Alvaro mengepalkan tangannya dengan erat, geram saat melihat apa yang tampak di depan matanya. Foto antara Jill dengan Revel. Tampak begitu dekat dan mesra! Sialan! Jadi selama ini Jill dan Revel masih berhubungan? Sudah berapa lama? Apakah sejak dulu mereka memang tidak pernah putus meski Jill sudah resmi menikah dengannya? Damn!
Pantas saja Jill tidak ingin disentuh sama sekali olehnya! Ternyata karena wanita itu masih mencintai Revel! Brengsek! Tidak bisa dibiarkan.Jari Alvaro bergerak menggeser foto selanjutnya dan darahnya semakin terasa mendidih saat melihat Jill masuk ke dalam salah satu villa pribadi milik Revel, setelah mereka selesai makan malam di salah satu restoran yang berada di hotel ternama.‘Apa yang mereka lakukan berdua di villa itu? Pertanyaan bodoh! Apa lagi kalau bukan bercinta, Alvaro!’ batin Alvaro menjawab pertanyaannya sendiri.Ya, dirinya adalah pria dewasa yang sudah pasti tau apa yang akan dilakukan oleh pria dan wanita jika hanya beraRevel masih bergelung malas di atas ranjang dengan tubuh polos Jill yang berada di dalam pelukannya. Tidak peduli meski matahari sudah muncul sejak tadi. Tubuhnya masih terasa begitu lelah setelah bekerja keras semalam suntuk. Bekerja keras mengeksplor tubuh molek Jill yang benar-benar membuat Revel tidak bisa berhenti layaknya seorang maniak se-ks! Gila memang, tapi itulah kenyataannya. Semalam Revel terus menggoda wanitanya meski tau kalau Jill masih lelah dan untungnya Jill tidak menolaknya hingga mereka bisa melakukan hubungan itu berulang kali, lagi dan lagi sampai puas! Revel bagaikan pengembara yang akhirnya menemukan oase di padang gurun! Tidak heran karena itulah ia ingin terus mereguk rasa nikmatnya!Jill merenggangkan tubuhnya dengan malas. Tubuhnya terasa remuk karena dieksplor terus menerus oleh pria yang berbaring di sampingnya. Pria yang seolah tidak mengenal kata lelah, karena sejak pertama kali mereka bercinta, Revel tampak selalu begitu tangguh d
Mereka berdua masih tampak frustasi saat ponsel Revel kembali berdering. Kali ini dari mamanya. Revel mendesah, rasa frustasinya semakin menjadi-jadi.Mamanya pasti sangat amat marah setelah mengetahui berita ini! Revel merasa bersalah dan menyesal karena telah mengecewakan kepercayaan yang diberikan oleh orangtuanya hingga dirinya menyebabkan skandal seperti ini!“Halo, Ma?”“Pulang ke rumah sekarang juga. Ada yang ingin Mama bicarakan. Ajak Jill!”Klik! Telepon terputus begitu saja saat mamanya sudah selesai menyampaikan maksudnya. Gawat. Biasanya sang mama begitu cerewet, tapi kali ini hanya bicara seperlunya, itu berarti pertanda buruk! Mamanya pasti sangat gusar hingga tidak mampu lagi berkata-kata seperti biasa!Revel menatap Jill yang masih menatapnya dengan bingung.“Mama kamu bilang apa?”“Mama ingin bicara dengan kita, jadi lebih baik sekarang kita membersihkan diri dan segera ke rumahku,” gumam Revel.Jill hanya bisa mengangguk lesu ba
Pandangan Claire beralih pada Jill yang masih menunduk menahan tangis dan rasa bersalah yang semakin memuncak saat melihat kekacauan yang terjadi akibat ulahnya. “Dan juga kamu, Jill, lebih baik mulai sekarang kamu menjaga jarak dari Revel. Tante tidak mau berita negative antara kalian semakin menjadi-jadi. Tolong jangan permalukan keluarga kami lagi. Fokus saja pada status kamu yang adalah istri dari pria lain,” tutup Claire dan berlalu pergi menjauhi ruang tamu, hendak menenangkan diri di kamarnya. Claire butuh waktu untuk memikirkan solusinya. Levin menatap Revel dan Jill bergantian. Sekian menit berlalu dalam kesunyian yang begitu mencekam hingga suara Levin kembali memecah keheningan. Nada suara Levin terdengar begitu lelah dan sarat akan kekecewaan. “Om akan menghubungi Papa kamu dan mengucapkan permintaan maaf, Jill. Om harap Papa kamu tidak mempersulit keadaan ini.” “Tidak perlu, Om. Urusan Papa biar aku yang akan menghadapi
Seorang wanita dengan perut buncit berdiri tegak di depan rumah mewah yang baru kali ini didatanginya, berharap kalau informasi yang didapatkannya benar tanpa menyadari kalau sang empunya rumah sedang harap-harap cemas menunggu kedatangan tamunya.“Sekarang bagaimana?”“Aku sudah mengurus semuanya, kamu jangan khawatir.”“Aku tidak mungkin tidak khawatir.”“Aku paham, tapi kamu percayain semuanya sama aku, okay?”“Tapi kenapa dia belum datang juga?”“Sabar….”Belum sempat menyelesaikan ucapannya, telepon kamar berbunyi dan satpam memberitahu kedatangan wanita yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi!“Biarkan dia masuk dan tunggu di ruang tamu.”“Apa itu dia?”“Ya, lebih baik sekarang kita turun dan langsung menemuinya.”“Aku harap semua masalah ini bisa cepat selesai, Levin,” harap Claire yang dijawab dengan anggukan pasti Levin.“Semua pasti akan selesai dengan baik, Claire. Sesuai dengan rencana dan harapan kita,” tegas Levin yang memb
Jill termenung dengan wajah murung, tidak berbeda jauh seperti saat dirinya hendak dipaksa menikah dengan Alvaro, bedanya sekarang Jill tidak dikurung oleh papanya tapi ia sendiri yang mengurung diri, berpikir mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.Apalagi setelah berita mengenai dirinya dan juga Revel membuat heboh publik, praktis Jill tidak pergi ke kantor. Tidak berani menghadapi gunjingan orang-orang yang pasti akan bertanya secara langsung padanya. Jill belum siap!Lagipula dirinya tidak mungkin bisa konsentrasi pada pekerjaan dalam kondisi seperti ini, jadi lebih baik berada di rumah daripada memaksakan diri untuk bekerja! Jill baru saja keluar kamar saat berpapasan dengan Alvaro yang menatapnya dengan senyum mengejek, tampak puas karena telah berhasil membuat dirinya dimaki habis-habisan oleh semua orang. Dan sekarang yang publik tau adalah Jill yang tukang selingkuh! Bukan Alvaro yang senang bermain dengan jalang! Sialan!! Brengsek! Jill harus akui kal
Sepanjang perjalanan pulang dengan Gwen, Jill lebih banyak diam. Masih merasa kesal kenapa Gwen bisa menanyakan hal absurd seperti itu padanya. Memang benar sih kalau Jill melakukannya beberapa kali dengan Revel setelah dirinya menikah dengan Alvaro untuk melepas kerinduan, tapi Jill kan tidak pernah lalai untuk meminum pil yang selalu tersimpan manis di dalam tasnya. Pil yang selalu disembunyikan di dalam tas pribadi miliknya agar tidak ada yang mengetahui keberadaan pil itu! Dan yang lebih menyebalkannya lagi, Jill tidak bisa berhenti memikirkan pertanyaan Gwen! Pertanyaan yang meski disangkalnya habis-habisan tapi tetap membuatnya cemas, takut dan khawatir! Setibanya di rumah, Jill langsung menuju kamar. Lelah rasanya setelah jalan-jalan hampir seharian ini. Untung selalu ada Gwen di sampingnya yang bisa menemani Jill disaat dirinya perlu teman untuk bercerita, meski tak jarang Gwen membuatnya dongkol seperti tadi. Jill memandang ponseln
“Kenapa?” tanya Jill dengan suara serak, tidak menyangka kalau dirinya akan mendengar kalimat seperti itu dari bibir Alvaro.“Karena gue muak dengan semua kelakuan lo yang selalu merendahkan gue!”“Gue bersikap seperti itu karena ulah lo sendiri!” bantah Jill tidak terima.Lagipula memang benar kan? Andai saja dulu Alvaro tidak menyelingkuhinya, Jill tidak mungkin bersikap seperti sekarang! “Omong kosong! Nggak ada pria yang suci, Jill! Termasuk Revel! Apa lo yakin kalau Revel bersih dan setia sama lo selama ini? Apalagi kalian jarang ketemu! Dan lagi beberapa bulan terakhir Revel asyik di Melbourne! Lo nggak akan pernah tau bagaimana kelakuan dia selama disana,” ucap Alvaro mencoba memprovokasi. “Tentu aja yakin. Gue percaya sama Revel! Revel bukan cowok brengsek kayak lo!” sentak Jill dengan nada berapi-api. Tidak sudi mendengar Alvaro menyamaratakan kelakuan setiap pria yang brengsek dengan kekasihnya. Jill yakin kalau Revel setia padanya. Bukankah sika
Alvaro menatap kepergian Jill dengan rasa puas. Tangannya meraih ponsel dan hanya menulis satu kata. SUKSES.Mr. Bobby tersenyum saat membaca pesan dari Alvaro, tidak percuma bekerjasama dengan pria itu. Siapa yang menyangka kalau Alvaro bisa membantunya membalas perbuatan menyebalkan Mrs. Claire padanya dulu melalui putra sulung mereka, Revel?Andai dulu Mrs. Claire tidak menolak rencana perjodohan antara Revel dengan Jessie, putrinya, pastinya tidak akan seperti ini. Memang, Mrs. Claire tidak menolak secara terang-terangan, tapi tetap saja Mr. Bobby dapat menangkap arti terselubung dari sindiran Mrs. Claire waktu itu! Dirinya bukan orang bodoh! Dan inilah akibat yang akhirnya harus mereka terima.Sementara di dalam kamar Jessie hanya bisa merenung sedih. Menyesali perbuatannya yang pasti akan membuat hubungan Jill dan Revel merenggang atau bahkan hancur! Tapi mau bagaimana lagi? Jessie terpaksa melakukan hal itu agar mamanya tidak lagi menderita akibat kelakuan pa
Satu tahun kemudian…Di salah satu hotel bintang lima terlihat dekorasi yang begitu mewah namun terkesan elegan, tidak norak. Jill memasuki ballroom sambil menggandeng lengan Revel yang sedang menggendong baby Luiz. Di umur yang hampir menginjak tiga tahun, baby Luiz terlihat semakin tampan, mengikuti wajah Revel.Di belakang mereka ada seorang baby sitter sambil mendorong stroller kosong, untuk jaga-jaga jika Luiz mengantuk di tengah acara pesta. Sejak beberapa bulan yang lalu, Jill akhirnya menyerah pada bujukan Revel dan mengikuti keinginan suaminya yang tidak tega melihatnya kelelahan jika harus mengurus Luiz sendirian.‘Aku nggak mau kamu terlalu capek dan jatuh sakit, Baby. Apalagi selain mengurus Luiz, kamu juga masih harus mengurusku.’Ya, sejak menikah dengan Revel, Jill memang ingin mengurus keperluan suami dan anaknya sendiri, bahkan dirinya sampai rela berhenti kerja hanya untuk mengurus rumah tangganya. Jill lebih memilih menjadi ibu rumah tangga daripad
Beberapa bulan kemudian….Revel menatap bangga pada putranya yang semakin pintar, lucu dan menggemaskan. Disela-sela kesibukannya sebagai seorang pengusaha, bermain dengan buah hatinya merupakan kebahagiaan tersendiri untuk Revel. Dan sekarang di waktu santai, itulah yang dirinya lakukan.Bermain dengan Luiz sepuasnya sekalian menggantikan tugas Jill menjaga anak meski hanya sementara. Perhatian Revel beralih dari Luiz kepada Jill yang baru saja memasuki ruang keluarga dengan piring buah di tangannya. Hal yang memang biasa dilakukan setiap hari. Makan buah agar sehat.Senyum lebar mengembang di wajah cantik Jill yang tampak polos, tanpa adanya jejak make up sama sekali, namun tidak menutupi kecantikan alami yang terpancar jelas. Kecantikan yang membuat Revel tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetik pun dari istrinya. Dari dulu.“Hei, kamu lagi main apa sama Papa? Kok senang banget sih?” tanya Jill sambil menggoyangkan tangan kecil Luiz. Tidak ada jawaban
“Jadi siapa nama cowok yang kemarin, Jill?” cecar Jessie tidak sabar saat datang ke rumah Jill pagi-pagi, persis dengan gaya ibu-ibu komplek yang begitu penasaran akan gossip terbaru! Tidak ingin ketinggalan berita! “Cowok? Oh yang itu! Masa lo nggak kenal sih? Bukannya udah pernah ketemu ya pas pergi sama gue?” tanya Jill masih tidak percaya kalau Jessie tidak mengenal pria yang kemarin membuat gadis itu sampai ternganga takjub!“Mana ada? Belom lah! Kalau udah gue nggak mungkin lupa sama cowok ganteng begitu!” sanggah Jessie yakin, mengulang ucapannya kemarin.“Masa iya sih?” tanya Jill sambil mengusap dagunya pelan, berpikir keras.“Jangan kebanyakan mikir! Cepet kasih tau gue siapa namanya? Gue udah penasaran dari kemarin tau!” cecar Jessie lagi membuat Jill berdecak sebal karena seperti sedang dikejar oleh debt collector!“Tuh cowok namanya Jayden! Dia temen gue yang kerja sebagai bartender!”“Bartender?” ulang Jessie lemas. Seolah harapannya untuk
Matthew menatap Gwen yang baru saja selesai mandi. Akhirnya malam ini mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Hal yang tidak berani Matthew bayangkan sebelumnya, terlebih saat mengingat waktu Gwen menjauhinya dulu, begitu membuatnya frustasi. Apalagi istrinya itu sangat sulit dibujuk!Hati Matthew menghangat saat melafalkan kata ‘istri’ meski hanya dalam hati. Dadanya bergemuruh dipenuhi euphoria yang bernama kebahagiaan. Matthew masih asyik dengan pikirannya saat Gwen bertanya dengan nada heran,“Kamu belum mau mandi?”“Ini aku baru mau mandi,” jawab Matthew agak kikuk, belum terbiasa berada berduaan dengan wanita yang telah resmi menjadi istrinya hari ini dalam satu kamar. Gwen mengambil hairdryer dan mengeringkan rambut, tidak ingin tidur dalam keadaan rambut basah karena bisa bikin kepalanya sakit nanti. Gwen sedang fokus dengan rambut dan hairdryer di tangannya saat tangan Matthew memeluk pinggangnya dari belakang. Refleks wanita itu memekik kaget!“Asta
Lamunan Revel mengenai perusahaan pupus saat melihat Jill menggeliat dan membuka matanya perlahan, berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari sore yang menerpa indera penglihatannya. “Hei, kamu udah pulang dari tadi?”“Nggak kok, baru aja. Kamu pasti capek banget sampe ketiduran gini.”“Nggak juga kok, cuma anginnya enak aja bikin aku ngantuk dan ketiduran,” kilah Jill tidak ingin membuat Revel khawatir dan malah menambah beban pikiran sang suami yang pasti sudah begitu banyak, apalagi dengan masalah perusahaan yang pasti tidak akan pernah ada habisnya.Revel hanya mengangguk, sadar kalau Jill tidak ingin membuatnya khawatir.“Jadi gimana kantor hari ini? Banyak kerjaan?”“Ya begitulah, setiap hari pasti ada aja.”“Tapi nggak ada masalah kan?”“Nggak kok, semuanya aman. Kamu tenang aja, okay?”Jill mengangguk, menggendong baby Luiz perlahan agar tidak membuatnya terbangun dan membaringkannya di baby box.Beberapa bulan kemudian…
Dokter dan suster yang melihat kejadian itu tidak urung menatap Revel dengan raut kasihan tapi juga geli. Revel yang menyadari kalau mereka hampir terbahak melihat apa yang terjadi barusan hanya bisa menunduk, karena lagi-lagi harus menahan malu akibat ulah istrinya! Nasib!Sejak dulu Jill memang sudah menjadi titik kelemahannya. Begitu juga kali ini, Revel harus rela menurunkan wibawanya di depan dokter dan suster yang bertugas. Revel sadar kalau sebentar lagi cerita mengenai dirinya yang dianiaya oleh Jill pasti akan tersebar luas! Tapi ya sudahlah, terima nasib aja! Siapa yang menyangka kalau Revel akan cinta mati pada wanita sebar-bar ini? Iya kan?“Selamat ya, Pak. Bayinya laki-laki dan terlahir sehat,” ucap dokter.Dengan penuh haru Revel menatap bayinya. Bayi yang merupakan perpaduan antara dirinya dengan Jill! Astaga! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan bayi setampan ini? Memang sih, Revel sadar kalau dirinya tampan dan Jill juga cantik, tapi tetap saja dirinya
Revel berdecak gemas karena pertanyaannya malah dijawab asal-asalan oleh Jill! Padahal dirinya sedang bertanya serius! Sangat amat serius! Revel ingin segera tau hasil testnya! Revel ingin tau apakah usahanya hampir setiap malam sudah membuahkan hasil atau belum! Jika belum, Revel tidak akan bosan untuk terus berusaha sampai Jill positif hamil! Usaha yang akan Revel lakukan dengan senang hati karena sama-sama dapat enak! “Aku serius, Jill!” sergah Revel menahan sabar. Jill meringis saat Revel sudah memanggil namanya dengan nada seperti itu, tanda kalau pria itu sudah tidak bisa lagi menahan kesabarannya. “Itu kan yang muncul garis dua, yang artinya aku positif. Dan karena ini testpack kehamilan, berarti tandanya aku positif hamil, Revel. Bukan positif covid,” jelas Jill, tidak ingin diomeli oleh suaminya yang terkadang bisa bersikap menyebalkan juga. “Serius?” lirih Revel dengan suara tercekat, tidak percaya kalau akhirnya Tuhan ke
“Hmm…. Matthew kemarin ngajakin gue merit,” aku Gwen dengan suara lirih. Jill ternganga sejenak sebelum akhirnya memekik kaget.“What?! Lo serius?!” “Seriuslah!”“Brengsek juga tuh cowok!” omel Jill membuat Gwen mengernyit bingung. “Kenapa jadi brengsek, Jill?”“Ya brengsek lah! Masa ngomong soal pernikahan melalui video call sih? Itu kan hal serius, Gwen! Harusnya Matthew bahas soal itu face to face sama lo!” sungut Jill tidak terima. Untung Revel tidak melakukan hal itu, jika tidak, Jill pasti akan kesal!“Tapi lo tau sendiri kalau Matthew kan nggak mungkin datang ke Jakarta cuma buat ngajakin gue merit!” bantah Gwen membela kekasihnya. Gwen tidak terima waktu Jill mengatai Matthew brengsek. Enak aja!“Cuma lo bilang? Ngajakin lo merit bukan sekedar ‘cuma’, Gwen! Itu hal serius! Mana ada sih cowok yang ngelamar ceweknya melalui video call? Lagian dia bisa aja bahas soal itu langsung pas datang ke acara resepsi pernikahan gue sama Revel! Padahal dia ka
Dua bulan kemudian…..Revel memijat keningnya yang terasa pusing, sudah dua minggu terakhir ini pekerjaannya begitu menumpuk. Siapa yang mengira kalau mengurus perusahaan akan jauh lebih melelahkan dan memusingkan daripada kuliah? Tidak heran kalau papanya ingin pensiun dini dan memilih menikmati hari tua bersama mamanya!Tentunya saat Revel sudah bisa mengurus perusahaan sendiri nantinya! Bukan sekarang! Untung sampai saat ini papanya dan uncle Nick selalu membantunya, tidak membiarkan Revel melangkah seperti anak hilang sendirian! Revel berhenti memijat keningnya saat mendengar pintu ruangannya diketuk dan muncul wajah papanya.“Kamu kenapa, Revel? Kok keliatannya pusing banget?” “Emang aku lagi pusing, Pa!”“Kenapa? Ada masalah pekerjaan?”“Nggak sih, cuma kayaknya aku kebanyakan lembur jadinya agak drop,” jelas Revel.“Ya udah, malam ini jangan lembur dulu. Maksud Papa jangan lembur di kantor ataupun di rumah. Paham maksud Papa kan?” tanya Levin