Beranda / CEO / Gairah Sang CEO / Bab 65. Ucapan terimakasih yang spesial 

Share

Bab 65. Ucapan terimakasih yang spesial 

Penulis: Kai Chang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-22 23:32:53

"Ada apa, Istriku?" tanya Alexander dengan senyum miringnya. Clara memasang wajahnya yang seperti bebek, mencoba menyembunyikan kebingungannya di balik ekspresi lucu tersebut.

Alexander mendekati tubuh Clara dan segera menggendongnya menuju kamarnya tanpa berkata sepatah kata pun. Clara merasa jantungnya berdebar kencang, tidak tahu apa yang ada di pikiran suaminya.

"Tuan, apa yang kau lakukan? Turunkan aku," desak Clara sambil memukul dada Alexander dengan lembut namun penuh ketegangan. Dia berharap agar suaminya melepaskan dirinya dan memberikan penjelasan atas tindakan tiba-tiba ini.

Namun, Alexander tetap dengan pendiriannya dan terus berjalan menuju kamar mereka dengan senyum bahagia di wajahnya. Clara semakin bingung dan cemas akan situasi yang sedang terjadi.

"Tuan, jangan macam-macam ya?" ancam Clara sambil melotot ke arah suaminya namun Alexander tampak tidak perduli akan ocehan istrinya. Dia hanya fokus pada tujuan membawa Clara ke dalam kamar.

Langkah Alexander akhirnya ber
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Sang CEO   Bab 66. Positif

    "Ayo sarapan, setelah itu kau bisa minum obat," perintah Alexander dengan tegas kepada Clara."Tuan, aku tidak berselera makan roti seperti ini. Aku ingin makan salad buah," ujar Clara membayangkan betapa nikmatnya makan salad buah segar."Kau jangan mengada-ada. Mana ada salad buah pagi ini. Lagi pula di mana aku harus mencari penjual salad buah?" jawab Alexander dengan memasukkan potongan roti ke mulutnya."Apakah kau bisa membuatkannya untukku?" Alexander meletakkan pisau dan garpu di piringnya. Dia menatap Clara lekat-lekat. Clara merasa sedikit ketakutan dengan tatapan suaminya tersebut."Baiklah, aku akan membuatnya sendiri. Kau pergilah kerja," jawab Clara dengan wajah yang memelas.Melihat wajah istrinya yang mengiba seperti itu, Alexander yang sudah bucin parah terhadap istrinya akhirnya berdiri dari meja makan dengan melepaskan jas mewahnya dan melipat lengan kemejanya. Dia berjalan menuju dapur dan berdiri di depan lemari pendingin.Setelah membuka lemari pendingin, Alexan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Gairah Sang CEO   Bab 67. Kebahagiaan Alexander

    "Maaf, aku hanya takut jika aku hanyalah wanita yang hanya kau butuhkan dan akan kau tinggalkan jika kau..." ucap Clara pelan sambil menatap tajam mata Alexander. Namun sebelum ia melanjutkan ucapannya, Alexander dengan cepat menyentuh bibir mungil Clara untuk menghentikan kata-katanya.Saat-saat seperti ini sering terjadi dalam hubungan mereka. Clara selalu merasa cemas dan khawatir bahwa dirinya tidak akan pernah cukup untuk Alexander. Ia takut bahwa suaminya akan bosan dengannya dan akhirnya meninggalkannya begitu saja.Namun kali ini, Alexander memutuskan untuk menghadapi ketakutan Clara dengan tegas. "Apakah kau tidak percaya padaku? Sudah berapa kali aku harus membuktikan cintaku padamu?" ucap Alexander dengan penuh keyakinan.Clara tersenyum hangat mendengar kata-kata suaminya. Matanya yang indah bersinar penuh harapan saat dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia harus belajar untuk percaya pada cinta sejati yang dimiliki oleh Alexander. Dia berjanji dalam hati bahwa dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Gairah Sang CEO   Bab 68. Kecemburuan Alexander

    "Pedro, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Clara terlihat ketakutan mengingat saat terakhir dia bertemu dengan Pedro yang hampir saja memperkosanya. Dia berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Pedro yang kekar."Tenang, Clara. Jangan ketakutan seperti itu, aku tidak akan menyakitimu," jawab Pedro mempertahankan cengkramannya dengan senyumnya yang licik. Meskipun Pedro berusaha menenangkan Clara, tatapan matanya tetap menusuk dan membuat hati Clara berdegup kencang.Pedro kemudian menarik Clara menjauhi lift dan akan mengajaknya keluar dari gedung apartemen tersebut. Langkah kakinya mantap dan kuat, seakan tak ada kekuatan yang bisa melawan dirinya."Pedro, lepaskan aku. Kau akan membawaku kemana?" desis Clara dengan suara gemetar. Namun Pedro hanya tersenyum semakin lebar tanpa memberikan jawaban apapun kepada pertanyaan Clara.Clara merasa semakin tertekan oleh situasi ini. Dia mencoba untuk tetap tenang meski dalam hatinya sudah dipenuhi rasa takut dan cemas. Saat me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-25
  • Gairah Sang CEO   Bab 69. Pembalasan Alexander

    Clara menunggu Alexander dengan gelisah di dalam Penthouse. Sudah satu jam, suaminya itu masih di luar. Pikirannya melayang-layang, mencoba menebak apa yang sedang dilakukan oleh Alexander di luar sana."Apa sih, yang dia lakukan di luar?" gumam Clara pelan sambil berdiri dari tempat duduknya. Hatinya mulai resah dan kegelisahan semakin menghampiri dirinya.Namun, sebelum dia sempat membuka pintu menuju keluar, tiba-tiba saja pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. Clara terkejut melihat Alexander sudah berada di depannya."Apa yang kau lakukan?" tanya Alexander heran saat melihat ekspresi wajah Clara yang penuh kekhawatiran."A-Aku... Kau terlalu lama di luar," ucap Clara canggung mencoba menjelaskan perasaannya pada suaminya.Namun, kata-kata Clara terputus begitu saja karena takut akan reaksi marah dari Alexander jika ia menyampaikan isi hati yang sebenarnya: rasa takut bahwa Alexander akan meninggalkannya lagi seperti sebelumnya. Keinginan untuk mempertahankan hubungan mereka me

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Gairah Sang CEO   Bab 70. Clara sang komandan

    Alexander melangkah keluar dari pintu gudang tua yang rapuh, meninggalkan Markus yang berdiri tegak di sana. Wajah Markus penuh dengan ekspresi tegas saat ia memerintahkan tiga orang besar dan kuat untuk menurunkan tubuh Pedro yang lemas dari gantungan itu, darah mengalir deras dari lukanya."Bawa pergi dia ke tempat sejauh mungkin," ucap Markus dengan suara rendah namun penuh otoritas, "sehingga sulit baginya untuk kembali ke kota ini lagi!"Ketiga orang tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban atas perintah sang bos. Mereka segera merapatkan barisan dan dengan sigap mengangkat tubuh Pedro yang tak berdaya itu. Langkah mereka mantap menuju mobil Jeep hitam yang terparkir tidak jauh dari gudang tua tempat insiden mengerikan itu terjadi.Sementara itu, Alexander melangkah menjauhi gudang tersebut tanpa sepatah kata pun. Ekspresi wajahnya serius dan pikirannya tampak tenggelam dalam ketakutannya terlambat dan mengingkari janjinya kepada Clara. Ia tahu bahwa hal ini sangatlah tidak coco

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Gairah Sang CEO   Bab 71. Ada apa dengan Tuan William.

    "Bi Lea? Ada apa malam-malam datang ke sini? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada Papa?" tanya Clara terkejut dengan kedatangan assisten rumah tangga ayahnya."Bi Lea, ayo masuk dulu. Kita bicara di dalam," pinta Alexander mencoba untuk tetap tenang."Nyonya Clara, Tuan William..." ucap Bi Lea dengan wajah serius."Papa? Ada apa?" Clara sangat panik, matanya mencari-cari jawaban dari ekspresi wajah Bi Lea."Clara, tenangkan dirimu. Ada apa dengan Tuan William, Bi Lea?" Alexander merangkul tubuh Clara untuk membuatnya sedikit lebih tenang. Ekspresi cemas terpancar jelas dari raut wajahnya."Tadi ketika saya akan pulang ada tamu, dan sedikit terjadi pertengkaran," jelas Bi Lea sambil menundukkan kepala. Namun Clara tidak sabar untuk segera melihat kondisi ayahnya yang mungkin dalam bahaya."Tuan, ayo kita pergi ke apartemen Papa. Papa..." rengek Clara memohon kepada Alexander sambil meneteskan air mata kekhawatiran."Nyonya, maafkan saya. Saya sengaja datang ke sini karena saya khawatir

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Gairah Sang CEO   Bab 72. Penyelidikan 

    Clara menatap makam ayahnya dengan mata berkaca-kaca, Alexander yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkannya dengan pelukan hangat. Mereka berdua terdiam sejenak, meratapi kepergian yang mendadak."Kita akan melaluinya bersama-sama, Clara," bisik Alexander sambil memeluk erat Clara.Clara hanya mengangguk lemah, air matanya masih mengalir deras. Namun, di balik kesedihan yang mendalam, ada keinginan yang berkobar dalam dirinya untuk mengetahui kebenaran.Sementara itu, Alexander merasa perlu untuk bertindak. Dia membiarkan Clara melepaskan kesedihannya sejenak di makam Papanya. Alexander sendiri melangkah perlahan menjauh dari pemakaman saat dirinya mendapat panggilan, wajahnyabtelrihat serius saat menerima panggilan tersebut. Dia tahu bahwa untuk membuktikan apa yang dicurigainya, dia harus menyelidiki dengan hati-hati.Langit senja mulai memerah ketika Clara dan Alexander meninggalkan pemakaman tersebut. Mereka berjalan berdampingan menuju mobil hitam milik keluarga mereka. Sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Gairah Sang CEO   Bab 73. Pencarian Clara dan Alexander 

    Clara mengamati anting tersebut, dia mencoba mengingat siapa pemiliknya karena dia sangat familiar dengan anting itu. Anting dengan permata hijau."Bukankah ini anting Mama, yang dulu diambil oleh..." Clara terdiam sejenak, ingatan akan masa lalu mulai memenuhi pikirannya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dan perlu segera diungkap.Clara kini mengerti, jika Abigail pernah datang ke apartemen milik Ayahnya. Tanpa ragu lagi, Clara segera bergegas meninggalkan apartemen ayahnya dan menghubungi Alexander untuk memberitahunya bahwa saat ini dia akan pergi ke rumah lamanya.Setelah beberapa percakapan singkat dengan Alexander, mereka sepakat untuk bertemu di rumah lama Clara. Saat itu tiba, jantung Clara berdetak kencang ketika melihat rumah megah keluarganya terbengkalai begitu saja. Banyak rumput liar yang tumbuh di sana menambah kesan suram pada pemandangan yang disaksikan oleh Clara.Perlahan Clara membuka pagar rumah tersebut dan langkah kakinya semakin berat ketika ia melangkah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-30

Bab terbaru

  • Gairah Sang CEO   Bab 98. Sikap aneh Kakek Mia

    Clara merasa risih ketika lelaki tua itu terus memandang ke arahnya. "Kakek, apakah ada yang salah dengan saya?" tanya Clara segera menutupi bagian dadanya dengan sweater yang dia pakai.Kakek Mia memaksakan senyum, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang melanda hatinya. "Tidak. Boleh Kakek melihat kalungmu lebih dekat?"Clara mengangguk sambil mencopot kalungnya dan menyodorkan kalungnya. "Ini, Kek. Ini adalah kalung peninggalan ibu. Ibu selalu bilang ini sangat berharga."Kakek Mia memegang liontin itu dengan tangan gemetar, matanya berkaca-kaca. "Di mana ibumu mendapatkannya?"Clara mengerutkan kening, merasa aneh dengan reaksi Kakek Mia. "Katanya ini pemberian dari nenekku. Aku tidak pernah bertemu nenek, dia meninggal sebelum aku lahir. Ibu juga sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."Kakek Mia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Clara,

  • Gairah Sang CEO   Bab 97. Liontin itu?

    "Tentu saja, Clara. Kau merasa keberatan ketika ada wanita lain yang melihat tubuhku," jawab Alexander dengan wajahnya yang tenang."Tapi jangan lakukan hal sekejam itu, Tuan. Kasihan dengan Mia," jawab Clara terlihat sedih."Clara, dia sangat kejam. Dia bahkan akan mencelakai dirimu dan anak kita dengan memberimu racun yang langka. Dia juga menjebakku dan membuatmu bersedih. Kau masih bisa mengasihinya?" protes Alexander heran melihat reaksi istrinya."Aku tidak akan membiarkan Mia menghancurkan hidupku dan membuatmu bersedih, jika aku tidak memberinya hukuman," lanjut Alexander dengan tegas.Clara hanya bisa diam, dia tidak bisa lagi mencegah suaminya. Beberapa hari kemudian, Alexander berdiri di luar gedung tempat Mia disekap. Dia memasuki gedung tersebut dan memastikan jika Markus melakukan tugasnya dengan baik. Benar saja, di sana dia melihat Mia sudah kehilangan penglihatannya."Mia. Ini cukup untuk membuatmu menyesal sudah bermain api denganku, Mia," ujar Alexander dengan nada

  • Gairah Sang CEO   Bab 96. Jebakan membawa petaka

    "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar.Clara masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Alexander, pria yang selama ini dianggapnya sebagai sosok baik dan setia, kini terlihat tidur dengan Mia, wanita yang selama ini membuat Clara gelisah. Dia mencoba menolak kenyataan yang ada di hadapannya.Selma, merasa harus segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini. "Ini tidak mungkin! Alexander?!" desis Clara dengan suara bergetar, mencoba untuk menampik apa yang dia lihat.Selma terdiam sejenak, lalu dengan tegas berkata, "Clara, tetap tenang. Aku akan mengurus ini."Selma bergegas meninggalkan Clara seornagbdiri di rumah sakit, dan segera pergi menuju Penthouse putranya.Ketika Selma tiba di penthouse tersebut dengan wajah tegang dan langkah cepatnya, ia segera masuk tanpa permisi. Dan disanalah dia melihat pemandangan yang membuat hatinya hampir copot dari tempatnya: Alexander tertidur hanya dengan memakai bocer pendek dan Mia baru saja selesa

  • Gairah Sang CEO   Bab 95. Clara keracunan

    Clara duduk di meja makan, memegang perutnya yang terasa kram hebat. Wajahnya pucat dan keringat dingin mulai membasahi dahinya. "Aku merasa sangat tidak enak badan," katanya lemah kepada Selma, ibu mertuanya, yang duduk di seberang meja.Selma memandang Clara dengan khawatir. "Kamu kenapa, Clara? Kamu terlihat sangat pucat," ujarnya sambil bangkit dan mendekati Clara. "Sepertinya kamu harus dibawa ke dokter."Saat itu, Mia memberikan segelas air kepada Clara. "Clara, minumlah ini. Mungkin kamu akan merasa lebih baik," katanya dengan senyum simpul.Namun Alexander menampik tangan Mia dan segera menggendong tubuh Clara ke luar untuk diperiksakan oleh dokter. "Aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang juga," katanya dengan suara tegas. Mia berusaha membantu mengangkat Clara, namun Selma menolak bantuannya. "Jangan sentuh dia, Mia. Aku sudah mencurigaimu sejak awal." Mia terkejut. "Apa maksud Tante Selma? Kenapa Tante mencurigai aku?" Sepeninggal Clara dan Alexander, Selma menatap Mia

  • Gairah Sang CEO   Bab 94. Kewaspadaan Selma

    Siang itu, Selma, melangkah keluar dari lift menuju penthouse mewah Alexander. Pintu terbuka, memperlihatkan pemandangan indah kota dari jendela besar di ruang tamu. Namun, yang menarik perhatian Selma adalah suara tawa dari dapur. Dia berjalan mendekat, dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Mia, dengan apron terikat di pinggangnya, sedang memasak di dapur Alexander."Mia? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Selma dengan nada tegas, matanya menyipit curiga.Mia menoleh dengan senyum ramah yang biasa ia tunjukkan. "Oh, Selamat sore, Tante Selma. Saya hanya memasak makan siang. Ada yang bisa saya bantu?"Selma melangkah masuk, menatap Mia dengan sorotan tajam. "Kenapa kamu tinggal di sini bersama Alexander? Di mana Clara?"Mia tersenyum lebih lebar, tetapi matanya tetap dingin. "Clara sedang di kamarnya, apakah Tante tidak tau, jika Clara itu pemalas? Selama satu Minggu Saya disini, Sayalah yang mengurus rumah sementara dia bermalas-malasan."Selma merasa ada yang tidak beres. D

  • Gairah Sang CEO   Bab 93. Hari Pertama Mia di Rumah Alexander

    Pada hari pertama Mia tinggal di rumah Alexander, suasana di rumah itu terasa sedikit berbeda. Clara menjadi lebih protektif terhadap Alexander. Dia merasa perlu melindungi saudara laki-lakinya dari segala hal yang mungkin bisa membuatnya tidak nyaman.Pagi itu, Mia bangun lebih awal dan memutuskan untuk membuat sarapan spesial untuk Alexander. Dia merasa senang bisa memberikan sesuatu yang istimewa untuk orang yang baru saja dia kenal ini. Dengan langkah ringan, Mia bergegas ke dapur dan mulai mencari-cari resep pancake favoritnya yang pernah dia lihat di internet.Sementara itu, Alexander turun dari lantai atas dengan langkah malas. Matanya masih setengah tertutup karena kantuk namun senyum tipis tetap menghiasi wajah tampannya ketika aroma harum pancake menyambut hidungnya begitu masuk ke dapur. Dia melihat Mia dengan tatapan penuh tanda tanya saat gadis itu sibuk mengaduk adonan pancake dengan penuh semangat."Selamat pagi!" sapu Mia riang sambil tersenyum lebar, adonan tepung sed

  • Gairah Sang CEO   Bab 92. Kekhawatiran Clara

    Clara sedang duduk di ruang tamu yang elegan, tangannya memegang secangkir teh hangat. Senyum lebar tergambar di wajahnya. Markus, asisten pribadi suaminya, Alexander, baru saja meninggalkan ruangan setelah memberi tahu Clara tentang keberhasilannya."Markus, terima kasih banyak. Kamu benar-benar hebat," kata Clara dengan penuh syukur."Senang bisa membantu, Bu Clara," jawab Markus sambil tersenyum sebelum menunduk hormat dan beranjak pergi.Tak lama kemudian, Alexander masuk ke ruang tamu. Dia melihat senyum lebar di wajah istrinya dan merasa ada sesuatu yang berbeda."Ada apa, Clara? Kamu terlihat sangat bahagia," tanya Alexander dengan nada penasaran.Clara menatap suaminya dan tersenyum lebih lebar lagi. "Aku baru saja mendengar kabar baik dari Markus. Dia berhasil menjauhkan Mia dari kamu."Alexander tersenyum tipis, menahan tawa yang ingin pecah. "Oh, jadi itu alasannya? Kamu begitu cemburu pada Mia, ya?"Clara meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menatap Alexander dengan

  • Gairah Sang CEO   Bab 91. Keinginan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, menggigit bibirnya sambil memandang kalender di dinding. Kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan dia merasakan gelombang kecemasan setiap kali memikirkan suaminya, Alexander, di kantor. Terutama sejak Mia, rekan kerja yang licik, semakin gencar menggoda Alexander. Sejak permintaannya menjadi sekretaris pribadi suaminya lima bulan yang lalu ditolak, Clara merasa semakin tertekan dengan situasi tersebut.“Tuan, aku harus bicara denganmu,” kata Clara saat Alexander masuk ke ruang tamu.Alexander menatap Clara dengan penuh perhatian, “Ada apa, Clara? Apa kamu baik-baik saja?”Clara menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Aku ingin kembali menjadi sekretarismu. Aku tahu kamu tidak setuju, tapi aku merasa ini penting.”Dalam benaknya terus terngiang pertemuan singkat antara Alexander dan Mia beberapa hari yang lalu di acara perusahaan. Mereka terlihat begitu akrab dan mesra sehingga membuat hati Clara berbunga-bunga melihatnya. Namun rasa bahagia itu l

  • Gairah Sang CEO   Bab 90. Kecurigaan Clara

    Clara duduk di ruang tamu, mengamati suaminya, Alexander, yang sedang membaca laporan keuangan di sofa seberang. Perasaan tidak nyaman menggelayuti hatinya sejak beberapa minggu terakhir. Mia, rekan bisnis perusahaan Alexander, tampak terlalu bersemangat dalam mendekati suaminya.Clara merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan sikap Mia tersebut. Ia pun memutuskan untuk menanyakan langsung kepada suaminya tentang bagaimana hubungan kerja mereka dengan Mia."Tuan, bagaimana rekan bisnis barumu? Mia, kan namanya?" tanya Clara pelan.Alexander menatap Clara sejenak sebelum menjawab dengan tenang, "Ya, Mia. Dia cukup efisien dan profesional dalam bekerja."Namun Clara tetap merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya. Ia mencoba untuk bertindak biasa saja meskipun hatinya tak bisa tenang."Tidak ada alasan khusus. Hanya penasaran saja," ucap Clara sambil mencoba tersenyum tipis."Kau jangan berpikir yang bukan-bukan, Clara. Kemarin aku dan dia hanya makan malam biasa untuk membahas proyek ke

DMCA.com Protection Status