"Kau terlihat lemas, apakah ada sesuatu yang terjadi di rumah?"Darren bertanya dengan penuh perhatian saat dia video call Melissa di malam hari, setelah kesibukan pekerjaannya di luar negeri.Melissa tersenyum lemah dengan mata berkaca-kaca.Teringat kembali bagaimana perbincangan antara dirinya dan Rania di ruang tamu pagi tadi.Dia beberapa waktu ini lupa bahwa Darren masih milik Rania, mungkin Rania benar, bahwa selama ini Melissa telah berdelusi.Pada akhirnya, Darren tetap kembali pada Rania, bukan? Sebagaimana ending yang tertulis di dalam novel."Hey, ada apa, Melice?"Darren mencondongkan badannya ke arah layar ponsel untuk melihat Melissa lebih dekat, ekspresinya terlihat khawatir.Melissa seketika tertawa mendengar panggilan Darren untuknya tersebut.Yah, sejak hari dari mengaku sebagai orang lain yang berada di tubuh Alice, Darren secara ajaib menerimanya saja tanpa pikir panjang, bahkan menanyakan nama aslinya.Dia bilang tidak peduli, apakah Melissa ini makhluk gaib atau
Itu tidak mungkin!"Darren, tentu saja langsung menolak dengan keras pengakuan dari Rania tersebut.Dia tidak pernah berpikir bahwa Rania akan hamil anaknya, wanita itu dulu bahkan menolak untuk dia nikahi karena tak mau menghasilkan anak seperti yang diinginkan oleh kakek Darren.Itulah kenapa keduanya, dulu, meski saling mencintai, sepakat untuk menggunakan Alice sebagai tempat benih Darren.Rencananya, begitu Alice hamil dan melahirkan, Darren akan menceraikan wanita tersebut dan menikahi Rania, lalu mereka berdua akan merawat putra Darren yang dilahirkan oleh Alice.Saat ini semuanya berubah. Darren bahkan tak keberatan jika istrinya yang sah, Alice, mengandung bayinya. Dia tak berniat menceraikan istrinya tersebut sampai kapan pun. Dia berencana hidup sampai tua dengannya.Itulah kenapa Darren memutuskan hubungan dengan Rania, Darren seperti menemukan cinta sejati kepada istrinya, tepatnya, kepada 'orang' yang saat ini menghuni tubuh istrinya, yang dia panggil Melice.Hidupnya te
"Itu juga tidak akan kulakukan!"Darren tak perlu berpikir lama untuk menjawab seperti itu.Menceraikan Melice bukanlah hal yang akan dia lakukan, dan tidak akan pernah Darren lakukan apa pun yang terjadi.Berpisah dengan istrinya yang sekarang, seperti benar-benar kehilangan separuh jiwanya.Banyak hal yang sudah dia lewati bersama istrinya, dulu Darren memperlakukan dia seperti barang tak berguna, tapi Melice tetap tak pergi darinya, sekarang, dia akan melakukan hal yang sama.Darren benar-benar sudah jatuh cinta pada istrinya, meskipun dia mengatakan hal-hal tak masuk akal bahwa dia bukan Alice yang asli dan bernama Melissa, Darren tak peduli, dia tetap akan mencintainya. Mencintai sosok Melissa yang berada di tubuh Alice, tidak peduli apakah dia jenis siluman atau alien."Ah, jadi kau benar-benar ingin kakekmu tahu semua kebenaran ini? Apakah kau siap kehilangan warisanmu, Darren?" tantang Rania, tak mau kalah.Melisa buru-buru mencekal lengan Darren sebelum dia benar-benar kehila
Darren naik ke atas tubuh Melissa, dengan tatapan tak peduli, sebelum membenamkan kepalanya di antara buah dada Melissa dan menjilat ujung merah muda dari gunung kembar itu yang terlihat begitu menggoda."Ini rumah kita, kita bebas melakukan apa pun di rumah kita sendiri, bukankah begitu?"Ucapan Darren ada benarnya, ini rumah mereka, tapi tetap saja Melissa merasa begitu malu .....Darren membuka lebar kedua kaki istrinya, merobek celana dalam renda yang dipakai sang istri dan meraba pintu masuknya yang sudah basah kuyup."Kau begitu cepat terangsang, Melice."Darren menggoda seraya menusukkan satu jarinya ke pintu masuk Melissa, wanita itu mengerang pelan dan sedikit menggelinjang karena sentuhan Darren."P-parfummu menggodaku."Melissa menjawab dengan malu-malu, suaminya memang benarkah menggoda, dan dia seperti memakai parfum tertentu yang membuat Melissa selalu bergairah setiap kali dekat dengannya sehingga tak bisa menahan diri, seperti orang gila.Darren menusuk lebih dalam pin
"Aku ... aku di mana?"Melissa memandang sekeliling, dia kini berada di sebuah ruangan yang sangat mewah dan luas.Dia sudah terbiasa tinggal di tempat seperti ini, saat hidup sebagai Alice, dunia di dalam novel.Namun, dia sekarang di mana?Ini bukan rumah taman mawar, padahal tadi Melissa ingat jika dia pingsan di kamar mandi karena terlalu shock dengan hasil tes kehamilannya.Lalu ... apakah dia sekarang kembali ke tubuh aslinya? Ini di mana?Secara samar-samar Melissa mencoba menggali ingatannya, selama ini Melissa selalu curiga bahwa dia dan Alice bertukar tubuh.Mereka beda dunia, Alice berada di dunia novel dan Melissa berada di dunia nyata, tapi dia yakin sekali bahwa keduanya saling bertukar tempat satu sama lain.Buktinya sekarang, dia berada di ruangan mewah ini, alih-alih di kamarnya yang sempit.Secara samar-samar Melissa melihat ke ingatannya bahwa tubuhnya ini baru saja keluar dengan seorang pria, tapi Melissa tak bisa melihat wajah pria itu."Kau sudah bangun? Kau mena
Melissa mencoba menyingkirkan tangan Damian dari pintu masuknya tapi Damian menusuknya sekali lagi."Kau sangat cepat basah, tak berubah. Saat bersamaku, kau selalu terangsang, kan?" bisik Damian, memutar mutar jarinya dalam lubang Melissa sehingga gadis itu menggelinjang dan mengeluarkan erangan basah yang membuat Damian semakin bergairah."Kau hanya berhalusinasi!" teriak Melissa, menyangkal ucapan Damian."Mel," panggil Damian."Y-ya?"Damian tiba-tiba mengeluarkan kalung yang dia pakai, sebuah liontin kunci terlihat di depan Melissa."Kau ingat benda ini?"Seketika wajah Melissa memucat, tatapan garangnya berubah menjadi putus asa."T-tidak! Ja-jangan bawa aku ke sana lagi!" teriaknya memohon.Kunci itu ... Mengingatkan Melissa pada ruang bawah tanah di rumah Damian yang besar, di mana Melissa terkurung di sana selama beberapa bulan.Kenangan mengerikan tersebut membuat tubuh Melissa menegang. Dia tak ingin kembali ke ruang bawah tanah itu lagi!Terlalu menakutkan ....Sekelebat b
Melissa kembali menarik tangannya yang segera ditahan oleh Damian, remaja itu malah menarik resleting celananya dan mengeluarkan sesuatu yang sangat besar dan berotot dari dalam sana.Tangan Melissa mendadak dingin dan gemetaran ketika dibimbing Damian untuk menyentuh sebuah benda panas bertekstur aneh tapi sekeras kayu itu.Bagaimana seorang anak laki-laki bisa memiliki benda sebesar ini dibalik celana mereka? Dan kenapa Damian bilang sakit saat keras begini? Melissa tak pernah melihat milik laki-laki kecuali milik bayi."Tolong pijat bagian ini, aku sudah tak tahan lagi dengan sakitnya, aku sampai mau mati rasanya."Mata Melissa membelalak lebar mendengar permintaan Damian tersebut, tatapannya kosong ketika terarah pada pusaka Damian yang mengacung ke atas di depannya."Di-dipijat?"Bodohnya, dia malah bertanya.Damian mengangguk."Iya, seperti ini."Damian mengarahkan kedua tangan Melissa untuk menggenggam benda besar yang sedikit aneh itu dan berkelenjar itu, membimbingnya naik tu
"Kau sudah baikan, bukan? Kau bisa kembali bekerja sebelum berangkat sekolah."Ibu Melissa membangunkan Melissa setelah dua hari dia terbaring di kamar tidur ibunya, di kamar pembantu.Melissa menggeliat sedikit tapi tidak langsung bangun dan mematuhi perintah ibunya.Badannya masih demam dan Melissa juga masih sering muntah saat mengingat bagaimana telah melakukan oral seks pada seorang remaja laki-laki yang baru pertama ditemuinya, dua hari ini Melissa terus terbayang bagaimana jika dia hamil."Kau di sini tidak untuk bermalas-malasan, Mel. Kau harus tahu bahwa kau tidak tinggal di sini secara gratis. Ibu menampung dirimu di sini untuk membantu bekerja."Ibunya tampak menggerutu saat melihat Melissa yang masih berbaring di tempat tidur, ibunya begitu lega saat mendengar bahwa Melissa tidak hamil."Kau jangan sampai bernasib seperti kakakmu, kabur dari rumah, lalu hamil dan terus menyusahkan diriku seperti ini. Ibu juga ingin pensiun bekerja suatu hari nanti, kau harus jadi anak yang
Dia bahkan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk membuat Damian nyaman dengan dirinya."Sudah terlalu banyak rasa sakit, aku ingin melupakan semuanya dan bahagia hidup sendiri-sendiri," tutup Melissa.Dia benar-benar ingin melupakan segala hal tentang ibunya."Jadi? Kau pilih mana?""Tentu saja aku akan di sini, bersamamu. Bahkan jika tidak menjadi istrimu di masa depan, aku tetap akan memilih tinggal di sini."Melissa menjawab tanpa ragu, dalam hati, dia sudah mendedikasikan diri sebagai pembantu Damian yang paling setia, untuk membalas kebaikannya ini.Damian langsung memeluk dan mencium Melissa saat mendengar jawaban gadis tersebut."Terima kasih, aku benar-benar mengharapkan jawaban ini darimu, Melly."Kata-katanya terdengar begitu tulus. Damian lega karena Melissa lebih memilih berada di sisinya daripada pergi ke ibunya yang kini menjadi istri orang kaya setelah menjadi pelakor."Aku justru senang bisa mendapat tempat tinggal gratis, jangan khawatir, aku tidak akan merepotka
"T-tolong maafkan aku."Melissa segera menjatuhkan tubuhnya dan duduk bersimpuh di hadapan Damian, dia menunduk dalam menunjukkan bahwa sedang sangat menyesal atas nama ibunya.Namun, reaksi Damian di luar dugaan Melissa, dia yang tadi marah kini malah tertawa terbahak-bahak."Astaga, ekspresimu lucu sekali, Melly!" serunya dengan tatapan geli, membuat Melissa segera mendongak dengan pandangan bertanya.Tentu saja dia semakin kebingungan. Padahal beberapa detik lalu Damian terlihat marah, kenapa sekarang dia malah tertawa terbahak-bahak?"A-apa maksudmu? Kau sedang menculik dan menyekapku karena kesalahan yang dilakukan ibu, 'kan? Jadi, kumohon, beri aku keringanan atas hukuman ini," ucap Melissa dengan ekspresi memohon.Damian mengulurkan tangannya, meminta Melissa menyambut uluran tangan tersebut dan membuat Melissa bangkit dari duduknya di lantai.Kini Damian duduk dan Melissa berdiri, mereka saling berpegangan tangan."Hmmm, bagaimana, ya? Kalau aku tidak mau, kau akan melakukan a
Melissa menutup wajah Damian yang begitu tampan memesona dengan kedua tangan, agar dia tak semakin tenggelam dalam jerat ketampanan majikannya tersebut."Sudahlah. Jangan lanjutkan lagi omong kosong ini, ayo kita tidur," ucap Melissa mengalihkan pembicaraan.Damian tertawa dengan suara rendah, meraih tangan Melissa di mukanya dan menaruh tangan gadis itu di pinggang Damian."Baiklah ayo kita tidur, calon istriku."Kini gantian Melissa yang tertawa mendengar ucapan Damian, lalu mengikuti pria itu untuk memejamkan mata.Setelah badai yang terjadi tadi malam, ini adalah saat terbaik semasa hidupnya.Berpelukan dengan Damian adalah hal yang membuat dirinya tenang sehingga bisa tidur dengan nyenyak tanpa teringat lagi ketakutan akan peristiwa beberapa jam lalu.Hari ini ditutup dengan sebuah kebahagiaan. Melissa merasa seperti ada beban besar yang terangkat dari tubuhnya.Dia bukan bayang-bayang Bu Yuna. Di mata Damian, dia adalah Melissa, seseorang yang begitu istimewa.'Kalau ini mimpi,
"Damian, apa yang kau lakukan?"Melissa bertanya dengan tenggorokan tercekat saat Damian membelai lembut bagian sensitifnya tersebut.Meskipun rasanya sedikit nyaman saat telapak tangan yang besar itu membelai bulu-bulu halus di vagina Melissa, karena baru saja dicukur, bulu-bulu yang baru tumbuh itu rasanya gatal bukan main sehingga kadang-kadang Melissa diam-diam menggaruknya."Omong-omong ... gatal tidak rasanya?"Pertanyaan Damian, yang menggesek jari-jarinya di sana, membuat Melissa seketika kena mental."A-apanya?"Melissa masih tak mau mengakui bahwa rasanya nyaman sekali saat Damian menggaruk tempat yang ditumbuhi bulu-bulu halus tersebut.Damian menepuk bagian sensitif Melissa tersebut sebagai isyarat."Ini, kau baru mencukurnya beberapa hari lalu, 'kan? Biasanya selesai dicukur akan sangat gatal saat sedang tumbuh seperti ini. Bukankah begitu?"Melissa memejamkan mata, menyembunyikan debar yang menggila saat Damian dengan lembut menggaruk bagian tubuhnya yang memang terasa s
Damian melakukan sesuatu yang tak terduga di tengah situasi menegangkan tersebut.Dia tiba-tiba menyingkir dari atas tubuh Melissa dan mengulurkan tangan untuk membantu gadis itu berdiri."Aku sudah cukup puas dengan caramu berterima kasih, sekarang, ayo kita beristirahat."Damian mengatakan itu sambil berjalan menuju ranjangnya dan membaringkan tubuh di sana, meninggalkan Melissa yang terbengong-bengong dengan sikap Damian yang berubah-ubah dalam sekejap tersebut.Baru saja, baru beberapa menit, Melissa melihat dengan jelas hasrat yang begitu membara dari mata Damian saat tengah menatap dirinya.Remaja lelaki itu seakan bersiap untuk melahap tubuh Melissa sampai habis.Melissa begitu berdebar melihat tatapan penuh nafsu dari remaja tampan tersebut, entah kenapa ada sebuah kebanggaan saat tatapan tajamnya hanya tertuju pada Melissa.Namun, Melissa merasa seketika linglung saat menghadapi sikap Damian ini, dia tiba-tiba kembali dingin dan menjauh dari Melissa.Setelah terbengong-bengon
"Aku langsung datang mencarimu karena melihat postingan itu, tapi kau waktu itu sudah tak ada sehingga aku melakukan berbagai cara untuk menemukanmu. Kalau kau mau berpikir dengan kepala dingin, bukankah kemarahanku ini wajar?"Melissa mendongak dari layar ponsel, menatap Damian yang masih tanpa ekspresi dengan tatapan penuh permintaan maaf.Jika saja sebelum Damian menghukumnya tadi malam dia sudah menjelaskan apa saja yang sebenarnya terjadi, Melissa tak akan semarah tadi.Namun, nasi sudah menjadi bubur.Dia terlanjur memarahi seseorang yang telah menolong hidupnya.Melissa tak tahu bagaimana hancurnya dia seandainya tadi malam dia benar-benar diperkosa tiga pria itu.Dan dia juga tidak tahu apakah itu akan menjadi pengalaman pertama dan terakhirnya jika sana Damian tidak datang menolong, karena Melissa mungkin akan terus dijual oleh Julia."Siapa yang akan rela seseorang yang dekat dengannya disentuh pria lain?"Pertanyaan Damian seperti palu besar yang memukul kepala Melissa, gad
Melissa nekat meraih pergelangan tangan remaja tampan dengan rambut warna caramell yang mirip cokelat madu tersebut dengan jemari gemetar.Dia adalah gadis yang begitu takut ditinggalkan seseorang, sejak kecil, ibunya terus mengatakan bahwa ayahnya pergi karena Melissa yang nakal dan tak menjadi anak yang penurut.Itulah kenapa selama ini, meski sering dimarahi atau dipukuli, Melissa lebih memilih menjadi anak yang penurut agar sang ibu tak meninggalkan dirinya.Dan saat ini, perasaan itu muncul lagi, perasaan ketakutan karena ditinggalkan oleh seseorang yang begitu istimewa di hatinya.Ini pertama kali Melissa mengalami hal seperti ini selain kepada ayah dan ibunya.Dia tak menyangka bahwa akan begitu ketakutan saat Damian mengatakan bahwa dia boleh pergi dari kamar Damian.Melissa takut Damian membuangnya."Maafkan aku, jangan-jangan menyuruh aku pergi, Tuan Muda," ucapnya dengan nekat, berusaha menahan Damian agar tak pergi dan tak menyuruh dia keluar dari kamar ini."Kenapa memang
Melissa menampik obat penurun panas yang diberikan Damian padanya dengan kening berkerut tak suka."Lalu bagaimana setelah aku meminum obat ini? Apakah setelah aku sembuh kau akan tetap menyiksa aku lagi? Kau tahu? Kemarahanmu tadi malam itu sangat tidak wajar."Melissa kembali mengungkit tentang kejadian tadi malam."Bagiku wajar, minum obatnya."Damian menggeleng tak peduli, dia kembali mengulurkan obat ke arah Melissa."Tidak mau. Lebih baik aku demam dan sakit daripada mematuhimu," tolak Melissa sambil membuang obat yang diberikan Damian padanya.Damian menatap butiran pil yang berceceran di lantai karena sikap Melissa tersebut, menghela napas panjang dan menatap Melissa dengan mata menyipit."Kenapa kau berubah keras kepala sekarang? Aku tak suka kau yang begini, Mel," ucap Damian dengan suara dingin.Melissa membalas tatapan tajam Damian dengan kening berkerut tak suka."Kenapa? Kau tanya kenapa, Tuan Muda? Itu karena aku lelah dengan sikapmu. Kau bilang datang ke kamar itu tida
"T-Tuan Muda, bolehkah aku keluar dari bak mandi sekarang?"Melissa yang bibirnya sudah sedikit membiru dan telapak tangan keriput karena ber jam-jam disuruh Damian berendam dalam bak mandi setelah kepulangan mereka dari motel itu, bertanya dengan badan gemetar menahan dingin.Damian yang duduk di luar kamar mandi, hanya mengangkat dagunya tanpa menjawab."Kumohon, izinkan aku keluar, aku sangat kedinginan."Melissa memeluk tubuhnya sendiri sambil menahan dingin, tatapan begitu memelas untuk menarik simpati Damian.Damian memandang gadis yang sedang berendam di bathtub kamar mandi berisi air dingin atas perintahnya, dengan ekspresi yang sama sekali tak berubah.Dingin dan menakutkan.Dia merasa belum puas menghukum Melissa dengan berendam di bak mandi penuh air dingin tanpa sehelai benang pun, untuk menyingkirkan sentuhan para berengsek itu dari tubuhnya.Namun, melihat wajahnya yang pucat dengan bibir sedikit membiru membuat Damian lama-lama kasihan juga.Merendamnya di bak mandi sel