Bab 85*******Cinta terbangun ketika mendengar suara Adzan subuh berkumandang.Cinta segera bangun dan melaksanakan ibadah salat Subuh.Cinta melirik jam dinding. Pukul setengah enam pagi. Cinta segera bersiap dan memanaskan sepeda motornya."Nak, mau kemana subuh begini?" tegur Bu Ruslan kepada putrinya."Eh, Ibu. Cinta mau ke kantor cabang. Ada pekerjaan penting!" sahut Cinta."Sepagi ini?" Bu Ruslan mengerutkan keningnya."Seharusnya ini pekerjaan kemarin, tapi, Cinta tidak datang. Jadi hari ini harus dikerjakan!" sahut Cinta."Tidak sarapan dulu?" "Nggak. Cinta berangkat, ya, Bu!" Cinta mencium tangan ibunya dan segera berlalu menemui Daniel.Cinta melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.Gelisah yang dirasakannya membuat Cinta bertekad cepat sampai.Ketika memasuki pekarangan kantor, Cinta melihat mobil Daniel terparkir dan Cinta merasa lega. Dengan segera, Cinta membuka pintu kantor CEO yang menghubungkan langsung dengan kamar Daniel. Suara jantungnya kian bertalu-t
Bab 86Berkunjung ke rumah Gilang******"Beneran? Hari ini?" Carisa terbelalak.Daniel mengangguk. "Om sudah membeli tiket pesawat. Sekarang, mama sedang mengemasi pakaian Carisa." sahut Daniel."Apa Carisa tidak menggangu pekerjaan kalian?" tanya Pak Ruslan menghampiri Daniel."Sama sekali tidak, Pak. Carisa nanti akan saya titipkan di rumah sahabat saya jika kami ada meeting penting!" sahut Daniel."Amira itu seumuran dengan Carisa, Om?" tanya Carisa antusias."Iya. Anaknya baik dan tidak sombong. Nanti, kalau mama dan Om tidak sempat mengajak Carisa jalan-jalan. Carisa akan ditemani Amira dan Om Andi jalan-jalannya." sahut Daniel."Om Andi juga ikut?" Carisa menoleh keluar rumah. Dimana Andi sedang menelepon seseorang."Tentu, Sayang! Om Nai, Mama, dan Om Andi adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan!" sahut Daniel tersenyum."Horee ... Carisa bisa kapan aja jalan-jalan tanpa Mama dan Om Nai, kan?" Carisa begitu antusias."Tentu saja, Sayang. Mama dan Om Nai sibuk meeting deng
Bab 87******* "Haih, apa-apaan Lo, Bro? Beli bunga segala?" Gilang tersenyum miring melihat Daniel membawa buket bunga yang besar."Istri kita belum saling mengenal. Mungkin melalui buket bunga ini. Mereka a bisa dekat dan saling curhat!" bisik Daniel di telinga Gilang."Mereka curhat tentang kita?" Gilang tertawa terkekeh.******Mobil sampai di halaman sebuah rumah yang besar dan mewah.Daniel membantu Gilang menurunkan koper mereka."Pak Sapto, minta bantuan Bik Jum dan Bik Asih untuk membawa koper ini kedalam!" ujar Gilang kepada seorang sopir bernama Sapto.Mereka lalu melangkah masuk ke dalam rumah dan disambut oleh seorang perempuan dengan menggandeng anak perempuan seumuran dengan Carisa."Sayang, kenalkan, Ini Daniel. Dan ini sekretarisnya!" Gilang memperkenalkan Cinta dan Daniel kepada istrinya.Mereka lalu duduk di ruang tamu. Cinta menatap Risa dengan seksama. Ada yang berbeda dari wanita itu.Cinta menangkap sesuatu yang bersinar keluar dari wajah perempuan cantik itu.
Bab 88Tersiksa********"Kayaknya sekretarisku perlu belajar masak sama istrimu, Bro!" ujar Daniel menatap Cinta dengan genit.Cinta menghentikan makannya. Menatap Daniel yang terlihat begitu menikmati makanan yang ada di dalam piringnya.Cinta merasa tersinggung dengan perkataan Daniel. Selama enam bulan menikah, Cinta memang tidak pernah memasak spesial untuk Daniel selain nasi goreng dan makanan cepat saji lainnya.Tiba-tiba saja, Cinta merasa gerimis melanda hatinya. Cinta meletakkan sendok dan garpu di atas piring kosong. "Aku sudah selesai!" Cinta bangkit dan meninggalkan meja makan dengan tergesa.Daniel melihat gelagat yang tidak biasa dari raut wajah Istrinya. Seperti rasa ... Kecewa.Cinta duduk di sofa tamu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Merasa kalau Daniel membanding-bandingkannya dengan Risa. Bahkan meminta Cinta untuk belajar memasak dari Risa."Mama ...!" Cinta terkejut karena tiba-tiba saja Carisa sudah berada di hadapannya."Hey, Sayang!" Cinta mengusap rambut
Bab 89******Daniel baru menyadari kalau perkataanya di meja makan ternyata melukai perasaan Cinta.Daniel tidak bermaksud membandingkan Cinta dengan Risa yang pandai memasak. Daniel hanya bermaksud menggoda."Sayang, aku mohon buka pintunya. Kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Daniel menggedor pintu kamar, tapi tidak ada jawaban.Cinta bergeming. Tidak memperdulikan panggilan Daniel."Sayang! Aku mohon!" Daniel kembali menggedor pintu kamar. Setelah lelah merayu dan membujuk. Daniel merebahkan dirinya di sofa. Rasa lelah membuat matanya mengantuk dan tertidur.***Cinta sudah mandi dan berganti pakaian. Cinta melirik jam dinding. Sudah hampir waktunya salat magrib. Daniel tidak lagi menggedor pintu kamar.Karena penasaran, Cinta membuka pintu kamar dan mencari keberadaan Daniel. Hati Cinta terenyuh melihat Daniel yang berbaring di sofa berbantal lengan dengan separuh kaki terjuntai ke bawah.Sesaat, Cinta merasa bersalah pada Daniel. Karena seharusnya Daniel sudah mandi dan merasa
Bab 90Saran dari Rachel*******"Sayang ...!" Daniel terkejut melihat Cinta berdiri di dekat pintu kamar mandi.Daniel mendekati Cinta, dan membelai rambut pendek Istrinya itu."Maafkan aku!" Cinta menatap Daniel dengan sendu."Tidak ada yang perlu dimaafkan, Sayang!" Daniel menghapus air mata yang mengalir dari wajah Cinta.Tatapan mereka bertemu. Lagi. Daniel melihat kilatan cinta yang mendalam di dalam sorot mata itu.Daniel merasa Cinta teramat sangat mencintainya, tapi, Daniel sendiri tidak bisa menebak, mengapa Cinta tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Daniel.Bahkan, setiap Daniel mencumbu Cinta, dapat Daniel dengar degub jantung Cinta dan desah napasnya yang bergelora menahan hasrat. Namun, entah mengapa, Cinta memilih menggigil kedinginan dan menangis. Dari pada harus mengungkapkan perasaannya.Daniel menggendong Cinta dan membawanya ke atas ranjang. Menarik Cinta ke dalam dekapannya. Membiarkan Cinta merasakan kenyamanan yang membuatnya bahagia."Kamu tahu, Sayang!
Bab 91********Ponsel cinta berdering.Cinta mengusap layar, sebuah panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Cinta menolak telepon tersebut, karena semenjak kejadian paparazi, Cinta tidak pernah lagi menerima telepon tanpa nama.Ponsel cinta berdenting. Sebuah chat masuk.[Cinta, angkat teleponnya. Rachel!]Cinta tersenyum karena ternyata yang menghubunginya adalah Rachel."Halo, Rachel!""Cinta, kamu masih di rumah Gilang?" tanya Rachel di seberang sana."Iya, nih. Ada apa?""Maaf, ya, aku nggak bisa ikut kalian ke taman pagi ini. Ada insiden kecil, Jadi, kemungkinan nanti sore aku akan menyusul!" "Insiden kecil? Ada apa?" tanya cinta heran."Biasalah. Zico dan Niko bermain sepeda di depan rumah. Lalu mereka terjatuh. Kakinya sedikit terluka. Saat ini mereka sedang cengeng-cengengnya. Nanti sore akan membaik lagi!""Baiklah, kalau begitu aku dan Risa saja yang berangkat ke taman pagi ini!"Cinta matikan telepon bersamaan dengan datangnya Risa.Mereka langsung berangkat ke taman dia
Bab 92Malam pertama*******"Apa yang harus aku lakukan?" Cinta menatap Rachel dan Risa bergantian."Jangan siksa dirimu dan Daniel. Tidakkah kamu kasihan pada Daniel? Betapa menderitanya seorang lelaki yang menahan hasrat yang membuncah? Daniel merasakan sakit kepala yang teramat sangat!" Cinta terbelalak."Maksudmu?""Kalau kamu hanya merasakan seluruh tubuhmu menggigil. Daniel merasakan seluruh tubuhnya sakit. Bahkan, kepalanya akan terasa sakit melebihi Vertigo. Itulah mengapa Daniel selalu mandi jika hasratnya tidak tersalur. Namun, itu tidak sepenuhnya meredam kesakitan, karena Daniel akan merasa tersiksa selama beberapa jam!" papar Rachel.Cinta semakin menangis mengingat kejadian demi kejadian yang dilihatnya. Berkali-kali Cinta melihat Daniel yang berlari ke kamar mandi setelah mereka saling bercumbu.Rachel dan Risa tidak mengerti apa yang terjadi sehingga Cinta menangis dengan menutup wajahnya. Mereka hanya mengusap punggung Cinta dengan lembut, agar kepedihannya dapat te