Bab 44Pesakitan Cinta"Perubahan sikap? Maksudmu?" Daniel masih terlihat bingung."Owh. Ya sudah kalau kamu tidak menyadarinya." Cinta bangkit dan berlalu meninggalkan suaminya.Daniel meraih tubuh Cinta dan mendudukkannya di pangkuan dengan kedua tangan melingkar erat ditubuh perempuan berambut pendek itu."Lepaskan aku, aku masih marah, ya!" ujar Cinta melepaskan diri dari pelukan Daniel."Katakan padaku, perubahan mana yang kamu maksud, hmm?" Daniel memeluk istrinya semakin erat"Perubahan apa?" Cinta balik bertanya."Perubahan sikapku yang menyakitimu, katakan, perubahan yang mana?" Daniel menajamkan tatapannya."Tidak ada, lupakan!" Cinta mencoba melepaskan diri."Aku tidak akan melepaskanmu, kalau kamu tidak mau bicara!" ujar Daniel dengan nada mengancam."Pikirkan saja sendiri! Apa yang biasa kamu lakukan padaku, tapi tidak kamu lakukan hari ini," sahut Cinta bersidekap tangannya didada.Daniel berpikir sejenak, lalu senyum terkembang dibibirnya.Melihat reaksi Daniel yang ter
Bab 45Daniel terpaku mendengar ucapan Cinta. Daniel mengingat kembali kejadian tadi pagi. Membiarkan Cinta melanjutkan memotong sosis dan mencuci piring sendiri, menolak ketika Cinta ingin membenarkan dasinya. Dan mengirimkan chat kepada Cinta tanpa panggilan 'sayang'.Daniel duduk disofa, mengusap wajahnya dengan kasar.Janji akan selalu mencintai, tidak melukai dan menyakiti istrinya. Daniel memang pernah mengucapkan janji itu."Akhhhh!" Daniel memukul tangannya Ke dinding di dekat sofa sehingga buku-buku tangannya berdarah.Kejadian tadi pagi membuat Daniel kesal, karena Ia sudah mencapai hasratnya dan meminta istrinya mengucapkan kata cinta agar Hasrat lelakinya bisa tersalurkan, tetapi Cinta mengatakan belum mencintai Daniel. Jawaban tersebut yang membuat lelaki bermata sipit itu emosi dan tidak bersikap manis pada istrinya. Daniel tidak menyangka kalau apa yang dilakukannya melukai perasaan Cinta.Daniel kembali mengusap wajahnya ketika teringat, dia berjanji akan membuktikan
Bab 46Merasa bersalah"Hallo, apa Rachel?" Daniel sontak terbangun. Melipat kembali selimutnya dan menghubungi Andi."Andi, rumah Rachel kebakaran, cepat! kamu kerumahnya sekarang, amankan Rachel dan keluarganya" Perintah Daniel kepada Andi. Daniel masuk ke dalam kamar, dan memandang wajah damai Cinta. Daniel tidak menemui Rachel karena tidak ingin Cinta bersedih dan merasa tidak berarti. Meskipun pada saat ini, Rachel membutuhkan bantuannya.Daniel sudah berjanji untuk tidak menyakiti Cinta, dan Daniel sadar, Cinta merasa tidak nyaman dengan kedekatannya bersama Rachel, walaupun Daniel sudah menceritakan hubungan mereka.***Cinta menggeliat ketika merasa bibir seseorang menyentuh keningnya, Cinta membuka matanya dan mendapati wajah suaminya yang hanya berjarak beberapa senti saja. Cinta tersenyum dan menyentuh wajah tampan tersebut. "Good Morning," ucap Daniel tersenyum, tangannya mengusap wajah cantik Cinta dan mengecup tangan Cinta yang menyentuh wajahnya."Good Morning," sahut
Bab 47Daniel menggandeng Cinta memasuki sebuah rumah. Setelah menekan bel, seseorang keluar dari dalam."Honey …." Rachel hendak berhambur memeluk Daniel, namun Daniel segera menahan gerakan Rachel. Dan memperkenalkan Cinta padanya."Perkenalkan, ini istriku, Cinta!" ujar Daniel sembari memeluk pundak Cinta."Hallo, saya Cinta," ucap Cinta mengulurkan tangannya."Hai, aku Rachel, senang berkenalan denganmu!" Rachel menyambut tangan Cinta dan memeluknya dengan hangat."Mari, masuk!" Rachel membuka pintu rumah dengan lebar dan mempersilahkan mereka masuk."Honey, lihat siapa yang datang …." Rachel menggandeng tangan Cinta dan mempersilahkan mereka duduk."Hai, Bro … apa kabar?" Laki-laki dengan wajah Tiongkok menjabat tangan Daniel, dan mereka berpelukan."Aku baik, Bro … kenalkan, ini istriku." Daniel memeluk pundak Cinta."Hai, aku Jason, suami Rachel." Jason mengulurkan tangannya.Cinta menangkupkan kedua tangannya. Membuat Jason maupun Rachel bingung."Ehem, istriku seorang Muslim!
Bab 48"Sayang, kamu mau kita makan dimana?" Daniel membuyarkan lamunan Cinta."Terserah, aku ikut aja!" Sahut Cinta dengan wajah datar.Daniel memarkirkan mobilnya di halaman restoran termewah dikota Jambi. Daniel memesan meja VIP."Kak Cinta?" Seseorang menghampiri mereka dan menyalami Cinta."Hei, apa kabar?" Cinta terlihat antusias menyambut uluran tangan perempuan tersebut. Lalu mereka berpelukan."Kakak sendirian aja?" Gadis itu melihat sekeliling."Ini, bersama atasan Kakak di kantor." sahut Cinta sembari melirik Daniel.Daniel mengulurkan tangannya,dan gadis itu menangkupkan kedua tangannya didada "Kebetulan bertemu kakak disini, kami mengundang kakak untuk hadir dalam acara MILAD Himpunan kita, Kak." ucap gadis tersebut sembari mengulurkan sebuah undangan berwarna kuning."Terimakasih undangannya, kakak usahakan untuk datang." Cinta menerima undangan tersebut dan memasukkannya kedalam tas."Acaranya besok, Kak … tadinya, mau mengirim undangan lewat WhatsApp saja, tapi, karen
Bab 49Laki-laki tersebut adalah Alamsyah. Laki-laki yang pernah singgah dihati Cinta. Alamsyah dan Cinta menjalin hubungan selama 1 tahun. Mereka tidak berpacaran, Alamsyah menghitbah Cinta ketika Ia masih kuliah. Mereka bahkan hampir menggelar pesta pernikahan. Namun karena sesuatu hal, Cinta dan Alamsyah berpisah.Alamsyah tidak ingin mendzolimi Cinta jika mereka menikah. Karena ternyata Alamsyah mempunyai penyakit Ejakulasi Dini. Butuh waktu lama untuk penyembuhan. Sedangkan saat itu, kedua orangtua Cinta memintanya untuk segera menikah. "Bang, Saya masuk dulu," pamit Cinta pada Alamsyah."Cinta …." Alamsyah memanggil Cinta dengan lembut.Cinta menghentikan langkahnya"Jika kamu ada masalah, kamu boleh berbagi denganku," ucap Alamsyah.Cinta hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Alamsyah.***Andi datang ke apartemen Daniel dan melaporkan semua yang dilihatnya kepada Daniel."Saya sudah menyelidiki, Cinta memiliki mantan kekasih dihimpunan tersebut." Andi memperlihatkan Poto C
Bab 50Cinta duduk di sofa ruang keluarga, televisi menyala, namun Cinta tidak menonton siaran tersebut, melainkan sibuk dengan fikirannya, bagaimana Daniel bisa menjadi imam?Daniel mendudukkan bokongnya disamping Cinta."Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" Daniel mendekatkan wajahnya."Tidak ada," jawab Cinta singkat. Tatapannya beralih melihat siaran televisi."Hey, kamu bahkan tidak fokus melihat siaran televisi." Daniel mengambil remot televisi, lalu mematikannya."Koq, dimatiin?" Cinta berusaha merebut remot televisi dari genggaman Daniel."Aku tau, kamu tidak berniat nonton televisi." Daniel menarik tubuh Cinta ke pelukannya."Bisakah kamu tidak selalu memelukku, hmm?" Cinta mendongak menatap wajah Daniel."Kamu adalah candu bagiku, aku tidak bisa melewati hari tanpa memeluk, dan menciummu!" Daniel mempererat pelukan dan mencium wajah Cinta bertubi-tubi."Kamu keberatan?" Daniel menyentuh dagu Cinta dan menyelami manik matanya.Cinta menggelengkan kepalanya."Aku hanya takut, kamu
Bab 51Ketakutan CarisaSeperdetik berikutnya, Daniel bangkit dengan merangkul tubuh Cinta.Menggendongnya dengan gaya bride style "Apa yang kamu lakukan? turunkan aku!" Cinta memukul bahu Daniel perlahan."I love u!" Daniel mengecup bibir Cinta dengan lembut.Cinta hanya diam, dan mengalungkan tangannya di leher Daniel.Daniel membawa Cinta ke kamar mandi, dan menurunkannya di dalam walk on close."Bersihkan dirimu, aku tunggu di Mushola!" Daniel merapikan rambut Cinta yang sedikit berantakan.***Daniel kembali menjadi imam dalam sholat kali ini. Setelah membaca do'a, Daniel menghadap Cinta dan mengulurkan tangannya. Cinta mencium tangan itu dengan takzim; Daniel mengecup pucuk kepala Cinta dengan penuh kasih. Lalu membantu Cinta melepas mukenanya.DrtttttttPonsel Cinta bergetar, Cinta mengambil ponselnya dan menerima panggilan tersebut."Mama, bisa pulang hari ini nggak?" Suara Carisa diseberang telepon."Ada apa, Sayang?" Cinta mengerutkan keningnya."Ada orang yang mau datang k
Tuan Adiguna dan istrinya saling pandang. Mereka terkesima mendengar Cinta menceritakan tentang Dokter Arinda yang mampu menyembuhkan dirinya yang saat itu juga tengah depresi karena hampir diperkosa oleh mantan suaminya. "Tapi bagaimana dengan si kembar? Mereka tidak mungkin ikut kalian ke kota Jambi. Itu pasti akan sangat merepotkan pekerjaan kalian." Nyonya Adiguna menoleh ke arah si kembar yang sedang berebut mainan. "Bukankah ada Della yang bisa menjaga mereka?" "Tapi kami tidak ingin ada fitnah jika Della tetap berada di rumah ini." "Kalau begitu kalian bisa menikahkan Della terlebih dahulu." Daniel menyahut dengan cepat. "Nggak bisa begitu Mas Daniel. Aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Kak Risa," sanggah Della dengan cepat. "Jika kamu tetap berpegang teguh pada prinsipmu, itu artinya kamu tidak mencintai Risa." "Bukan begitu, Kak." "Saat ini Risa membutuhkan terapi yang hebat untuk mengembalikan ingatannya dan kesehatannya. Jika kita membawa dia ke rumah sakit jiwa
Tubuh Della seketika melemas mendengar perkataan Cinta. Dia tidak menyangka kakaknya akan bernasib sangat menyedihkan malam itu. Dia tahu persis bagaimana Risa menjaga dirinya dengan baik dari godaan laki-laki demi menjaga kesucian cintanya dan kesetiaannya pada Gilang.Namun pada kenyataannya, Mr. Hua malah merenggut kesucian itu dengan seenaknya."Aku memintamu di sini untuk menjaga Risa di ruang rawat inap. Aku dan Daniel akan segera mengurusi Mister Hua agar mendapat hukuman yang setimpal," ujar Cinta seraya mengusap punggung Della dengan lembut.Cinta sedang memikirkan semuanya. Dia harus segera menyelesaikan masalah tersebut sebelum Mr. Hua memutar balikan fakta. Perempuan itu pun segera berlari menuju Daniel yang sedang berjaga di ruang ICU di mana Gio sedang dirawat."Sayang, kita tidak bisa menunggu ini terlalu lama. Kita harus segera menyerahkan Mr Hua kepada pihak polisi. Aku tidak ingin b******* itu bisa bebas begitu saja." Cinta berujar dengan wajah cemas.Daniel menoleh
Cinta seketika menarik napasnya dalam-dalam karena apa yang dikatakan oleh Daniel memang benar. Cinta bahkan mencurigai Daniel telah melakukan perselingkuhan dengan Risa setelah mendapat kiriman foto tersebut.Tiba-tiba saja Cinta menjadi kepikiran tentang siapa yang telah mengirimkan foto Daniel bersama Risa di jalan tersebut."Daniel Siapa kira-kira yang telah mengirimkan fotomu ke ponselku?" tanya Cinta Seraya menoleh ke arah Daniel."Kita akan segera mencari tahu setelah kita menemui Risa," sahut Daniel.Daniel kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia telah memarkirkan mobilnya di halaman sebuah hotel.Daniel langsung mengajak Cinta untuk naik ke lantai tiga di mana ia meninggalkan Risa di dalam kamar tadi.Setelah sampai didepan pintu kamar Risa, Daniel dan Cinta pun mengetuk pintu berkali-kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Daniel dan Cinta saling pandang karena pikiran mereka mulai berkelana."Aku menghawatirkan Risa
Cinta terbelalak mendengar ucapan Daniel. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Daniel berbohong demi menutupi kebusukannya. Cinta mendorong tubuh Daniel dengan kuat sehingga Daniel terjatuh di atas ranjang."Cinta, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak mempercayaiku sebagai suamimu?" Daniel menatap Cinta dengan tajam. Ia merasa Cinta mencurigainya, terlihat dari sorot mata Cinta yang begitu tajam.Cinta melengos mendengar perkataan Daniel. Ia sangat kecewa karena ternyata Daniel sudah berani bermain dibelakangnya dengan Risa. Bahkan saat ini Daniel berani berbohong dan mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipercaya karena Mister Hua sudah pulang terlebih dahulu setelah meeting selesai. Bagaimana mungkin Cinta bisa mempercayai perkataan Daniel."Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu katakan? Kamu pikir aku akan percaya dengan kamu mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua? Itu alasan yang sangat tidak masuk akal, Daniel." Cinta m
Daniel membawa Risa menuju sebuah hotel untuk menenangkan Risa. Lelaki bermata sipit itu tidak tega membawa Risa pulang ke rumahnya karena keadaan Risa yang sangat memprihatinkan. Risa pun tidak ingin pulang ke rumahnya karena ia merasa masih sangat ketakutan. Risa terus memeluk dirinya dengan jas milik Daniel. Risa meminta Daniel untuk membawanya ke sebuah hotel karena ia tidak ingin apa yang terjadi padanya diketahui oleh anak-anaknya ataupun Della. Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan aib yang harus dia tutupi dari siapa pun.Daniel segera membawa Risa masuk ke dalam kamar hotel dan mendudukkan Risa di tepian ranjang. Ada rasa iba dalam hati Daniel melihat Risa yang begitu ketakutan. Seketika Daniel teringat pada pesan Gilang untuk menjaga Risa dan Gio juga perusahaannya dengan baik. Daniel bahkan telah berjanji pada Gilang di atas makamnya.Risa merapatkan jas yang Daniel berikan ke tubuhnya. Rasa takut membuat Risa tidak ingin melepaskan pelukannya dari Daniel. Pere
Cinta mondar-mandir di dalam kamarnya karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Daniel belum kembali ke apartemen. Perempuan berambut pendek itu menatap keluar jendela dan memandangi lampu lampu yang menerangi kota Jakarta sehingga kota itu terlihat sangat indah. Cinta kembali mengecek ponselnya dan melakukan panggilan kepada Daniel. Namun telepon Daniel tak kunjung diangkat membuat Cinta semakin gelisah. Saat ia sedang berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba kedua bayi kembarnya menangis bersamaan membuat Cinta semakin bingung. Cinta pun mencoba menenangkan Anggun dan Anggur dengan memeluk kedua bayi itu bersamaan. Namun meskipun Cinta sudah menggendong kedua bayi kembar itu dan menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi bayi-bayi itu tak kunjung reda tangisannya. Carissa yang saat itu sedang berada di ruang depan bersama Meri menoleh ke arah pintu kamar Ibunya yang tertutup rapat. "Kenapa dede bayi menangis terus dari tadi ya, Bik?" Carissa menge
Risa tidak menyadari ada mobil yang menguntitnya dari tadi di belakangnya. Risa sedang menyetel musik yang sering diputar oleh Gilang setiap kali mereka bepergian. Matahari mulai meninggalkan bumi dari pancarannya. Biasnya yang kuning keemas-emasan perlahan-lahan menghilang. Risa mempercepat laju kendaraannya karena ia tidak ingin sampai di rumah ketika waktu sudah melewati salat magrib. Risa terlambat karena tadi mengalami kemacetan yang cukup panjang sehingga ia harus terlambat pulang ke rumah. Sebelumnya Risa tidak pernah pulang setelah memasuki waktu magrib karena dia tidak pernah mengalami macet panjang seperti saat ini. Jalanan mulai lengang. Saat Risa masih dengan santainya mengemudikan mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil menghadang mobil Risa dari depan. Mobil tersebut melintang dan menyebabkan Risa menghentikan laju kendaraannya. Risa mengernyitkan keningnya karena penumpang tersebut tak kunjung keluar dari mobil. Risa sedikit merasa takut karena jalanan tersebut cukup sepi
Risa terkejut saat melihat kehadiran Mister Hua yang tiba-tiba berada di dalam ruang meeting. Semua anggota meeting pun tak satupun yang berani bersuara. Mereka terdiam seribu bahasa seakan menyalahkan Risa atas keputusan yang diambil olehnya. "Maaf Pak, Anda terlambat selama lebih dari lima belas menit, Saya tidak menyangka jika anda akan tetap menghadiri meeting ini," sahut Risa Seraya mengangguk hormat pada Mister Hua. Mr.Hua menyunggingkan senyumnya dan mendudukkan bokongnya di kursi yang telah tersedia. Lelaki berkulit putih dengan tinggi hampir menyamai Daniel tersebut menatap penampilan Risa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Risa yang diperhatikan dengan seksama oleh Mister Hua merasa risih dan memutuskan untuk duduk di kursi. "Mungkin lebih baik saya menjelaskan tentang perkembangan perusahaan kami dengan duduk saja," ujar Risa. Perempuan berambut panjang itu kemudian menjelaskan secara detail kepada seluruh pengusaha yang hadir tentang perkembangan perusahaannya dan ju
# 13Risa memang tidak memiliki sahabat di Jakarta karena dulu ia bekerja di cafe dan hanya memiliki satu teman yaitu Anita, tapi telah lama, sahabatnya itu tidak bisa lagi dihubungi karena pindah ke luar pulau Jawa.Risa hanya mengenal Cinta dan Rachel yang merupakan sahabat suaminya. Akan tetapi, Rachel pun tidak berani Risa jadikan teman curhat karena perempuan yang merupakan kelahiran Tiongkok itu jarang berada di Jakarta.Risa kembali menatap keluar jendela dan melihat sinar matahari mulai bergeser dari atas kepala menyinari tepat jendela kantor nya. Perempuan berambut panjang itu menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menghibur hatinya yang sebenarnya sedang dilanda rindu yang teramat sangat pada Almarhum Gilang suaminya."Namun terkadang aku yang terlanjur lelah mengurusi si kembar suka mengalami penurunan mood jika sudah berada di perusahaan. Begitupun sebaliknya, aku yang sedang capek dengan urusan pekerjaan mudah tersulut emosi saat berada di rumah dan menghadapi kelakuan si