Kalimat Sebastian seperti mantra yang dilafalkan dengan penuh penghayatan. Sorot matanya penuh sihir, yang akhirnya berhasil membuat kedua manik mata Angela terpaku ke arah wajah tampan pria di depannya. Hanya beberapa detik, sampai efek mantra itu menghilang dan Angela segera mengalihkan tatapannya."Bukankah ayahmu meminta kamu untuk mencari wanita yang 1000 kali lipat lebih baik daripada aku?""Apa?""Malam hari setelah perayaan pernikahan kita."Perkataan Angela yang samar-samar menarik kedua sudut bibir pria berwajah datar itu ke atas, menyimpulkan seulas senyum, "Oh, kamu mendengarnya.""Aku hanya tidak sengaja mendengar obrolan kalian.""Lalu kamu mau melepaskanku begitu saja?"Seketika bibir Angela terkatup rapat. Muncul gejolak perdebatan yang sengit di dalam hatinya. Sebagian besar hatinya menolak keras namun bagian yang lain berteriak memaki hatinya yang selalu lemah tiap berada dalam bius tatapan mematikan Tuan Sebastian.
Hari telah berganti, malam telah berlalu. Kini mentari mulai merangkak naik dari ufuk timur. Cahaya mentari yang bersinar, membawa harapan baru pada beberapa manusia.Ditempat yang sama, di posisi yang sama Sebastian membelalak, memandangi kamar yang masih gelap tertutup tirai.Ia perlahan bangun, dengan ingatan yang masih samar kembali ke beberapa jam lalu. Menggerayangi mata dan pelipisnya.Beberapa hal gila kembali terbayang. Tentang setiap sentuhan, kecupan, ciuman, hisapan bahkan ah... pipinya yang terasa panas karena tamparan.Ya, tadi malam Angela keluar kamar dengan marah. Ia merasa dipermainkan. Padahal Sebastian hanya memberikan gadis itu waktu untuk benar-benar menerima dirinya.Bagi Sebastian, ia tidak bisa menyerahkan dirinya begitu saja kepada wanita yang belum ia ketahui bagaimana perasaannya.Walau bagaimanapun, ia masih menyisakan sedikit harga dirinya. Bukankah ia sudah sangat lugas mengutarakan perasaanya dan gadis itu bah
BCB Royal Bank terletak di pusat kota Toronto, dekat dengan Queen Street West, sebuah distrik seni yang terkenal. Daerah ini pula terdapat pusat dari keberagaman edgy, hip dan trendi. Distrik ini juga menawarkan beberapa klub dan cafe yang cukup terkenal.Kehidupan Sebastian sebagian besar ia habiskan di gedung pusat BCB Royal Bank. Sejak remaja ia terbiasa membantu ayahnya mengenal dan mengurus beberapa unit usaha yang dimiliki oleh BCB. Diantaranya ada divisi perbankan investasi BCB Capital Markets, Perusahaan Pialang Investasi BCB Dominion Securities, Situs investasi daring BCB Direct Investing dan Perusahaan Asuransi Jiwa BCB Insurance.Kantor pusat BCB merupakan salah satu gedung tertinggi dan terbesar di Toronto. Memiliki 70 lantai, dengan ketinggian 452 meter termasuk puncak menara. Meski bukan menjadi gedung tertinggi di Toronto, tetapi BCB Royal Bank dengan mudah membuat tiap mata yang melewati gedung ini terpaku dan berharap dapat bekerja dan menjadi salah satu karyawannya.
Selang lima menit setelah Lavenska dan Freddie masuk mengikuti Edward. Seorang wanita bertubuh berisi, dengan tinggi badan 155 cm dan rambut berwarna blonde pendek sebahu masuk ke dalam ruangan. Edward tersenyum singkat lalu mengangguk dan meninggalkan ruangan."Mana Boss kamu? Kenapa aku justru bertemu lagi dengan pegawai rendahan sepertimu?!" tanya Lavenska dengan menarik salah satu sudut bibirnya, ia mengangkat jarinya lalu pandangan matanya fokus mengamati ukiran pada kukunya.Alih-alih merasa tersinggung, Milly malah dengan santai menyandarkan punggungnya dan bersedekap tangan. Matanya memicing tajam dengan senyum meremehkan. "Kau tahu, Nona? Kesepakatan sekecil ini tidak perlu sampai membuat Tuan kami turun tangan. Apalagi kesepakatan ini tidak menguntungkan BCB sedikit pun!" Milly memajukan punggungnya, "Apa anda meremehkan kami, Nona?"Dagu Lavenska yang awalnya terangkat kini tiba-tiba tersentak. Ia mengubah posisi duduknya. Kali ini ia mulai berfikir bahwa wanita di depannya
Sebastian melingkarkan kedua tangannya ke tubuh ramping Angela. Jemari kokohnya dengan bebas menyentuh dan mengusap punggung mulus Angela. Angela pun mulai larut dalam buai permainan Sebastian. Tubuhnya tidak kuat menolak pesona pria yang menguasai tubuhnya saat ini.Namun seketika Angela tersadar, "Sebastian, kita sedang ada di kantor," ucapnya dengan nafas terengah-engah menerima ciuman Sebastian."Lalu kenapa?""Ta-tapi..."Sebastian tersenyum lalu kemudian menarik tangan Angela hingga membuat Angela duduk di atas pangkuannya."Apa yang kamu khawatirkan, Sayang?" Sebastian semakin liar menyelisik mulut Angela dengan lidahnya.Angela yang merasa tidak nyaman seketika terkejut saat melihat kedatangan Edward dan Milly yang membawa dokumen berisi persetujuan tanda tangan Lavenska. Seketika wajah Angela pucat diikuti dengan Edward dan Milly yang seketika membalikkan badannya dan terburu-buru kembali menutup pintu."Kamu gila, Sebastian!
Suhu kota di Toronto sudah sedikit turun, dari 42 derajat celcius menjadi 40 derajat. Meski begitu, diluar ruangan masih terasa sangat panas walau sudah memakai pakaian senyaman mungkin.Langit sudah berubah gelap ketika Sebastian dan Angela kembali ke rumah. Pasangan itu nampak kikuk bahkan hanya untuk saling menautkan pandangan mata. Sebastian yang sedari tadi menerima telepon tentang laporan karyawannya dan Angela yang sibuk membuka akun media sosialnya. Mereka pun makan siang bersama ditemani suara bising dari sekitar, tanpa percakapan yang berarti.Sebastian pun tidak mengerti, mengapa ia merasa kikuk seperti ini. Ia hanya khawatir jika ia menatap mata Angela, maka sudut matanya akan menangkap ekspresi penyesalan atau kemarahan di mata wanita itu. Sebisa mungkin ia menghindari tatapan mata mereka bertemu. Ia berharap Angela dapat membuka obrolan tapi sayangnya, ia pun mendapati wanita itu sama kikuknya seperti dirinya.Ah, sial. Sebastian merutuki dirinya sendiri yang bertingkah
Apa kau tahu apa yang membuat Angela terkejut saat ini? Bukan fakta bahwa Garvin yang memperlakukan Sebastian dengan sangat buruk tapi fakta bahwa ternyata selama ini Sebastian telah memperlakukannya seperti orang bodoh yang seolah tidak bisa membela dirinya sendiri. Entah mengapa ia lebih kecewa pada Sebastian daripada fakta terbaru yang baru saja ia dengar saat ini.Dan lebih parahnya lagi, mengapa ia tidak marah mendengar bahwa Garvin telah menggunakan dirinya sebagai tameng untuk memeras Sebastian?"Kamu pikir bagaimana bisa ia tetap mendapatkan modal usaha berkali-kali sedangkan berkali-kali juga usahanya bengkrut? Dari Ayahnya? For God's sake! Ayahnya bahkan tidak bisa mengelola bisnis kecil bagaimana bisa ia diberikan kepercayaan oleh The Great Sanders??"Sudut bibir Sarah terangkat, ia menyeringai kesal, "Jangan pernah perlakukan anakku dengan buruk, Angela! Dia bahkan rela menyerahkan hidupnya demi dirimu!"Angela berusaha keras mengontrol emosinya saat ini. Ia kesulitan meng
Malam semakin larut. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Tapi bagi laki-laki itu, semua malam terasa sama. Ia seakan terus mengulang hari yang sama, rasa sakit yang sama dan kegeraman yang hampir membuatnya gila.Laki-laki itu suka kegelapan. Ia suka saat tenang dan sunyi. Ia suka saat kegelapan bisa menyembunyikan manusia. Luar dan dalam. Dahulu ia adalah jenis manusia seperti itu, tersembunyi, luar dan dalam. Semuanya ia lakukan sendiri.Ia duduk di meja dapur, menatap butiran peluru buatannya yang nampak mengkilat. Ya, semua harus ia lakukan sendiri.Cahaya bulan menembus gorden jendela, menerpa salah satu sisi susunan peluru di atas meja. Jemari panjangnya mengambil salah satu peluru, matanya memicing mengamati salah satu peluru, memutarnya dari sisi ke sisi, terus memutar dan memutarnya. Sudut bibirnya terangkat, ia sedang membayangkan apa yang bisa dihancurkan oleh benda sekecil itu.Seketika suara tawa memenuhi ruangan. Ia sampai terbatuk tersedak oleh cairan sa
Angela membantu Sebastian mencuci peralatan makan dengan mesin cuci piring, lalu membersihkan dapur setelah mereka selesai makan. Angela tidak tahu apa yang tengah terjadi, Sebastian tiba-tiba mengajaknya berlibur ke villa dekat pantai dan menugaskan tidak ada satu pelayan pun yang ikut bersama mereka. Ini aneh, pikir Angela. Mereka terbiasa liburan ke villa tapi Sebastian tidak pernah meliburkan pelayan di villa. Apalagi, saat aku sedang hamil, pikir Angela. Tetapi ia menduga, mungkin Sebastian hanya ingin menghabiskan waktu berdua, benar-benar berdua dengan dirinya. Sudah seminggu berlalu sejak pertemuannya dengan Mark dan pria itu jelas pembual yang ulung. Kurang dari dua puluh empat jam katanya? Huh, sudah berlalu tujuh hari dan Mark belum melaporkan apapun padanya. Pria itu bahkan terkesan menghindari dirinya. Telepon iseng itu memang sudah berhenti. Tapi Angela tidak menemukan ada satu pun pelayan yang menghilang atau diberhentikan. Semua berjalan seperti biasa. Seperti tidak
Diluar dugaan, Anna justru tertawa. Suara tawa keras yang membuat Edward bingung haruskah ia ikut tertawa atau hanya menunggu tawa Anna selesai.“Apa kau berharap aku mempercayaimu begitu saja?” tanya Anna sambil menepuk pundak Edward. “Kau tidak bisa membodohiku, Ed. Aku sudah melakukan segala upaya untuk mendapatkan dirimu tapi kau jelas-jelas menolakku. Lalu tiba-tiba, setelah tiga hari aku merawatmu saat kau sakit, kau datang padaku dan bilang bahwa kau mencintaiku?”Edward tidak mengatakan apapun. Untuk sesaat mereka hanya saling memandang berlama-lama, pandangan yang makin lama membuat nafas mereka sesak dan tak pelak lagi, pandangan itu membuat mereka bergairah.Edward mengambil langkah maju. Ia mencium lagi. Lebih lembut. Semesra mungkin. Anna tidak menolak, tidak melawan, tidak berusaha lari. Edward menggoda mulut Anna dengan kecupan-kecupan lembut, gigitan mesra, dan gelitikan kecil di lidahnya.Ketika Anna mendesah senang, Edward memanfaatkannya untuk memasukkan lidahnya ke
“Kau jelas menyukainya, Mr. Harrison. Kau menyukainya lebih dari yang kau duga.”Edward terdiam. Cornelia benar. Bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya selama ini? Bagaimana mungkin orang lain bahkan lebih mengetahuinya dibandingkan dirinya sendiri?“Lalu, bagaimana perasaanmu melihat pemandangan itu?”Edward menatap wajah Cornellia bingung lalu mengikuti arah matanya. Kini ia melihat Alex, wanita yang menjadi alasan kehadirannya ke tempat ini, wanita itu membuat seolah matanya terhipnotis. Teman lelakinya, memojokkan Alex ke tikar, rok wanita itu tersingkap sehingga menampakkan pahanya yang langsing. Lalu tangan si lelaki menyelinap ke balik rok, mendekap bokong Alex.Mulut Cornelia menganga. “Aku tidak menyangka Alex seberani itu.”Edward kehilangan kata-kata. Bagaimana mungkin Alex yang polos dan ceria, yang bahkan Edward tidak menyangka usianya sudah dua puluhan, melakukan hal itu di tengah keramaian acara yang bertema keluarga seperti ini?“Aku tanya, bagaimana perasaanmu, Ed?”
Edward Harrison mengedarkan pandangannya ke lapangan tempat para pengunjung membentangkan selimut di tanah di depan panggung, dan asyik menikmati daging panggang sambil mendengarkan musik yang dibawakan band berirama country dan penyanyi lokal.Ia bertanya-tanya, dimana Alexandria di tengah lautan manusia ini. Ia tadi mengunjungi toko roti Alex dan menurut karyawannya, Alex menghadiri perayaan tanggal empat juli yang selalu diadakan setiap tahun di taman ini, jadilah Edward tahu gadis itu ada disini.Terlintas dalam benaknya untuk mengajak Alex datang bersamanya, tapi, itu sungguh perbuatan yang lancang. Ya, setelah apa yang dilakukannya pada gadis itu. Edward cukup tahu diri untuk tidak terlalu bertingkah meski tahu bahwa ia menguasai hati dan pikiran Alex.Banyak lelaki hari ini merasa iri padanya karena seorang wanita seksi, berambut panjang dan pirang dengan kedua tonjolan yang memukau di dadanya, duduk di sebelahnya. Ya, ia sengaja mengajak Cornellia Marshall, Asistennya di kanto
Callahan’s ramai oleh suara tamu mengobrol selama jam makan siang di rumah makan itu, sejak jam sebelas sampai jam dua selama hari kerja. Terletak di pusat kota, bangunan yang sudah di restorasi itu, yang dulu pernah dipakai sebagai toko obat pada awal tahun tiga puluhan hingga pertengahan tahun delapan puluhan.Mereka menempati lokasi yang sangat strategis untuk melayani kegiatan bisnis sehari-hari, termasuk karyawan pengadilan, perbankan serta para karyawan yang kantornya tersebar di segala penjuru kota. Pesaing mereka hanya rumah kana cepat saji yang melayani pengendara mobil, dan restoran kecil yang melayani roti isi.Jika seseorang ingin mengadakan rapat atau pertemuan sambil makan siang, Callahan’s-lah tempat yang paling nyaman.Ketika Angela tiba, pelayan mengantarkannya ke meja di belakang yang agak terpencil, di tempat Mark sudah menunggu. Mark, kepala keamanan rumah Sebastian dan Angela yang menggantikan posisi Zoe.Angela sengaja mengajak Mark bertemu di luar. Selain ia tid
Diluar dugaan, Anna mengantar Edward sampai ke depan pintu. Hal itu membuat Edward merasa, minimal ia harus mengundang wanita itu bertemu atau makan malam. Jika ia memang belum yakin dengan perasaannya, bukankah seharusnya ia membalas budi?“Bukankah banyak hal yang harus kau kerjakan, Ann?” tanya Edward. “Dan kau bisa tidak menunggu dan mengantarkanku seperti ini, lagipula...”“Jangan terlalu percaya diri, Ed.”Edward tergagap mendengar ucapan itu. Merasa malu tapi juga sekaligus membenarkan ucapan Anna. Ya, ada apa dengannya? Mengapa ia mengeluarkan kalimat sampah itu dari mulutnya?“Aku hanya terlambat karena mengerjakan beberapa hal tadi. Dan kebetulan waktu selesainya bersamaan dengan waktu kau keluar.”“Ya. Kau benar. Maafkan aku.”Pengecut. Anna mengumpat dirinya sendiri setelah ia mengatakan kalimat itu. Sistem pertahanan dirinya memang luar biasa. Entah ia harus bangga atau marah pada dirinya sendiri saat ini. Ia bangga karena mampu membuat wajah Edward memerah malu sekaligus
Sudah dua hari Edward hanya berada di atas tempat tidur. Dan sudah dua hari Anna melayaninya layaknya seorang pasien. Anna melakukannya secara profesional. Tidak ada candaan nakal atau celetukan yang membuatnya marah.Seharusnya hidup terasa damai, bukan? Tapi entah mengapa, sesuatu terasa hilang. Hambar.Ia benar-benar dilayani seperti orang yang asing bagi Anna. Pagi hari, ia akan masuk ke kamar, mengunjungi Edward, tersenyum dengan hanya bibir yang tertarik ke samping tanpa guratan. Kelihatan sekali sebenarnya ia tidak ingin tersenyum tapi ia memaksakan senyum itu keluar.Lalu kemudian ia akan memeriksa kondisi Edward, memeriksa infus lalu memastikan apa saja yang boleh Edward lakukan hari itu, kemudian ia akan berbicara dengan seorang perawat laki-laki di sampingnya lalu setelah itu ia pergi.Perawat itulah yang datang setiap dua puluh menit sekali, secara rutin memeriksa cairan infus Edward, lalu kondisinya secara keseluruhan. Sedangkan Anna, Ed tidak tahu kemana gadis itu pergi.
Dipenuhi ketidakpastian, Anna berhenti di ambang pintu kamar tamu di rumahnya. Terakhir kali melihat Edward di rumah ini, ia hanya berada di koridor antara ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Tapi kali ini, pria itu tergeletak tak berdaya di kamar tamu.Anna sengaja membawa Edward kerumahnya, bukan ke klinik pengobatan miliknya atau rumah sakit. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sebastian, Edward ataupun beberapa orang di perusahaan untuk lebih memilih di rawat di rumah Anna daripada harus kerumah sakit atau klinik.Sekarang, berdiri disini merupakan sebuah momen yang canggung. Edward berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup, dengan selang infus yang menempel di tangannya. Terlihat sangat lemah, jauh dari keangkuhan dan sikap arogan yang sering ia tunjukkan.“Dia akan baik-baik saja,” gumam Anna pada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya, meremas ujung gaun hitam yang ia pakai lalu menghela nafas panjang. Ia hanya takut ketika Edward bangun dan membuka mata, maka pria itu akan mar
Begitu Alex memusatkan perhatian kepada teman makan siangnya, senyum di wajah Edward lenyap. Pandangannya terpusat ke tempat pria di samping Alex yang dengan lancang memeluk pinggang gadis itu.Ingin benar ia menyeberang jalan, merebut Alex dari tangan pria itu, memanggilnya ke tempat yang menjamin privasi lalu mengatakan, “Kau sudah menemukan pria baru, Alexandria Porter?”Pada saat Alex dan pria itu menghilang masuk ke Callahan’s, Edward langsung menyebrang dan mengikuti mereka masuk ke dalam Restoran. Pelayan sedang mengantarkan pasangan itu menuju meja mereka ketika Edward duduk di bar.Ia dapat melihat mereka berdua dari tempatnya, karena area bar letaknya lebih tinggi sekitar satu meter daripada restoran. Ia memesan sekaleng kola dan memasukkan beberapa butir kacang ke dalam mulutnya, berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak peduli.Edward melepaskan kaca mata hitamnya, memasukkannya ke dalam saku kaosnya, dan mengawasi pasangan yang berada di meja di pojok ruangan itu.Edward