Zach membawa tubuh Liora hingga ke tempat tidur. Dia merebahkannya dengan hati-hati seraya tetap mempertahankan ciuman mereka.
Sebelah tangannya memainkan rambut Liora sementara sebelah lagi mengelus lembut pipi wanita yang paling dicintainya itu.Bolehlah jika hari ini, siang ini dia menyatu lagi dengan Liora? Itu yang Zach pikirkan ketika dia terus memagut bibir tipis Liora dan melumatnya penuh kelembutan.Balasan yang didapatnya dari Liora pun turut membakar gairahnya semakin menjadi. Wanita itu tidak menolak seperti sebelum-sebelumnya.Zach memperdalam ciumannya lalu menyusuri leher Liora dengan cecapan yang membuai.Tangannya semakin turun dan mulai melepaskan kancing kemeja kerja Liora. Tali bra pun diturunkan dan kembali Zach menyecap pucuk merah muda Liora yang sudah menajam.Lidahnya memberikan pijatan lembut yang memancing hasrat sementara tangan satunya bergerilya menuju punggung Liora dan melepaskan kaitan bra di sana“Maafkan aku, terlalu memikirkan impianku sendiri,” katanya lagi.Tapi Liora menggeleng meskipun kepalanya tertahan lengan kokoh Zach.“Kau tidak salah, Zach. Impianmu itu penting untukmu. Tanpa impianmu, kau bukanlah Zach yang kukenal. Aku tidak pernah menyalahkanmu. Justru aku yang minta maaf, telah membuat keputusan yang salah. Maafkan aku.”“Kau tidak salah, Love. Aku yang salah. Tidak seharusnya aku meninggalkanmu saat itu.”Air mata berderai di wajah Liora dengan kedua mata Zach pun ikut berkaca-kaca.Setelah beberapa saat mereka diam dan mengatur perasaan masing-masing, Zach pun mengurai pelukannya. Dia menatap dalam-dalam kedua manik Liora.“Sekarang kau mau kan kembali padaku? Kau mau kan melahirkan anak kita dan membesarkannya bersamaku? Kau mau kan menjalani bahtera rumah tangga bersamaku?”Zach menatap Liora begitu lekat seakan ada jawaban yang terselip di netranya.“Asalkan kau bersedia, aku akan me
Tapi aku mencintaimu ...Tapi aku mencintaimu ...Aku mencintaimu ...Kalimat itu berdengung terus di benak Liora seperti kaset rusak. Setelah selama ini bersama dengan Zidane, dia tak pernah menyangka sedikit pun bahwa Zidane ternyata memiliki rasa cinta untuknya.Rasanya itu sesuatu yang sulit dipercaya.Bagaimana bisa Zidane yang tak pernah menyentuhnya mengaku mencintainya?Jangankan menyentuh, mencium saja tidak.Dan jangankan mencium, quality time untuk weekend saja tidak. Lalu cinta darimana?Liora merasa perutnya diaduk. Dia tak tahu harus mempercayai kalimat di kertas Zidane atau apa yang dia rasakan selama ini.Rasanya sangat tidak mungkin jika Zidane mencintainya.Liora pun melangkahkan kaki hendak mencari minuman hangat agar bisa menetralkan perasaannya. Namun, tiba-tiba langkahnya tersandung sesuatu yang menggelinding di lantai.Liora mencari benda itu.Ternyata adalah botol berwarna put
Liora tidak naik kendaraan.Apotek terdekat bisa ditempuh dengan jalan kaki.Hari juga belum terlalu malam. Dia berjalan cepat dengan memegang erat mantelnya.Meskipun bulan Desember musim dingin sudah mendominasi di California, tapi Liora masih bersyukur kali ini saljut turun lebih jarang.Dan malam ini, meskipun angin dingin, tapi salju tidak turun.Liora mengeratkan mantelnya dan mempercepat langkah kakinya.Apotek sudah berada sepuluh meter lagi di depannya tapi seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya.“Hah!” Liora terkejut dan menoleh.Tampak Celine menatapnya heran.“Hei, Lio ... aku hanya ingin menyapa saja. Aku melihatmu dari sana. Kau sendirian saja?”“Ah? Iy- iya. Aku sendirian.”“Oh, ke mana suamimu?” tanya Celine lagi dengan wajahnya yang tetap tersenyum. Wanita itu pun sendirian dengan mantel panjang.“Err, dia sedang ... sakit.”
Terdengar suara Clint di ujung sana bicara pada Zidane.“Aku ke depan sebentar. Adikku menelpon.”Tidak terdengar jawaban dari Zidane dan tak beberapa lama, Clint menyahut lagi, “Ada apa?”Liora menanyakan semua yang ingin diketahuinya pada Clint, terutama mengenai penyakit Zidane.Sayangnya, pria itu begitu patuh pada Zidane.“Maaf, aku tidak bisa memberitahumu itu. Itu tidak etis bagiku. Lebih baik Anda tanyakan sendiri pada dia.”Emosi Liora sedikit meningkat karena jawaban Clint ini.“Kenapa kalian ini seperti takut sekali memberitahukan penyakit Zidane padaku? Aku istrinya!” Liora nyaris berteriak.“Justru itu. Kalau dia ingin kau mengetahuinya dia sudah memberitahumu dari dulu. Tapi dia tidak melakukannya. Berarti dia tidak ingin kau tahu.”Liora kembali terperangah hingga dia terdiam cukup lama.Di saat itu, Clint kembali berkata, “Dia bahkan
Zach rasanya sulit mempercayai kata-kata Liora. Benarkah Liora memberikan dirinya kali ini? Liora tidak sedang mempermainkannya, bukan?Jangan sampai, saat sudah di tengah-tengah aktivitas mereka, Liora mendorong tubuhnya lagi.Memikirkan itu, jujur saja Zach takut kecewa.Tapi saat dia memandangi wajah cantik Liora, wanita itu membalas tatapannya dengan keyakinan pasti, meskipun kedua matanya terlihat sendu.Zach ingin bertanya, tapi hasrat mereka lebih mendominasi saat ini.Di kecupnya lembut bibir Liora sambil bertanya, “Kau yakin?”“Yakin sekali. Aku menginginkanmu, Zach,” ujar Liora setengah memohon seraya jari lentiknya merayap di dada Zach, di sela kancing kemeja yang terbuka.Liora mengusap di sana membuat gairah Zach semakin meninggi.Dia pun tak menunggu lebih lama lagi. Zach melepaskan mantel tebal Liora dan langsung meraih lutut Liora dan menggendongnya untuk dibawa ke kamar.Kemarahan
Liora tidak langsung menjawab. Dia diam dan masuk dalam pelukan Zach lebih lekat lagi.Tubuhnya menempel ke tubuh Zach dengan kondisi mereka yang masih menyatu, meskipun hasrat itu sudah surut.“Maumu bagaimana, Zach?” tanya Liora sembari menatap kedua mata Zach.“Kalau mauku, kau di sini setiap hari, tidak lagi kembali ke apartemen Zidane.”Seiring kata-kata Zach selesai, binar manja di mata Liora pun meredup. Zach melihatnya dan merasa jantungnya bagai jatuh ke dasar laut. Why, Liora? Apa yang kau pikirkan?Tapi Liora sudah mengalihkan tatapannya ke hidung mancung Zach. Dengan jarinya dia menelusur lalu menuju bibir. Dikecupnya lembut bibir itu sebelum dia menelusur lagi ke rahang Zach yang kini ada bekas sisa cukuran.Zach menangkap tangan Liora yang kini hendak turun menyusuri kulit lehernya. Saat itu, tatapan Liora terpaku pada punggung tangannya dan dia membelalak.“Kenapa ini?” tanyanya sambi
Aku sudah tak sabar menikmati hidangan penutupku,” bisik Zach dengan suara parau yang terdengar seksi dan girang, ketika dia tiba-tiba menggendong Liora ala bridal style.“Aaargh!” seru Liora dengan kebahagiaan meluap di dadanya. Dia terkejut dan memekik spontan.Langsung dia lingkarkan lengannya di leher Zach.“Permintaanmu terlalu menggoda, Love. Aku akan menikmati ini dengan sangat baik,” ucap Zach lagi seraya menurunkan Liora perlahan di samping kolam jacuzzi-nya.Saat itu, kolam sudah dalam keadaan menyala dan mengisi air.Zach mengecek suhu air dan ketika merasa sudah pas, dia hendak menggendong Liora lagi untuk diceburkannya ke kolam.Tapi Liora menghindar sambil tertawa. “Aku bisa sendiri. Kau jangan membuat bajuku basah.”“Tidak masalah, kau bisa memakai bajuku.”Liora menggeleng meski masih dengan tawa di wajahnya. “Tidak ... bajumu kebesaran.”S
Kegelisahan kembali menguasai Liora. Dalam gelap kamar Zach, sesak itu menjalari hatinya yang lalu merambat dan menyusuri pembuluh darahnya dengan perlahan. Tangannya bergetar ketika dia menyadari apa yang harus dia lakukan. Liora mendekati pinggiran ranjang tempatnya tertidur tadi. Posisi Zach masih sama, tidur miring ke arahnya. Rasanya Liora ingin sekali mengelus rambut Zach yang tergerai di keningnya. Tapi jika dia melakukan itu, Liora takut Zach terbangun. Dia pun menahan diri dan berjongkok di sana masih sambil memandangi wajah Zach. “Maafkan aku, Zach. Percayalah, aku mencintaimu,” bisik Liora dari tempatnya, nyaris tak terdengar. Tak ada respon dari Zach. Liora tahu Zach sedang tertidur nyenyak. Menghapus butiran bening yang sudah menggenangi pelupuk matanya, Liora pun melepaskan cincin berlian pink yang diberikan Zach lalu meletakkannya di atas nakas, di samping lampu tidur. “Maafkan aku. Padahal kau mengajakku ke dokter kandungan,” bisiknya lagi dengan hati yang penu
Wajahnya muram penuh dengan kesedihan.Zach yang melihatnya memintanya datang.“Clint. Terima kasih sudah hadir. Terima kasih juga sudah menemani Zidane selama pengobatannya.” Zach memeluknya, berusaha keras menahan lidahnya untuk tidak mengatakan pikirannya bahwa Clint seharusnya memberitahu keluarga besar mereka tentang penyakit Zidane sebelum semuanya terlambat.Tapi Zach juga tahu, tidak ada gunanya lagi mengatakan itu semua. Zidane telah pergi dan hanya Clint yang berjasa menemani setiap langkah Zidane sampai akhir hayatnya.“Maafkan aku, Zach. Aku seharusnya tidak menutupi kondisinya. Aku menyesal. Tapi ... Zidane patah arang.”Clint menatap Liora, merasa tak enak untuk menceritakannya.Saat itulah, ibu Zach datang dan meminta Clint menceritakan lebih lanjut.“Boss Zidane ... saat perceraian dia masih bisa tegar. Tapi beberapa bulan kemudian, dia kembali terinfeksi virus yang sama. Kondisinya ini membuat keadaan tubuhnya semakin memburuk.Saat itulah dia putus asa.”“Bagaimana b
“Untukmu, Love.”Penuh rasa ingin tahu, mereka membukanya dan ternyata ...Itu adalah surat cerai baru yang sudah ditandatangani Zidane.Di balik sana ada selembar kertas kecil.Zidane menulis:[Kamu mengirim surat pembatalan menikah, aku sudah merobeknya. Tapi ini aku mengirimkan surat perceraian. Aku tidak rela jika pernikahan kita dianggap kesalahan. Pernikahan kita pernah terjadi dan itu atas kemauan ku dan kamu bersama-sama.Jadi, ini adalah perceraian yang kamu mau.Aku sudah merenung dan aku sadar tidak ada gunanya menjadi suamimu jika pada akhirnya tidak akan pernah mendapatkanmu seutuhnya.Jalani hidupmu sebahagia yang kamu bisa.Untuk Zach, aku titipkan cinta yang pernah bersemi dalam hatiku.Aku tidak marah lagi pada kalian, aku hanya marah pada takdir.Jika memang takdir hidupku seperti ini, kenapa takdir membiarkan cinta yang begitu besar tumbuh di hatiku ini teruntuk dirimu, Liora?Andai aku tidak mencintaimu, aku akan lebih mudah menjalani hidup dan sakitku ini.Selamat
“Apa? Kau dan Liora?” Ibunya Zach berteriak histeris ketika mendengar penjelasan Zach.“Apa-apaan ini?”Wanita itu bangun dan menatap garang pada Liora. Tangannya terangkat dan tanpa diduga ...Plak!“Kau keterlaluan! Tidak tahu diri!”“Mom! Jangan menamparnya!” Zach merangkul Liora dan menjauhkannya dari sang ibu. “Dia tidak salah!”“Apa yang tidak salah! Kalian sudah melakukan hal gila! Zidane itu adikmu, Zach! Bagaimana bisa kamu begitu tega padanya?”“Mom! Aku dan Liora sudah berpacaran dari sebelum dia menikah dengan Zidane. Hanya saja waktu itu ada situasi yang membuat Liora terpaksa menikahi Zidane-”“Terpaksa kau bilang?” Kedua mata ibunya semakin melotot. Ayah dan kakeknya pun ikut memelototinya.“Terpaksa atau hanya memanfaatkan Zidane? Kau memang sialan!” ujarnya marah sambil menunjuk ke arah Liora.Lalu dia menatap marah pada Zach. “Aku tidak akan pernah merestui kalian!”Ibunya langsung keluar sedangkan ayahnya tiba-tiba memegangi Grandpa Hank yang lagi-lagi terkena sera
“Aku sudah melihat semuanya. Lagipula kau masih istriku, Lio!”Zidane tertawa mengejek melihat tingkah Liora yang buru-buru memakai dalamannya. Bahkan di saat seperti itu Liora masih teramat manis.Wajah Zidane berubah masam mengejek dirinya sendiri.‘Cintamu tidak memiliki harga diri lagi, Zid!’Begitu yang dia pikirkan dalam benaknya.“Kau menaruh sesuatu di minumanku!” tuduh Liora setelah dia berusaha mengingat hal terakhir yang dia lakukan tadi. Tangannya spontan mengelus perutnya.“Kau tahu aku mengandung, tapi kau memberiku bius? Zid, kau bisa mencelakai janinku. Bayiku ini juga keponakanmu, Zid!”Zidane hanya tertawa. “Justru itu! Kalian keterlaluan! Apa yang aku lakukan ini hanya untuk membalas sedikit rasa sakit hatiku!”Seketika Liora jadi teringat alasan kenapa dia berada di sana.“Maafkan aku, Zid. Aku tahu aku sudah menyakiti hatimu. Tapi ... jika kita meneruskan ini, aku akan semakin melukaimu, Zid. Aku ... kau adalah temanku. Aku ...”Liora kehilangan kata-katanya. Dia
Di dalam kamar, Zidane menatap tubuh Liora dengan pandangan tergiur.Sungguh tubuh istrinya ini sangatlah menggiurkan.Walau tidak sebahenol Janet, tapi Liora memiliki tubuh idealnya sendiri. Tubuh yang seharusnya menjadi miliknya.Zidane mulai mengelus bagian-bagian yang menggiurkan. Dia memulainya dari pinggul.Sungguh halus dan mulus pinggul Liora. Berbeda dengan kulit Janet yang kasar dengan sedikit bersisik.Di benaknya dia berpikir bahwa Liora masih sah istrinya. Dia bisa dan berhak atas tubuh Liora.Zidane semakin menggila dan mulai mengendus leher Liora.Dia mengecup lembut seraya merayapkan bibirnya menuruni leher hingga ke bahu terbuka Liora.Aroma Liora sangat menggiurkan baginya.Tangannya pun tak tinggal diam, meremas dada Liora dan mulai berusaha melepaskan tali bra.Klik!Kaitan bra terlepas, kini saatnya mulai melepas bra dan menikmati hidangan utama tubuh Liora.Tepat saat itu,Teriakan Zach membahana dari balik pintu yang telah dikunci Zidane.Dia memang membiarkan k
“Duduk dulu, Honey,” kata Zidane dengan suara lembut yang di telinga Liora seperti dibuat-buat.Sedikit bingung Liora mendengarnya. Setelah lama Zidane memanggilnya dengan nama, kenapa sekarang tiba-tiba Zidane memanggilnya honey lagi.Liora pun duduk sementara Zidane ke dapur dan membuatkannya minum.Mendengar bunyi gelas dan air, Liora pun gegas menyusul. “Tidak perlu, Zid. Tidak perlu repot-repot padaku.”“Tidak apa-apa.”Zidane selesai membuatkan minum untuk Liora segelas teh chamomile kesukaan Liora.“Diminum,” kata Zidane lagi saat melihat Liora hanya memegangi gelas itu.Tak enak pada Zidane, Liora pun meminumnya dua teguk. Lalu meletakkan di meja dapur.“Enak?”“Enak. Terima kasih, Zid.”“Kau mau sekalian mengambil baju-bajumu? Masih banyak bajumu di sini.”Berpikir ada Zach di tempat parkir yang menungguinya, Liora pun setuju. Setidaknya dia bisa mengambil setengah pakaiannya saja sudah sangat bagus.“Silakan,” kata Zidane seraya mengulurkan tangannya ke arah kamar.Liora mel
Zidane sedang berkutat di kantornya.Saat ini dia sudah seperti robot tak bernyawa.Dia hanya bekerja lalu pulang untuk berisirahat.Kalaupun kejenuhan dan kehampaan menyergapnya, Zidane akan ke bar, lalu minum beberapa teguk.Akhir pekan dia akan mendatangi Janet.Terkadang malah di tengah pekan, Zidane akan mendatangi Janet dengan naik pesawat, lalu esok paginya dia kembali lagi ke California.Bagi Zidane, hasratnya sekarang menyala lagi dan dia melampiaskannya tanpa menahan lagi. Dan Janetlah partnernya selalu.Tok tok tokPintu ruangannya diketuk dan Zidane mengangkat wajah.“Masuk!”“Siang, Pak. Ada yang perlu kulaporkan, Pak.”“Masuklah.”Zidane mempersilakan Clint untuk masuk dan duduk.Begitu duduk, Clint mengeluarkan tanda bukti pembayaran.Dia menyerahkan pada Zidane yang menatapnya dengan kernyitan yang makin lama makin terlihat jelas.“Apa ini? Dari Liora?”“Iya, Bos. Pesannya berhubungan dengan pengiriman ini adalah-”“Aku bisa baca sendiri!” sergah Zidane penuh kemarahan
“Kenapa kau malah menangis?” tanya Zach kesal melihat tingkah Merlyn yang penuh drama.“Aku memang mengandung,” katanya di sela isak tangis.Orang tuanya, orang tua Zach, serta Liora pun terkesiap lagi. Entah Merlyn memang mengandung atau karena dia tetap tak ingin melepaskan Zach.Tapi pengakuannya membuat Liora was-was.Bagaimana jika memang Zach dan Merlyn pernah berbagi satu malam?“Kau jangan mengada-ngada, Merlyn! Ini merupakan bukti, malam itu kau pulang dan kita tidak melakukan apa pun.”Merlyn tetap sesegukan dengan menyembunyikan wajahnya.“Bagaimana, Merlyn? Katakan yang sejujurnya.”Ayahnya mulai angkat bicara dan Merlyn makin menangis. Dia memang tak bisa menghindar lagi.“Aku memang mengandung, tapi bukan anak Zach. Malam itu memang tidak terjadi apa-apa. Pacarku menelpon dan aku pergi ke tempatnya. Di sana lah semua terjadi.”Merlyn berkata pelan berusaha tetap menyembunyikan sebagian dari ceritanya. Dari ceritanya saat ini Merlyn seakan-akan baru pertama kali berbagi r
Malam itu, selepas makan malam bersama menjadi malam yang terasa hangat bagi dua insan.Zach akhirnya mendapatkan Liora kembali dalam pelukannya.Hati yang tadinya mendendam dan ingin membalas, tiba-tiba saja surut. Yang tersisa hanyalah keinginan untuk melepas rindu.Lalu setelah semua keributan yang terjadi dengan Zidane, kebersamaan mereka disusupi perih yang menusuk hati.Liora terus memeluk Zach, memantapkan dirinya untuk bersama pria yang ada di hatinya.Pikiran Zach pun bercabang, antara memikirkan masa depan mereka harus bagaimana, juga bagaimana nasib Zidane.Biar bagaimana pun Zidane adalah adiknya. Dia harus berbuat sesuatu untuk Zidane.Ting tong!Pintu berbunyi di saat mereka hanya diam dan saling berkelana dalam pikiran masing-masing.“Biar aku buka,” kata Zach yang merasa heran, kenapa bisa ada tamu di apartemennya ini.Padahal tidak pernah dia tempati sebelumnya.Lagipula, terlalu aneh, baru tiba satu hari langsung ada tamu.Zach mengintip dari lubang intip di pintu.T