"Urusanku denganmu sudah selesai, bukan? Aku ada urusan penting dengan dia, permisi."Bastian melangkah cepat ke arah Rachel dan menarik tangan gadis itu dan membawanya pergi."Tian!"Panggilan dari Alice sama sekali tak digubris oleh pria tersebut, dia memegang erat pergelangan tangan Rachel dan membawa gadis itu ke dalam kegelapan taman besar di rumah kakeknya tersebut, meninggalkan Alice yang menatap kepergiannya dengan ekspresi nelangsa.Alice mengusap wajahnya dengan sedikit kasar, menarik napas panjang dan berbalik pergi menuju kamarnya.Sebenarnya apa yang sudah terjadi ini?Alice masih ingat hari pernikahannya dengan Darren, saat itu, dia yang putus asa meminta kepada suaminya tersebut untuk berendam di kamar mandi.Dia saat itu berniat untuk bunuh diri, karena tak tahan harus menjalani pernikahan paksaan ini.Lalu tiba-tiba, saat itu Alice tak sadarkan diri.Dia berpikir kalau mungkin saja sudah meninggal dunia, tapi tadi pagi dia terbangun di sisi Darren, dan dua minggu pern
Makan pagi di rumah besar sang kakek sudah selesai, kini semua orang yang diundang tadi malam bersiap pulang ke tempat tinggal masing-masing, termasuk Darren dan istrinya.Bastian masih tinggal di sana karena kakeknya meminta untuk mengenal lebih dekat Rachel, meski kedua orang itu sama-sama belum memberi jawaban apakah akan bersedia dijodohkan atau tidak.Namun, Bastian sepertinya tidak keberatan berlama-lama dengan gadis itu, dia terlihat nyaman.Darren merasa lega karena Bastian sepertinya sudah melupakan Alice, mantan kekasih yang kini menjadi istri Darren.Namun, Darren tidak sepenuhnya lega karena sikap istrinya yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat sejak semalam.Dia yang beberapa waktu ini tampak penurut dan manis, tiba-tiba berubah jutek dan angkuh, seperti ketika mereka baru menikah dulu.Apakah ini semua karena istrinya telah bertemu Bastian, oleh sebab itu cintanya mekar lagi?"Apakah kau masih cinta dengan mantan pacarmu itu, Istriku Sayang?"Suara Darren t
Suasana mendadak sangat hening, Alice melirik sopir di kursi depan yang terbatuk-batuk saat mendengar permintaan aneh tuannya, pria itu kini mulai kembali ke sikap profesionalnya sebagai sopir pribadi Darren dan memencet tombol yang membuat jarak antara kursi depan dan kursi belakang tertutup dinding pemisah.Darren, masih menyilangkan tangan di dada, menatap Alice dengan mata memicing dan bibir terkatup."Ini tugas yang sangat mudah, kau bilang ingin membuat aku memaafkan dirimu, bukan? Jadi lakukan sekarang, buat aku turn on di sini, kalau kau berhasil maka aku akan memaafkanmu dan melupakan kejadian tadi malam."Alice menelan ludah, tapi tak bisa mengatakan apa pun.Darren, apakah dia sudah gila? Sejak kapan dia seberani ini?Darren, yang melihat Alice tak bergerak, mencondongkan wajah ke dekat istrinya tersebut."Kenapa? Kau keberatan? Kau tidak mau? Ya sudah, turun sekarang juga dari mobilku, tapi, begitu turun dari sini, kau pasti tahu apa yang akan kau tanggung, bukan?"Darren
Bastian selama ini begitu menjaga dirinya seperti ratu, dia bilang ingin menyimpan semua kemesraan itu di saat mereka menikah, jadi ciuman gila dari Darren ini benar-benar pengalaman pertama Alice.Saat Alice membuka mata, tatapan Darreb yang tajam mengunci mata wanita itu.Darren adalah pria yang memiliki bulu mata yang panjang, dengan mata cokelat, hidung lurus elegan dan bibir merah, dilihat dari jarak sedekat ini, Darren sepertinya pria yang sangat cantik sekaligus tampan.Tanpa sadar, hati Alice berdebar-debar.Dia seperti melihat sosok Bastian di dalam diri Darren, dadanya membuncah oleh gairah dan kerinduan.Tiba-tiba Alice merasakan gigitan di puncak payudaranya yang terbuka."Awwww!!!! Apa yang kau lakukan, Darren?!"Secara refleks, Alice menyingkirkan wajah Darren yang kini berada di depan payudaranya yang tegak dan sedikit memerah, sambil meringis kesakitan karena gigitannya di sana.Tangannya yang panjang dan ramping itu dengan santai menarik tali bra Alice sampai lepas de
Sementara itu di sisi lain, Melissa yang kembali ke tubuh aslinya tanpa tahu apa penyebab dia bisa kembali, terus berusaha melakukan apa pun agar bisa kembali ke tubuh Alice.Sayang, semuanya aja yang dia lakukan sia-sia, melissa tetap berada di tubuhnya, sampai hari berlalu, tak ada perubahan apa pun.Semua yang dia alami itu seperti mimpi, mimpi yang membuat Melissa ingin kembali ke sana."Apa yang harus kulakukan agar bertemu Darren lagi?"Dia menggumam sendiri saat berangkat bekerja keesokan paginya, gadis itu sudah melakukan banyak hal untuk kembali, yapotak ada satu pun yang berhasil."Apakah aku harus menabrakkan diri ke truk? Agar koma dan bisa masuk ke dunia novel itu lagi?"Melissa memikirkan hal itu saat melihat truk yang melintas di depannya, tapi dia segera menggeleng sambil tertawa getir.Itu tidak mungkin berhasil, bukan?Alih-alih koma dan kembali ke dunia novel, kalau dia meninggal dunia bagaimana?Melissa pun memutuskan untuk fokus bekerja dan melupakan keinginannya
"Hm, ini tanggal ..."Darren menyebutkan tanggal, Melissa langsung terperangah kaget.Ini artinya, dia hanya satu hari setengah meninggalkan tubuh Alice?Benar-benar aneh!Sementara di dunianya sendiri dia sudah berada seminggu lebih di sana."Kamu tidak perlu bersikap sok baik dan perhatian, Sayang."Kata itu meluncur begitu saja dari mulut Melissa, dia terkejut kenapa mengatakan hal itu.Apakah pengaruh Alice asli masih ada di tubuh ini?Untungnya Darren malah tersenyum manis mendengar ucapan Melissa tersebut."Sok baik? Aku tidak sok baik, Sayang. Tapi aku memang baik padamu, kau pikir siapa yang merawat dirimu saat pingsan kalau bukan aku?"Dia mengelus pipi Melissa sambil tersenyum riang, seperti seorang anak kecil yang sedang asyik merawat mainannya.Memang benar apa yang dia katakan, begitu bangun di tubuh ini, Melissa merasa kalau saat ini dalam keadaan segar, bersih dan wangi.Dalam ingatan yang didapat Melissa begitu masuk lagi ke tubuh ini, dia melihat bahwa seharian ini su
"Alice Istriku, sini."Darren menepuk paha dua kali sebagai isyarat supaya Melissa naik ke pangkuannya."Kau terlihat sangat menyukai anggur ini, ayo, sini, aku suapi lagi," ujarnya sambil sekali lagi menepuk pahanya.Tanpa mengucap apa pun, Melissa segera duduk di atas pahanya, karena tahu, Darren paling tidak suka dengan orang yang membuat dirinya mengulang perkataan."Anak pintar," bisiknya, melayangkan kecupan di pipi Melissa dari belakang.Meski sedikit risih dalam posisi seperti ini, Melissa tetap mempertahankan rasa tidak nyaman hanya karena takut Darren marah dan mengusirnya dari sini.Darren yang duduk bersila, menata posisi duduk istrinya sehingga mereka pun nyaman satu sama lain, lalu dengan senandung kecil, dia mulai mengupas lagi anggur merah besar di tangannya, sambil memeluk Melissa dari belakang."Kalau kau segitu sukanya dengan anggur ini, akan kupesankan lagi yang lebih banyak, atau ada buah lain yang kamu suka, Alice?"Darren bertanya saat kembali memasukkan anggur
Mulut Rachel terbuka lebar, tak percaya.Bastian menjemput dirinya sampai sini?"Astaga."Rachel tertawa dengan jantung berdebar kencang, 'kejutannya benar-benar hebat, Bas!'Gadis itu terburu-buru berjalan untuk menemui Bastian, tapi teleponnya berdering lagi."Tunggu, kau tak perlu menemui aku di luar."Ucapan Bastian tersebut membuat langkah Rachel seketika terhenti, apakah pria itu urung menjemput dirinya?"Aku sudah naik lift nomor tiga ke lantai tempatmu berada, tunggu aku di depan sana, oke?"Hati Rachel seketika mengembang karena rasa bahagia.Gugup, Rachel pun berjalan menuju lift yang dimaksud Bastian dengan debar-debar aneh di dada, setengah bulan tidak melihat dirinya, rasanya rindu ini benar-benar hampir membuat seseorang jadi gila, termasuk Rachel.Ternyata setelah digantung selama dua minggu dan tiba-tiba didatangi seperti ini, sensasinya sangat berbeda ketika bertemu setiap hari.Seandainya ini bukan kampus,mungkin Rachel sudah hilang kendali dengan berlari memeluk so
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel