan sekarang fokus dengan rumah tangga mereka masing-masing.Nadia menghela nafas pelan ketika dirinya akhirnya bisa berjalan kembali, setelah terapi setiap minggu dan memiliki keinginan yang kuat untuk berjalan. Namun jangan lupakan dibalik kesembuhan Nadia, terdapat seorang pria yang setia dan penyabar di sampingnya.Nadia masih tidak menyangka, ternyata Bara adalah jodohnya dan pernikahan mereka sudah berumur tiga bulan. Bara adalah segalanya untuk Nadia. Tuhan menghadirkan Bara sebagai penerang di kehidupan Nadia yang sunyi dan sepi.“Semoga Bara menyukai hadiahku.”Nadia segera bersiap setelah menyiapkan kejutan untuk Bara. Hari

  • Gara-gara Tunangan Posesif   99. Arti Sebuah Persahabatan

    Senyuman Lala luntur ketika melihat calon suaminya mengobrol dengan dokter muda yang terlihat sangat cantik dan dewasa.Lala mengeratkan pegangan tangannya di rantang yang ia bawa untuk dokter Ryan.Lala berdiri di ujung pintu. Sepertinya mereka tidak menyadari dirinya berada di sana. Karena terlalu asyik mengobrol. Lala mundur perlahan dan segera berbalik arah kembali menuruni anak tangga.Ryan menatap dokter Neza dengan pandangan sulit diartikan. Dokter Neza adalah dokter baru di rumah sakit ini dan sepertinya menyukainya. Karena sedari tadi mencoba mencairkan suasana untuk menggodanya.“Dokter Ryan juga berprofesi menjadi seorang dosen? Wah hebat ya. Dokter sanga

  • Gara-gara Tunangan Posesif   98. Menjenguk Ke Rumah Sakit Jiwa

    “Sebenarnya, aku ada niatan untuk menjenguk nenek di rumah sakit jiwa,” ujar Nadia pelan, membuat semua orang yang ada di meja makan berhenti sejenak dari aktivitasnya.“Tidak!” tegas Bara, membuat Nadia bukannya takut malah pantang menyerah.“Kenapa, Sayang? Sampai mau jenguk nenek kamu yang jahat dan tidak manusiawi itu?” tanya Rani menatap Nadia, membuat Nadia menghela nafas pelan.“Nadia, ingin berdamai dengan semuanya. Tenang, hanya nenek ajha, kok. Ngak sama dia-dia itu,” ujar Nadia lagi.“Dia siapa?” tanya Bara.“Mantan sahabat kamulah. Siapa lagi, yang kamu belain mati-matian sampai membuang cincin ak ....”

  • Gara-gara Tunangan Posesif   97. Masih Saja Cemburuan

    Bara meneliti wajah Nadia yang tengah tertidur. Cantik dan manis. Bibir mungil semanis madu itu selalu berhasil membuatnya tidak berhenti mengecupnya seperti sekarang ini.Mereka masih berada di kantor. Sebentar lagi jam pulang kerja tiba. Namun melihat istrinya masih memejamkan matanya. Bara jadi tidak tega membangunkan Nadia.Bara menghela nafas dan merogoh ponselnya. Ia menyalakan kamera dan mengambil gambar Nadia sebanyak-banyaknya."Sayang banget sama kamu." Bara mendusel hidungnya di leher Nadia, membuat Nadia terusik."Eugh …." Akhirnya Nadia terbangun dan bergumam kesal kepadanya. Karena menganggu tidur nyenyak wanita itu."Sayang, dah

  • Gara-gara Tunangan Posesif   96. Ikut Suami Kerja

    Nadia meringis kala merasakan sakit yang menderai . Nadia menatap Bara yang pagi ini sudah rapi untuk berangkat bekerja.“Sayang, ayo mandi. Kita ke kantor.”Nadia terperangah mendengarnya, “Kamu sendirian pergi. Aku di rumah ajha.”“Nggak bisa, Sayang. Kamu harus ada di samping aku setiap waktu.”Tanpa izin, Bara menggendong Nadia dan masuk ke dalam kamar mandi. Dengan telaten, Bara membasuh dan membersihkan tubuh Nadia dengan sangat lembut dan hati-hati.Setelah menghabiskan waktu 5 menit. Bara menggendong Nadia dan mendudukkannya di pinggir ranjang.Bara beralih mencari dress untuk sang istri. Warna marun dan juga mantel tebal untuk sang istr

  • Gara-gara Tunangan Posesif   95. Pulang Ke Rumah Suami

    Seminggu telah berlalu. Sepasang pengantin baru tersebut, sekarang akhirnya pulang ke rumah orang tua Bara. Nadia mengambil nafas panjang ketika Bara dengan seenaknya, tidak ingin menurunkannya ke kursi roda. Bara mengendongnya sampai ke dalam rumah. Nadia hanya bisa pasrah dan mengeratkan pelukannya ke leher suaminya.Barang-barang, semuanya telah dibawa oleh sopir dan para pembantu ke dalam kamar mereka.“Wah, pengantin baru sudah pulang ternyata,” ujar Rani terlihat antusias. Nadia duduk bersama Bara di depan meja makan, bersama dengan kedua orang tua Bara.“Bagaimana bulan madunya, Sayang?” tanya Rani kepada Nadia.Nadia tersenyum kikuk dan menunduk, “Lancar, Ma.”Mereka berdua mengucap

  • Gara-gara Tunangan Posesif   94. Ketakutan Dalam Mimpi

    “Bisa gak sih, kamu gak buat masalah sekali saja.” Nadia menyilang tangan di dadanya bersandar di punggung ranjang kamar hotel.Bara menghela nafas pelan, “Ini juga demi kamu, Sayang. Aku gak suka semua orang menghina kamu, Nadia. Tolong ngertiin aku!” Bara sedikit meninggikan suaranya, membuat Nadia menggelengkan kepalanya tidak percaya.“Kamu marah sama aku? Kamu bentak aku?” tandas Nadia.“Sayang, bukan seperti itu.”“Iya, kamu udah gak sayang sama aku. Kamu mengulangi kesalahan yang dulu. Kamu ... hiks.”Nadia merasakan sesak di dadanya. Wanita itu kembali terbayang kejadian yang dulu. Katakan dirinya berlebihan, namun trauma itu kembali muncul.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   93. Istri Tercinta

    Hari ini pasangan pengantin baru tersebut memilih menghabiskan waktu di taman. Banyak anak-anak bermain di ujung sana dengan gembira, membuat Bara dan juga Nadia ikut tersenyum melihatnya.“Kamu mau makan apa, Sayang?” Bara mengelus bahu Nadia yang berada di dekapannya.Nadia yang merada di dekapan suaminya mendongak, sejenak memikirkan sesuatu yang akan ia beli. Nadia melonggarkan pelukannya dan mulai mengitari ke segala penjuru taman, dengan bola mata cantiknya, banyak berbagai macam makanan ringan penggugah selera.“Cilok, harga 5 ribuan.” Nadia menunjuk dagang cilok dengan dagunya, yang terlihat memakai sepeda motor tengah dikerumuni banyak orang.“5 ribuan?” Bara mengangkat sebelah alisnya.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   92. Bulan Madu

    “Katanya ... mau istirahat. Ini langsung unboxing kamar hotel.” Nadia mendengus sembari berbaring di atas bantal yang sangat empuk. Warna putih mendominasi, mencirikan mereka tengah berada di hotel bintang lima.Padahal tadi, sebelumnya. Bara sudah berkata bahwa mereka akan istirahat setelah acara pernikahan usai. Tapi apa? Hanya omong kosong saja.Bara membuka jasnya. Pria itu melangkah ke arah kamar mandi dan menutupnya dengan rapat. Ada apa dengannya? Nadia memutus pandangannya dan mulai memejamkan matanya.Beberapa menit telah berlalu. Bara keluar dengan memakai kaos oblong. Pria itu mengusap kepalanya yang perlahan mulai kering karena usapan handuk yang bersih.Bara menghela nafas ketika melihat Nadia memejamkan matanya karena kelelahan. Tapi, bagaimana

DMCA.com Protection Status