Bab 101Menstimulasi DanielCinta memukul bahu Daniel dengan perlahan."Auww. Aku baru tahu kalau ada seorang istri yang mencintai suaminya, tapi, suka memukul suaminya tersebut," ujar Daniel mengusap bahunya dengan perlahan."Kamu menyebalkan!" Cinta meninggalkan Daniel sendiri dan duduk di Sofa yang berada di seberang brangkar."Permisi!" Seorang perawat masuk dan memberikan obat kepada Daniel. Perawat itu juga menyuntikkan sesuatu ke dalam tabung infus Daniel.Cinta hanya memandang dari Sofa. Sesekali, Cinta dapat menangkap ekor mata Daniel yang menoleh ke arahnya."Selamat istirahat, ya, Pak!" Perawat itu pamit kepada Daniel dan segera meninggalkan ruangan.Cinta bangkit dari sofa dan menyusul perawat itu keluar."Suster, tunggu!" Cinta memanggil perawat dengan tergesa-gesa."Iya?" Perawat itu mengernyitkan keningnya."Saya belum bertemu dengan dokter. Bagaimana keadaan Daniel yang sebenarnya?" tanya Cinta dengan hati-hati."Pasien Daniel baik-baik saja!" ujar perawat tersebut."D
Bab 102Merindukan DanielDegub jantung Cinta mulai tidak beraturan. Seperti baru saja jatuh cinta pada seseorang.Daniel kemudian memeluk tubuh Cinta dengan erat."Apakah sebelum amnesia, aku selalu manja seperti ini?" Daniel mendongakkan kepalanya. Menatap Cinta sehingga kedua mata mereka bertatapan.Cinta membelai rambut Daniel dan memeluk tubuh kekar itu."Iya ...!" sahut Cinta dengan bibir bergetar.Cinta memejamkan mata. Berharap Daniel akan mengecup bibirnya seperti saat dulu. Namun, nihil."Kamu bahagia menjadi istriku?" Daniel kembali bertanya.Cinta mengurai pelukan dan membingkai wajah Daniel. Perlahan, Cinta mengecup bibir itu, menyesapnya dengan lembut. Cinta melakukan apa yang biasa Daniel lakukan padanya ketika mereka bersama.Melumat bibir dengan rakus, mengeksplor lidahnya dan mencumbu leher Daniel dengan gigitan-gigitan kecil."Aku pasti sangat bahagia memiliki istri yang mendominasi seperti ini!" ujar Daniel membuat Cinta menghentikan aksinya."Aku ...? Tidak!" Cint
Bab 103Tanggung jawab Cinta********Daniel membaringkan Cinta di atas ranjang. Mereka saling bertatapan. Dengan gerakan perlahan, Daniel mencium kening Cinta dengan mesra. Membiarkan bibirnya mendalami kecupan di sana. Membuat Cinta mengeratkan pelukannya. Ciuman itu turun terus menelusuri seluruh wajah Cinta. Tidak ada satu pun bagian wajah Cinta yang terlewat. Mulai dari ujung hidung, kedua pipi, kelopak mata, dagu, telinga, bibir. Dan berakhir di leher jenjangnya. Cumbuan yang semula lembut dan hati-hati, semakin lama semakin panas.Cinta menggeliat ketika Daniel mulai menggerayangi tubuhnya. Menelusuri kulit Cinta dengan jemarinya. Desahan mulai terdengar berat. Cinta mulai kehilangan akal sehatnya."Maaf!" Cinta mendorong tubuh Daniel ketika bibirnya mulai mencumbu bagian kenyal tubuhnya.Cinta tersadar bahwa Daniel sedang hilang ingatan, tapi mengapa Daniel tidak melupakan cara mencumbu Cinta."Sayang, kenapa?" Daniel kembali menarik Cinta ke dalam dekapannya.Cinta memberont
Bab 104Sekretaris tangguh"Pupuk? Pohon sawit?" Daniel mengamati sketsa tersebut."Aku tidak mengerti!" ujarnya lagi.Cinta dan Andi menggelengkan kepala."Kita tidak mungkin menunggu Daniel pulih. Kita harus segera bergerak." Cinta memberikan beberapa kotak yang berisi CCTV dan kamera tersembunyi."Tunjukkan kepada saya, dimana saja kamera dan CCTV itu harus di letakkan," ujar Andi.Cinta lalu mengarahkan Andi untuk meletakkan beberapa kamera tersembunyi di atas pohon. Kamera tersebut sebelumnya sudah di setel oleh Cinta saat waktu menyala dan waktu mati."Ini kita lakukan untuk menghemat pengisi daya," ujar Cinta lagi."Bos memang hebat!" Andi mengacungkan jempol dan menatap Daniel yang masih terlihat bingung."Ingat. Kamu harus bergerak ketika suasan a camp sudah benar-benar sepi. Jangan sampai ada yang melihat aksi kalian," ucap Cinta mengingatkan Andi."Siap, Bos!" sahut Andi memberi hormat.Setelah Andi meninggalkan kantor. Cinta kembali ke meja CEO. Cinta membuka laptop dan me
Bab 105Ulah DanielKarena cuaca mendung, burung layang-layang berkejaran di langit. Daniel terpaku dan semakin mengundang perhatian para karyawan.Setelah pertemuan dibubarkan, Cinta mengajak Daniel kembali ke kantor."Itu bukan kantorku. Aku bukan CEO," ujar Daniel membuat beberapa karyawan yang melihat semakin berbisik-bisik."Pak Nai ...!" Cinta berusaha menahan Daniel yang berbaur dengan beberapa pekerja yang turun ke perkebunan dengan membawa peralatan kerja.Daniel menoleh sesaat."Pak, mereka akan berangkat ke perkebunan. Sebaiknya bapak kembali ke kantor saja. Saya tidak bisa mendampingi," ujar Cinta menahan tangan Daniel yang berusaha mengangkat peralatan kerja.Daniel tidak menggubris. Membuat Cinta semakin bingung harus berbuat apa."Bapak-bapak, saya mohon. Jaga Pak Nai. Karena beliau belum sembuh total." Cinta menemui beberapa pekerja yang akan melangkah."Baik, Bu Cinta. Kami akan pantau Pak Nai," sahut seorang pekerja.Cinta segera kembali ke kantor dan menghubungi And
Bab 107Penyelidikan Cinta"Auwww ...!" Cinta berteriak ketika melihat Daniel yang berdiri di pintu kamar.Cinta baru saja mengambil berkas di dalam kamar. Dan terkejut ketika melihat Daniel yang memakai masker."Cinta ... Ini aku!" Daniel menutup mulut Cinta dengan tangan kanannya."Daniel? Apa yang kamu lakukan?" Cinta mengekor Daniel yang berjalan menuju kamar mandi. Daniel membuka kemeja yang dikenakannya, dan membasuh wajahnya dengan air hingga bersih.Cinta hanya memandang dengan wajah bingung. "Akh," Cinta terkejut ketika tiba-tiba Daniel membopong tubuhnya dan membaringkannya di atas ranjang."Kamu tidak merindukanku?" Daniel menatap manik mata Cinta yang sendu."A_aku ...!" Daniel melumat bibir Cinta dengan mesra. Sehingga Cinta memejamkan matanya."Aku rindu kamu. Suamiku yang setiap hari mengucapkan kata Cinta padaku," ujar Cinta membingkai wajah Daniel."Aku mencintaimu!" Daniel mengecup kening Cinta dengan mesra. "Kenapa?" Daniel menyipitkan matanya melihat ekspresi d
Bab 107Jebakan Betmen*******Cinta sedang menyiapkan sarapan untuk Carisa ketika tiba-tiba ponselnya berdering."Ma, Om Andi telpon!" seru Carisa seraya memberikan ponsel kepada Cinta."Terima kasih, Sayang," Cinta menuangkan susu hangat dan memberikan roti bakar kepada Carisa."Hallo, Andi," sapa Cinta."Bos, pagi ini Bos Daniel membuat kekacauan," ujar Andi di seberang telepon."Kekacauan?" Cinta mengernyitkan keningnya."Iya, Bos. Pagi ini, Bos Daniel membawa tiga orang karyawan. Katanya mau di ajak jalan-jalan ke kota Jambi. Para karyawan yang lain demo ke kantor. Mohon segera atasi!" Andi memutuskan telepon karena terdengar teriakan-teriakan dari luar kantor."Mama ...!" Carisa terkejut ketika tiba-tiba Cinta segera masuk ke dalam kamar tanpa menyentuh sarapannya."Sayang, Mama ke kantor sekarang. Om Nai dalam Masalah." Cinta mencium pipi Carisa dan segera keluar melajukan kendaraannya.Cinta melajukan sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Karena khawatir karyawan semakin menga
Bab 108Daniel kembaliCinta dan Andi yang melihat dan mendengar Daniel, merasa ada yang aneh. Daniel berbicara seperti CEO. Sama seperti sebelum amnesia.Sepanjang hari, Daniel mengajak mereka melihat semua mesin-mesin yang bekerja dengan baik. Dan setiap Daniel mengatakan bisa untuk dipraktekkan pada manusia, wajah mereka kembali pias.Mereka hanya istirahat sejenak.Daniel juga membawa mereka ke perkebunan sawit yang berada di Jambi Selatan. "Ini semua adalah perusahaan saya. Lihat. Pohon sawitnya sangat subur. Buahnya juga banyak!" Daniel menunjuk beberapa pohon sawit yang subur dengan buah lebat."Itu karyawan saya." Daniel mengajak mereka menghampiri karyawan yang sedang memupuk pohon sawit."Apakah seperti ini cara kalian memberi pupuk pada pohon sawit di perusahaan cabang?" Daniel kembali menatap tajam.Mereka hanya mengangguk. Namun, tidak berani menatap.Waktu terus berjalan. Hingga malam hari. Daniel mengajak mereka menuju tempat wisata di Kota Jambi. Jembatan Gentala Aras
Tuan Adiguna dan istrinya saling pandang. Mereka terkesima mendengar Cinta menceritakan tentang Dokter Arinda yang mampu menyembuhkan dirinya yang saat itu juga tengah depresi karena hampir diperkosa oleh mantan suaminya. "Tapi bagaimana dengan si kembar? Mereka tidak mungkin ikut kalian ke kota Jambi. Itu pasti akan sangat merepotkan pekerjaan kalian." Nyonya Adiguna menoleh ke arah si kembar yang sedang berebut mainan. "Bukankah ada Della yang bisa menjaga mereka?" "Tapi kami tidak ingin ada fitnah jika Della tetap berada di rumah ini." "Kalau begitu kalian bisa menikahkan Della terlebih dahulu." Daniel menyahut dengan cepat. "Nggak bisa begitu Mas Daniel. Aku tidak ingin menikah tanpa kehadiran Kak Risa," sanggah Della dengan cepat. "Jika kamu tetap berpegang teguh pada prinsipmu, itu artinya kamu tidak mencintai Risa." "Bukan begitu, Kak." "Saat ini Risa membutuhkan terapi yang hebat untuk mengembalikan ingatannya dan kesehatannya. Jika kita membawa dia ke rumah sakit jiwa
Tubuh Della seketika melemas mendengar perkataan Cinta. Dia tidak menyangka kakaknya akan bernasib sangat menyedihkan malam itu. Dia tahu persis bagaimana Risa menjaga dirinya dengan baik dari godaan laki-laki demi menjaga kesucian cintanya dan kesetiaannya pada Gilang.Namun pada kenyataannya, Mr. Hua malah merenggut kesucian itu dengan seenaknya."Aku memintamu di sini untuk menjaga Risa di ruang rawat inap. Aku dan Daniel akan segera mengurusi Mister Hua agar mendapat hukuman yang setimpal," ujar Cinta seraya mengusap punggung Della dengan lembut.Cinta sedang memikirkan semuanya. Dia harus segera menyelesaikan masalah tersebut sebelum Mr. Hua memutar balikan fakta. Perempuan itu pun segera berlari menuju Daniel yang sedang berjaga di ruang ICU di mana Gio sedang dirawat."Sayang, kita tidak bisa menunggu ini terlalu lama. Kita harus segera menyerahkan Mr Hua kepada pihak polisi. Aku tidak ingin b******* itu bisa bebas begitu saja." Cinta berujar dengan wajah cemas.Daniel menoleh
Cinta seketika menarik napasnya dalam-dalam karena apa yang dikatakan oleh Daniel memang benar. Cinta bahkan mencurigai Daniel telah melakukan perselingkuhan dengan Risa setelah mendapat kiriman foto tersebut.Tiba-tiba saja Cinta menjadi kepikiran tentang siapa yang telah mengirimkan foto Daniel bersama Risa di jalan tersebut."Daniel Siapa kira-kira yang telah mengirimkan fotomu ke ponselku?" tanya Cinta Seraya menoleh ke arah Daniel."Kita akan segera mencari tahu setelah kita menemui Risa," sahut Daniel.Daniel kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga beberapa menit kemudian ia telah memarkirkan mobilnya di halaman sebuah hotel.Daniel langsung mengajak Cinta untuk naik ke lantai tiga di mana ia meninggalkan Risa di dalam kamar tadi.Setelah sampai didepan pintu kamar Risa, Daniel dan Cinta pun mengetuk pintu berkali-kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Daniel dan Cinta saling pandang karena pikiran mereka mulai berkelana."Aku menghawatirkan Risa
Cinta terbelalak mendengar ucapan Daniel. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Daniel berbohong demi menutupi kebusukannya. Cinta mendorong tubuh Daniel dengan kuat sehingga Daniel terjatuh di atas ranjang."Cinta, apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak mempercayaiku sebagai suamimu?" Daniel menatap Cinta dengan tajam. Ia merasa Cinta mencurigainya, terlihat dari sorot mata Cinta yang begitu tajam.Cinta melengos mendengar perkataan Daniel. Ia sangat kecewa karena ternyata Daniel sudah berani bermain dibelakangnya dengan Risa. Bahkan saat ini Daniel berani berbohong dan mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua. Sebuah kenyataan yang tidak bisa dipercaya karena Mister Hua sudah pulang terlebih dahulu setelah meeting selesai. Bagaimana mungkin Cinta bisa mempercayai perkataan Daniel."Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu katakan? Kamu pikir aku akan percaya dengan kamu mengatakan bahwa Risa diperkosa oleh Mister Hua? Itu alasan yang sangat tidak masuk akal, Daniel." Cinta m
Daniel membawa Risa menuju sebuah hotel untuk menenangkan Risa. Lelaki bermata sipit itu tidak tega membawa Risa pulang ke rumahnya karena keadaan Risa yang sangat memprihatinkan. Risa pun tidak ingin pulang ke rumahnya karena ia merasa masih sangat ketakutan. Risa terus memeluk dirinya dengan jas milik Daniel. Risa meminta Daniel untuk membawanya ke sebuah hotel karena ia tidak ingin apa yang terjadi padanya diketahui oleh anak-anaknya ataupun Della. Ia merasa apa yang terjadi pada dirinya merupakan aib yang harus dia tutupi dari siapa pun.Daniel segera membawa Risa masuk ke dalam kamar hotel dan mendudukkan Risa di tepian ranjang. Ada rasa iba dalam hati Daniel melihat Risa yang begitu ketakutan. Seketika Daniel teringat pada pesan Gilang untuk menjaga Risa dan Gio juga perusahaannya dengan baik. Daniel bahkan telah berjanji pada Gilang di atas makamnya.Risa merapatkan jas yang Daniel berikan ke tubuhnya. Rasa takut membuat Risa tidak ingin melepaskan pelukannya dari Daniel. Pere
Cinta mondar-mandir di dalam kamarnya karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Daniel belum kembali ke apartemen. Perempuan berambut pendek itu menatap keluar jendela dan memandangi lampu lampu yang menerangi kota Jakarta sehingga kota itu terlihat sangat indah. Cinta kembali mengecek ponselnya dan melakukan panggilan kepada Daniel. Namun telepon Daniel tak kunjung diangkat membuat Cinta semakin gelisah. Saat ia sedang berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba kedua bayi kembarnya menangis bersamaan membuat Cinta semakin bingung. Cinta pun mencoba menenangkan Anggun dan Anggur dengan memeluk kedua bayi itu bersamaan. Namun meskipun Cinta sudah menggendong kedua bayi kembar itu dan menyanyikan lagu-lagu yang biasa dinyanyikan akan tetapi bayi-bayi itu tak kunjung reda tangisannya. Carissa yang saat itu sedang berada di ruang depan bersama Meri menoleh ke arah pintu kamar Ibunya yang tertutup rapat. "Kenapa dede bayi menangis terus dari tadi ya, Bik?" Carissa menge
Risa tidak menyadari ada mobil yang menguntitnya dari tadi di belakangnya. Risa sedang menyetel musik yang sering diputar oleh Gilang setiap kali mereka bepergian. Matahari mulai meninggalkan bumi dari pancarannya. Biasnya yang kuning keemas-emasan perlahan-lahan menghilang. Risa mempercepat laju kendaraannya karena ia tidak ingin sampai di rumah ketika waktu sudah melewati salat magrib. Risa terlambat karena tadi mengalami kemacetan yang cukup panjang sehingga ia harus terlambat pulang ke rumah. Sebelumnya Risa tidak pernah pulang setelah memasuki waktu magrib karena dia tidak pernah mengalami macet panjang seperti saat ini. Jalanan mulai lengang. Saat Risa masih dengan santainya mengemudikan mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil menghadang mobil Risa dari depan. Mobil tersebut melintang dan menyebabkan Risa menghentikan laju kendaraannya. Risa mengernyitkan keningnya karena penumpang tersebut tak kunjung keluar dari mobil. Risa sedikit merasa takut karena jalanan tersebut cukup sepi
Risa terkejut saat melihat kehadiran Mister Hua yang tiba-tiba berada di dalam ruang meeting. Semua anggota meeting pun tak satupun yang berani bersuara. Mereka terdiam seribu bahasa seakan menyalahkan Risa atas keputusan yang diambil olehnya. "Maaf Pak, Anda terlambat selama lebih dari lima belas menit, Saya tidak menyangka jika anda akan tetap menghadiri meeting ini," sahut Risa Seraya mengangguk hormat pada Mister Hua. Mr.Hua menyunggingkan senyumnya dan mendudukkan bokongnya di kursi yang telah tersedia. Lelaki berkulit putih dengan tinggi hampir menyamai Daniel tersebut menatap penampilan Risa dari ujung kaki sampai ujung kepala. Risa yang diperhatikan dengan seksama oleh Mister Hua merasa risih dan memutuskan untuk duduk di kursi. "Mungkin lebih baik saya menjelaskan tentang perkembangan perusahaan kami dengan duduk saja," ujar Risa. Perempuan berambut panjang itu kemudian menjelaskan secara detail kepada seluruh pengusaha yang hadir tentang perkembangan perusahaannya dan ju
# 13Risa memang tidak memiliki sahabat di Jakarta karena dulu ia bekerja di cafe dan hanya memiliki satu teman yaitu Anita, tapi telah lama, sahabatnya itu tidak bisa lagi dihubungi karena pindah ke luar pulau Jawa.Risa hanya mengenal Cinta dan Rachel yang merupakan sahabat suaminya. Akan tetapi, Rachel pun tidak berani Risa jadikan teman curhat karena perempuan yang merupakan kelahiran Tiongkok itu jarang berada di Jakarta.Risa kembali menatap keluar jendela dan melihat sinar matahari mulai bergeser dari atas kepala menyinari tepat jendela kantor nya. Perempuan berambut panjang itu menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba menghibur hatinya yang sebenarnya sedang dilanda rindu yang teramat sangat pada Almarhum Gilang suaminya."Namun terkadang aku yang terlanjur lelah mengurusi si kembar suka mengalami penurunan mood jika sudah berada di perusahaan. Begitupun sebaliknya, aku yang sedang capek dengan urusan pekerjaan mudah tersulut emosi saat berada di rumah dan menghadapi kelakuan si