Share

14. Nadia Vs Celina

Penulis: Audia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nadia dan kedua sahabatnya duduk di salah satu meja di kantin. Mereka memilih duduk di tengah. Karena lebih gampang ketika memesan makanan nantinya.

“Gue heran sama  lo, Nad. Lo dikasih kartu sama tunangan lo, berisi ratusan juta. Tapi lo hanya traktir kita makanan seratus ribuan,” ujar Lala.

“Diam lo! Gak ada syukur-syukurnya jadi sahabat. Hari ini gantian lo kan yang traktir. Tapi gue ambil dua bulan buat traktir lo berdua. Jangan banyak cincong. Ingat! hanya seratus ribuan, gak lebih. Lo bayar sendiri kalau lebih.”

Lala mengatupkan bibirnya, hari ini adalah gilirannya. Namun Nadia tidak menyuruhnya, karena ia sendiri yang akan mentraktir mereka, tapi hanya seratus ribuan, tidak lebih dan tidak kurang. Kalau kurang belanjaan mereka seratus ribuan, maka Nadia yang mengambil sisanya.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gara-gara Tunangan Posesif   15. Penyakit Celina

    Di sinilah sekarang, Celina da Marisa. Di depan perusahaan Bara. Mereka akan bertemu dengan pria itu dan membicarakan semuanya secara baik-baik.Bara akhir-akhir ini tidak lagi bertegur sapa dengan mereka seakan menghindar. Tangan Celina terkepal, Nadia berhasil menghasut tunangannya agar tidak ingin bertemu dengannya.“Gue gak habis pikir dengan Nadia. Cewek itu hobi banget nyari masalah sama kita,” cibir Marisa. Celina seperti biasa, hanya diam sembari menampilkan wajah polosnya, yang terlihat natural tanpa make-up dan juga terlihat pucat.Sebenarnya disini mereka yang salah. Selalu menjadi penghalang hubungan antara Bara dan Nadia, yang jelas-jelas sudah bertunangan dan saling mencintai.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   16. Kebohongan Bara

    Setelah Celina bangun dari pingsannya, Bara bergegas menelpon Nadia. Berniat berkata jujur kepada kekasihnya. Ia menyuruh mereka menutup mulutnya terlebih dahulu."Sayang!""Iya, Bar. Ada apa, hem?" tanya Nadia dengan suara sangat lembut, membuat tubuh Bara menegang. Jantung nya berdetak lebih cepat."Bara! Kenapa diem? Aku tanya ada apa?""Kamu sekarang di mana, sayang?" tanya Bara dengan gugup."Ada di panti asuhan Kasih Bunda. Aku sama kedua sahabat ku, lagi bagiin makanan untuk anak-anak. Oh ya, aku pakai kartu kamu, Bar. Nggak apa-apa, kan?""Gak apa-apa, Sayang.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   17. Memproritaskan Celina

    Helaian nafas berat berasal dari perempuan cantik yang tengah menunggu tunangannya di sebuah halte di depan kampus. Bara akan menjemputnya siang ini. Namun mobil Bara belum juga terlihat. Nadia yang tadinya berdiri sekarang memilih duduk sambil memangku tas selempang nya. "Kemana sih, Bara? Awas aja kalau lima menit lagi, dia gak datang. Gue akan marah besar pokoknya." Nadia memilih memainkan smartphone mahalnya. Namun suara klakson mobil membuyarkan konsentrasi nya kembali. Ia segera berdiri, namun wajahnya kembali suram ketika mobil hitam di depannya bukan milik Bara. Melainkan dosennya sendiri. "Bapak ada masalah hidup apa dengan saya? Perasaan saya tidak pernah berulah dan selalu masuk di jam mata kuliah Bapak." Nadia langsung mengeluarkan unek-unek nya membuat dos

  • Gara-gara Tunangan Posesif   18. Keraguan Di hati Nadia

    "Kenapa wajah kamu kusut seperti pakaian yang tidak pernah disetrika seperti itu, Nadia?" tanya sang mama ketika melihat putrinya tengah mengambil air dingin di dalam kulkas.Bella tengah memasak makanan kesukaan Nadia. Udang, seperti biasanya. Kalau tidak ada udang, Nadia tidak akan makan dan bahkan mogok makan untuk beberapa hari."Haus, Ma. Nadia baru pulang kuliah."Bella menuangkan masakannya ke atas piring. Ia melirik ke arah Nadia, tumben putrinya tidak merebutnya langsung. Biasanya, Nadia akan menyambar masakan kesukaannya dan makan dengan sangat lahap."Kamu kenapa sih, Nadia? Cerita sama, Mama?"Nadia menaruh botol minuman di atas meja. Nadi

  • Gara-gara Tunangan Posesif   19. Rencana Celina

    Nadia berbaring di atas kasurnya dan menatap langit kamarnya. Ia beralih menatap bingkai foto di dinding. Foto ketika mereka tengah menyematkan cincin tunangan, malam itu.Nadia menghela nafas. Ia tersenyum kecut dan menitikkan air matanya. Membayangkannya saja, hanya bisa membuat hatinya sesak.Bara bahkan tidak menelponnya seperti biasa, untuk meminta maaf. Nadia yakin, Bara masih di rumah Celina untuk menunggu ekornya tertidur. Dan melupakan dirinya."Jahat kamu, Bar. Kemarin ketika aku sakit, kamu janji untuk jaga jarak dengan, Celina. Sekarang kamu ingkar kembali. Sebenarnya kamu anggap aku apa, hem?"Nadia menatap foto Bara yang berpose bersamanya. Nadia dari dulu memang tidak pernah memperbesar masalah

  • Gara-gara Tunangan Posesif   20. Sindiran Keras Nadia

    Nadia menepis tangan Bara yang menggenggamnya sedari tadi. Mungkin Nadia akan tersenyum manis di depan kedua orang tua nya. Tidak! Di luar rumah. Nadia belum memaafkan kejadian kemarin."Sayang! Kamu masih marah sama aku?" tanya Bara."Kamu gak mikir, Bar? Aku nungguin kamu satu jam, di halte sendirian dan keringetan karena kepanasan. Sedangkan kamu, malah asik dengan Celina."Bara mencoba meraih tangan Nadia kembali, untuk ia genggam. Namun Nadia menyembunyikan tangannya di balik tas punggung yang ia gunakan sekarang. Nadia menggunakan tas punggung hari ini, karena malas menggunakan tas selempang.Bara menghela nafas berat, "Tolong ngertiin aku, Sayang."

  • Gara-gara Tunangan Posesif   21. Dosen Pembimbing Istimewa

    "Lo udah baikan sama, pak Bara?" tanya Lala. Bara kan sudah tua, jadi dirinya harus menggunakan embel-embel pak, apalagi Bara tunangan sahabat nya sekarang menjadi CEO perusahaan. Hanya Nadia dan Maya yang tidak sopan kepada yang lebih tua, hanya menyebut Bara dengan namanya saja."Gak sih, sebenernya. Gue hanya gak mau memperburuk keadaan, gue mau fokus skripsi. Gimana lo berdua? Udah di acc sama dosen?"Mereka mengangguk, membuat Nadia melebarkan matanya. Mereka akan wisuda lebih awal dan bersama-sama seperti impian mereka."Tapi gue sedih, yang jadi dosen pembimbing gue bu Nina, yang galak nya minta ampun. Bu Nina ngajar kita akuntansi dua semester dulu.""Sebenarnya bu Nina gak galak. Tapi beliau han

  • Gara-gara Tunangan Posesif   22. Belanja Menghabiskan Uang Bara

    Nadia dengan kedua sahabatnya, tengah berkeliling mall, menikmati masa muda yang sangat menyenangkan. Mereka memakai hoodie persatuan berwarna pink, kesukaan Lala. Ingat! Hanya Lala yang menyukai warna ini, karena tidak ingin membuat Lala bersedih, mereka mengalah. Membuat Lala bersorak gembira dan memeluk Nadia dan Maya. Karena telah berkorban untuknya.“Kita jadi pusat perhatian,” ujar Nadia memperhatikan ke sekelilingnya. Banyak anak muda seumuran mereka yang, memperhatikan mereka secara terang-terangan. Mereka belum tahu saja, Nadia anak orang kaya dan juga dapat membeli mall ini langsung. Namun bukan dengan uangnya. Kan, kartu Bara ada padanya.Nadia tinggal menyodorkan kartu Bara dan membeli mall ini. Bara tidak akan berani marah kepadanya. Sebenarnya, menjadi kekasih Bara ada untungnya. Contohnya sekarang, ia akan menguras tabungan Bara yang

Bab terbaru

  • Gara-gara Tunangan Posesif   100. Ending

    Dua bulan telah berlalu. Kedua sahabat Nadia sudah resmi menikah dan sekarang fokus dengan rumah tangga mereka masing-masing.Nadia menghela nafas pelan ketika dirinya akhirnya bisa berjalan kembali, setelah terapi setiap minggu dan memiliki keinginan yang kuat untuk berjalan. Namun jangan lupakan dibalik kesembuhan Nadia, terdapat seorang pria yang setia dan penyabar di sampingnya.Nadia masih tidak menyangka, ternyata Bara adalah jodohnya dan pernikahan mereka sudah berumur tiga bulan. Bara adalah segalanya untuk Nadia. Tuhan menghadirkan Bara sebagai penerang di kehidupan Nadia yang sunyi dan sepi.“Semoga Bara menyukai hadiahku.”Nadia segera bersiap setelah menyiapkan kejutan untuk Bara. Hari

  • Gara-gara Tunangan Posesif   99. Arti Sebuah Persahabatan

    Senyuman Lala luntur ketika melihat calon suaminya mengobrol dengan dokter muda yang terlihat sangat cantik dan dewasa.Lala mengeratkan pegangan tangannya di rantang yang ia bawa untuk dokter Ryan.Lala berdiri di ujung pintu. Sepertinya mereka tidak menyadari dirinya berada di sana. Karena terlalu asyik mengobrol. Lala mundur perlahan dan segera berbalik arah kembali menuruni anak tangga.Ryan menatap dokter Neza dengan pandangan sulit diartikan. Dokter Neza adalah dokter baru di rumah sakit ini dan sepertinya menyukainya. Karena sedari tadi mencoba mencairkan suasana untuk menggodanya.“Dokter Ryan juga berprofesi menjadi seorang dosen? Wah hebat ya. Dokter sanga

  • Gara-gara Tunangan Posesif   98. Menjenguk Ke Rumah Sakit Jiwa

    “Sebenarnya, aku ada niatan untuk menjenguk nenek di rumah sakit jiwa,” ujar Nadia pelan, membuat semua orang yang ada di meja makan berhenti sejenak dari aktivitasnya.“Tidak!” tegas Bara, membuat Nadia bukannya takut malah pantang menyerah.“Kenapa, Sayang? Sampai mau jenguk nenek kamu yang jahat dan tidak manusiawi itu?” tanya Rani menatap Nadia, membuat Nadia menghela nafas pelan.“Nadia, ingin berdamai dengan semuanya. Tenang, hanya nenek ajha, kok. Ngak sama dia-dia itu,” ujar Nadia lagi.“Dia siapa?” tanya Bara.“Mantan sahabat kamulah. Siapa lagi, yang kamu belain mati-matian sampai membuang cincin ak ....”

  • Gara-gara Tunangan Posesif   97. Masih Saja Cemburuan

    Bara meneliti wajah Nadia yang tengah tertidur. Cantik dan manis. Bibir mungil semanis madu itu selalu berhasil membuatnya tidak berhenti mengecupnya seperti sekarang ini.Mereka masih berada di kantor. Sebentar lagi jam pulang kerja tiba. Namun melihat istrinya masih memejamkan matanya. Bara jadi tidak tega membangunkan Nadia.Bara menghela nafas dan merogoh ponselnya. Ia menyalakan kamera dan mengambil gambar Nadia sebanyak-banyaknya."Sayang banget sama kamu." Bara mendusel hidungnya di leher Nadia, membuat Nadia terusik."Eugh …." Akhirnya Nadia terbangun dan bergumam kesal kepadanya. Karena menganggu tidur nyenyak wanita itu."Sayang, dah

  • Gara-gara Tunangan Posesif   96. Ikut Suami Kerja

    Nadia meringis kala merasakan sakit yang menderai . Nadia menatap Bara yang pagi ini sudah rapi untuk berangkat bekerja.“Sayang, ayo mandi. Kita ke kantor.”Nadia terperangah mendengarnya, “Kamu sendirian pergi. Aku di rumah ajha.”“Nggak bisa, Sayang. Kamu harus ada di samping aku setiap waktu.”Tanpa izin, Bara menggendong Nadia dan masuk ke dalam kamar mandi. Dengan telaten, Bara membasuh dan membersihkan tubuh Nadia dengan sangat lembut dan hati-hati.Setelah menghabiskan waktu 5 menit. Bara menggendong Nadia dan mendudukkannya di pinggir ranjang.Bara beralih mencari dress untuk sang istri. Warna marun dan juga mantel tebal untuk sang istr

  • Gara-gara Tunangan Posesif   95. Pulang Ke Rumah Suami

    Seminggu telah berlalu. Sepasang pengantin baru tersebut, sekarang akhirnya pulang ke rumah orang tua Bara. Nadia mengambil nafas panjang ketika Bara dengan seenaknya, tidak ingin menurunkannya ke kursi roda. Bara mengendongnya sampai ke dalam rumah. Nadia hanya bisa pasrah dan mengeratkan pelukannya ke leher suaminya.Barang-barang, semuanya telah dibawa oleh sopir dan para pembantu ke dalam kamar mereka.“Wah, pengantin baru sudah pulang ternyata,” ujar Rani terlihat antusias. Nadia duduk bersama Bara di depan meja makan, bersama dengan kedua orang tua Bara.“Bagaimana bulan madunya, Sayang?” tanya Rani kepada Nadia.Nadia tersenyum kikuk dan menunduk, “Lancar, Ma.”Mereka berdua mengucap

  • Gara-gara Tunangan Posesif   94. Ketakutan Dalam Mimpi

    “Bisa gak sih, kamu gak buat masalah sekali saja.” Nadia menyilang tangan di dadanya bersandar di punggung ranjang kamar hotel.Bara menghela nafas pelan, “Ini juga demi kamu, Sayang. Aku gak suka semua orang menghina kamu, Nadia. Tolong ngertiin aku!” Bara sedikit meninggikan suaranya, membuat Nadia menggelengkan kepalanya tidak percaya.“Kamu marah sama aku? Kamu bentak aku?” tandas Nadia.“Sayang, bukan seperti itu.”“Iya, kamu udah gak sayang sama aku. Kamu mengulangi kesalahan yang dulu. Kamu ... hiks.”Nadia merasakan sesak di dadanya. Wanita itu kembali terbayang kejadian yang dulu. Katakan dirinya berlebihan, namun trauma itu kembali muncul.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   93. Istri Tercinta

    Hari ini pasangan pengantin baru tersebut memilih menghabiskan waktu di taman. Banyak anak-anak bermain di ujung sana dengan gembira, membuat Bara dan juga Nadia ikut tersenyum melihatnya.“Kamu mau makan apa, Sayang?” Bara mengelus bahu Nadia yang berada di dekapannya.Nadia yang merada di dekapan suaminya mendongak, sejenak memikirkan sesuatu yang akan ia beli. Nadia melonggarkan pelukannya dan mulai mengitari ke segala penjuru taman, dengan bola mata cantiknya, banyak berbagai macam makanan ringan penggugah selera.“Cilok, harga 5 ribuan.” Nadia menunjuk dagang cilok dengan dagunya, yang terlihat memakai sepeda motor tengah dikerumuni banyak orang.“5 ribuan?” Bara mengangkat sebelah alisnya.

  • Gara-gara Tunangan Posesif   92. Bulan Madu

    “Katanya ... mau istirahat. Ini langsung unboxing kamar hotel.” Nadia mendengus sembari berbaring di atas bantal yang sangat empuk. Warna putih mendominasi, mencirikan mereka tengah berada di hotel bintang lima.Padahal tadi, sebelumnya. Bara sudah berkata bahwa mereka akan istirahat setelah acara pernikahan usai. Tapi apa? Hanya omong kosong saja.Bara membuka jasnya. Pria itu melangkah ke arah kamar mandi dan menutupnya dengan rapat. Ada apa dengannya? Nadia memutus pandangannya dan mulai memejamkan matanya.Beberapa menit telah berlalu. Bara keluar dengan memakai kaos oblong. Pria itu mengusap kepalanya yang perlahan mulai kering karena usapan handuk yang bersih.Bara menghela nafas ketika melihat Nadia memejamkan matanya karena kelelahan. Tapi, bagaimana

DMCA.com Protection Status