Rafael tersenyum puas dan mengangkat tubuh Naina, membuat Naina berada di dalam gendongannya. Ia menarik rambut Naina, membuat Naina mendongak. "Buka mulutmu, Nai. Aku akan menghilangkan rasa hausmu!"Rafael lalu melumat bibir Naina dan memindahkan salivanya ke dalam mulut Naina, "Telan!"Naina merasakan tangan kuat Rafael menahan punggungnya, memaksanya lebih dekat, membuat Naina tak dapat mengelak dan menelan saliva Rafael, jantungnya berdebar keras, matanya menatap Rafael. Nafas Naina tercekat saat Rafael menghisap bibirnya lebih dalam, cengkeramannya pada rambut semakin kuat. Rasa panas menjalari tubuhnya, membuatnya tak berdaya.Tangan Naina meremas bahu Rafael, mencoba mencari pegangan saat sensasi asing menguasai dirinya. Ia merasa tersedot dalam arus yang tak dapat ia kendalikan. Naina mendesah kuat di saat Rafael kembali membuat ia dalam posisi yang begitu liar, “Oh shit! Ini terlalu kuat!” gumamnya dalam hati. Sensasi panas itu membuat matanya berkaca-kaca, campuran perasaan
Naina mengangguk, “Iya Tuan,” Naina meraih tangan Rafael lalu mengarahkan tangan pria itu ke inti tubuhnya, “Ini yang perih Tuan,” ucapnya sambil meringis.Mencoba mengalihkan perhatian Rafael. Dan bersyukur, apa yang Naina lakukan saat ini berhasil. Rafael segera masuk ke dalam kamar mandi dan menarik tangannya, tanpa diduga Rafael memegang pinggulnya dan menaikkannya duduk di atas westafel. Naina terkejut, apalagi saat Rafael memintanya untuk menaikkan kedua kakinya ke atas.Rafael memandangi tubuh Naina dengan intensitas yang semakin memanas.Membuat wanita seksi yang kini penuh tubuhnya penuh busa itu berdebar, berharap ia tidak ketahuan, tapi kecemasannya segera menghilang saat tangan Rafael meraba kulitnya yang lembut, memicu getaran kecil di sekujur tubuhnya.Tanpa basa-basi, Rafael memegang pinggul Naina lebih erat, menaikkannya lebih tinggi di atas westafel, membuat Naina duduk lebih tegap. Naina menahan napas saat Rafael mendekatkan wajahnya ke area yang perih itu."Ini saki
Di dalam kamar VVIP yang sangat nyaman, di khususkan untuk keluarga inti Harold, terlihat Emily masih tertidur di atas tempat tidur yang empuk dengan uap humidifier di sisi kanannya. Jarum infus masih tertancap di punggung tangannya. Di sisi Emily terlihat sang mommy, Bella, dan ibunya, Della, yang senantiasa mengusap lengan Emily dengan lembut.Bella memandang wajah Emily dengan penuh kasih sayang, mencoba memberikan kekuatan melalui sentuhan lembut di lengan putri menantunya. “Kamu pasti bisa melewati ini, sayang,” bisiknya.Bella mengusap lengan Emily dengan gerakan lambat, penuh kasih. Wajahnya tampak lelah namun enggan untuk mengalihkan pandangannya dari sang menantu kesayangannya itu.Della sendiri terus memegang tangan Bella, ia benar-benar sakit melihat kondisi Emily yang tak lepas dari cobaan yang menyakitkan.Di sudut lain ruangan, Eleanor dan Cecilia saling bertukar pandang penuh keprihatinan. Mereka mencoba tersenyum untuk menguatkan satu sama lain, saling mengirim kabar k
Atas izin dari Dokter, Emily dapat pulang ke mansion dengan menggunakan helikopter yang berada di atas bangunan Rumah Sakit pribadi Harold Grup ini. Hanya Arion dan Emily, bersama seorang suster yang mendampingi di atas helikopter.Helikopter pribadi milik Harold Grup sudah siap di atas bangunan rumah sakit. Arion membantu Emily naik dengan hati-hati, memastikan sang istri nyaman. Seorang suster ikut serta, memastikan semua kebutuhan medis Emily terpenuhi.Selama perjalanan, Emily menyandarkan kepalanya di bahu Arion, memandangi kotak di pangkuan suaminya. Matanya terlihat lelah namun penuh cinta saat menatap kotak tersebut. Arion mencium puncak kepala Emily dengan lembut, mencoba memberikan kekuatan melalui kehangatan tubuhnya."Terima kasih sudah ada di sini, sayang," bisik Emily, suaranya lemah.Arion menggenggam erat tangan Emily, mengusap lembut lengannya, “Terimakasih sudah menjadi wanita yang hebat, sayang.”Cahaya matahari pagi yang hangat menyinari mereka, menciptakan suasana
Seminggu pun berlalu, kondisi Emily jauh lebih membaik, luka operasinya pun sudah tidak sakit lagi. Selama seminggu ini, Arion bekerja di rumah dan ia baru tahu jika saham di perusahaan cabang sedang mengalami pergerakan yang tidak stabil sejak tiga hari lalu. Felix, Reynnard dan Erik sangat membantu pekerjaannya.“Sayang, kamu bisa ke kantor, aku sudah jauh lebih baik,” ucap Emily sembari membawa segelas kopi untuk suaminya.Arion yang melihat itu segera berdiri dan menghampiri Emily, “Kenapa kamu yang membuatnya sayang, kamu belum boleh banyak bergerak,” seru Arion panik yang segera mengambil cangkir dari tangan Emily.Emily tertawa kecil. "Aku baik-baik saja, Sayang. Aku hanya ingin sedikit bergerak, sendi-sendiku terasa kaku," jawabnya dengan senyum lembut.Arion membalas senyumnya, memeluk Emily dengan hangat. "Aku hanya khawatir padamu, sayang," bisiknya sambil mencium kening Emily.Mereka duduk bersama di sofa yang empuk di ruang kerja Arion. Arion menyesap kopi yang dibuat ist
Emily, Eleanor, dan Cecilia baru saja melangkah masuk ke dalam butik mewah yang dipenuhi lampu kristal berkilauan dan rak pakaian elegan.Suara bass yang berat tiba-tiba memanggil, “Nona Emily? Apa kabar? Sudah lama kita tidak saling menyapa.”Emily menoleh dan menatap tajam sosok pria di depannya, "Ya? Untuk apa saya menjawab anda Tuan Rafael?!" sahutnya tegas tanpa ada rasa takut di wajahnya.Cecilia dan Eleanor segera bergerak, menjaga Emily agar tidak diganggu oleh Rafael. Eleanor melangkah sedikit di depan Emily, menatap Rafael dengan penuh kewaspadaan. Rafael tersenyum smirk, seolah menikmati situasi ini."Kita harus segera pergi," bisik Cecilia, meraih lengan Emily."Lihat-lihat saja," jawab Rafael dengan sorot mata nakal, "Anda semakin cantik, Nona Emily."Emily menarik tangan Eleanor dan Cecilia, "Ayo kita pergi."Namun, langkah mereka terhenti saat Rafael langsung menghadang di depan mereka, “Kenapa kamu begitu terburu-buru?”Dalam hitungan detik, pengawal yang selama ini be
Naina duduk di apartemen Rafael yang mewah, dikelilingi oleh perabotan minimalis namun elegan. Ia segera meminta Beta untuk melumpuhkan CCTV di dalam ruangan tersebut. Dengan earphone terpasang, Naina berkomunikasi dengan Beta, "Kak Beta, pastikan semua kamera mati. Aku akan mulai sekarang."Beta mengkonfirmasi, "Semua aman, Naina. Silakan lanjutkan."Naina cepat-cepat menancapkan USB ke laptop Rafael yang terkunci dengan password. Dalam hitungan detik, Beta berhasil mengendalikan laptop dari jarak jauh. "Ok Kak, semua akses sudah terbuka!" serunya pelan, berusaha tidak menarik perhatian.Sambil Beta sibuk dengan laptop Rafael, Naina mulai melihat-lihat dokumen yang selalu dibawa oleh Dante. Semua file tersebut berisikan data-data Arion dan keluarganya. "Hah... Mr. B pasti akan sangat murka melihat ini!" gumamnya sambil memotret dokumen-dokumen tersebut dan mengirimkannya ke Alpha.Setelah memastikan tidak ada yang terlewatkan, Naina menemukan sebuah laci terkunci di meja kerja Rafael
'Silahkan baca ulang ya sayang-sayang aku, maaf sempat salah pindahkan file'Dante mengambil satu lembar kertas yang berisikan profil model tersebut, “Namanya Tasya.”Rafael mengernyitkan kening, “Tasya?” tanyanya.Dante pun menjelaskan siapa itu Tasya, dan bagaimana model bernama Tasya sempat memiliki skandal bersama Arion, di kabarkan jika Arion dan Tasya merupakan sepasang kekasih. Tetapi di saat yang sama Tasya juga terlihat bersama Raul.Dan di Paris, Raul sempat terlihat berdansa di club miliknya bersama wanita yang saat ini menjadi istri dari Arion. Rafael mencerna semua informasi yang diberikan oleh Dante. Ia merasakan ada keterkaitan antara semua kejadian ini, namun belum bisa memahaminya sepenuhnya. Rafael mengernyitkan kening, berusaha merangkai potongan puzzle tersebut dalam pikirannya.Dante melanjutkan penjelasannya, "Ada kemungkinan besar bahwa skandal antara Tasya dan Raul adalah alasan utama mengapa Raul diincar. Ini terlihat seperti motif yang kuat, namun masih banya
Di pagi yang cerah di taman mansion mereka, Emily berdiri mengawasi dua buah hatinya, Asher dan Aria, yang tengah berlari-lari dengan riang. Suara tawa mereka membahana di udara yang masih terasa dingin."Asher, Aria, hati-hati sayang!" seru Emily dengan nada lembut, memastikan mereka tetap aman.Di balik jendela, Arion memperhatikan pemandangan itu sambil tersenyum. Ia baru saja selesai membuat secangkir coklat hangat, tak ingin istrinya kedinginan, ia mengambil cardigan, kemudian ia berjalan menuju Emily, yang masih terpaku melihat kedua anak mereka bermain.Dengan penuh kehangatan, Arion meletakkan cardigan di pundak Emily dan memeluknya lembut dari belakang dengan satu tangannya. "Di luar masih dingin, sayang," bisiknya sambil menyodorkan segelas coklat hangat yang baru saja ia buat.Emily tersenyum manis, menerima coklat hangat itu, “Thank you, sayang.”Kehangatan tidak hanya datang dari minuman di tangannya, tetapi juga dari pelukan suaminya yang selalu penuh kasih.Arion kemudi
Bab 258Malam ini, hotel bintang lima milik Harold Grup terlihat sangat ramai. Di depan pintu masuk, mobil-mobil mewah berjejer rapi, memberikan kesan glamor dan elegan. Pengamanan tingkat tinggi juga diperlihatkan oleh kehadiran banyak pria berkemeja hitam di sekeliling hotel, memastikan semua tamu merasa aman dan nyaman. Tidak sembarang orang bisa keluar masuk hotel malam ini, karena ada sebuah acara istimewa yang diselenggarakan di salah satu ballroom mewahnya.Di ballroom yang luas dan penuh dekorasi ceria itu, tiga pasangan suami istri berkumpul untuk merayakan momen yang telah mereka nantikan. Anak-anak mereka, yang semuanya lahir di hari yang sama setahun yang lalu, akan merayakan ulang tahun pertama mereka bersama. Balon berwarna-warni dan hiasan berbentuk bintang dan bulan menghiasi setiap sudut ruangan, sementara lampu-lampu gantung kristal memberikan kesan mewah yang tak terlupakan. Di tengah hiruk-pikuk tawa dan senyum, ketiga pasangan ini, Arion dan Emily, Reynard dan Ele
Bab 257Emily tertawa mendengar cerita Eleanor dan Cecilia, ia tidak menyangka ada kejadian lucu seperti itu.Tentu saja cerita bagian ranjang baik Cecilia maupun Eleanor skip, karena mereka terlalu malu untuk cerita terang-terangan di depan suami mereka.“Lalu bagaimana denganmu, Em?”“Ah, kalau aku tahu saat Check up terakhir kali itu,” ujar Emily dengan senyum merekahnya.Eleanor dan Cecilia memeluk Emily, “Kami sangat bahagia mendengarnya, Em.”Emily dengan mata berkaca-kaca mengangguk, “Aku juga turut bahagia buat Kak Cecil dan kamu Lea.”“Ck pantas saja baumu seperti perempun, Fel!” celutuk Reynard melihat ke arah Felix.“Sial!”Suara tawa menghiasi ruangan.“Eh tapi Kak Cecil tidak masalah dengan parfum nya Rey atau Arion kan?” tanya Eleanor cepat.Cecilia mengerutkan keningnya, “Uhm sedari tadi tidak ada masalah sih, bahkan gak ada perasaan mual.”“Sa-sayang? Jangan bilang hanya aku?”Cecilia mengangguk mantap, “Sepertinya sayang…”“Mau coba bro?” ujar Arion kepada Felix.Felix
Bab 256Berbeda pula dengan cerita lucu Cecilia dan Felix, sehari sebelum keberangkatan ke Jerman, Cecilia dan Felix yang baru pulang dari kantor.Tetiba kepala Cecilia terasa pusing dan ia mual saat mencium berjalan di sisi Felix, “Sayang, kenapa bau kamu sangat aneh.”Felix mengerutkan keningnya, ia mengangkat kedua tangannya bergantian, mencium aroma tubuh di bagian lipatan lengannya, bahkan ia mencium jasnya.“My smells good, lova.” Protes Felix yang memang merasa aroma tubuhnya tidak ada yang aneh.Ia menarik lembut tangan Cecilia agar mencium aroma tubuhnya, “No, serius itu gak enak banget.” Tolak Cecilia yang menjauh dari Felix.“Oh my Cecil!” Ia segera memutar arah tujuannya.“Mau kemana sayang?” tanya Cecilia begitu melihat suaminya memutar jalur.“Kamu yang bantu pilihkan parfum, dan aku akan pakai parfum yang kamu pilih sayang,” ujar Felix mengalah, mengganti parfum kesukaannya selama dua tahun ini.Apalah parfum jika ia tak bisa memeluk istrinya bukan?Cecilia tersenyum da
Bab 255Sontak ke empatnya menoleh dan menatap Arion dan Emily, “Aku juga bakal jadi Ayah Bro!!!” seru Reynard dan Felix bersamaan.“What....???”Bukan hanya Arion dan Emily yang terkejut, bahkan Reynard dan Eleanor pun terkejut, begitu juga Felix dan Cecilia.Ketiga pasangan pengantin baru ini saling melihat satu sama lain, dan akhirnya tertawa bersama-sama, “What’s going on Bro!” seru Reynard tak percaya. Merasa takjub dengan kabar luar biasa ini.“Oh my!” Emily, Cecilia dan Eleanor saling menatap, kedua tangan mereka saling mengulur, seolah mereka saling berpegangan tangan dari jauh.Bagaimana bisa mereka bisa hamil secara bersamaan seperti ini?“Kapan kamu tahu kalau kamu mengandung, Em?” tanya Eleanor kepada sahabatnya itu.“Tiga hari lalu, kalau kamu, Lea? Kak Cecil juga kapan tahu kalau kak Cecil hamil?” Emily bertanya dengan mata berbinar-binar.“Dua hari yang lalu, Em...” jawab Eleanor yang lalu menceritakan kejadian lucu saat ia mengetahui dirinya hamil.“Kalau aku kemarin,
Bab 254Di mansion milik Arion dan Emily terlihat meja panjang yang sudah di penuhi dengan hidangan yang mengugah selera, mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama hingga pencuci mulut.Hari ini beberapa koki terkenal Arion panggil untuk menyajikan hidangan hari ini, hal itu pun karena sang istri keras kepala ingin ikut terjun langsung ke dapur. Mau tidak mau Emily mendengar apa kata Arion, dia hanya menjadi mandor dan bertugas untuk mencicipi makanan yang akan di hidangkan.Bersyukur morning sick seperti kehamilan pertamanya tidak muncul sama sekali atau belum? Entahlah. Tapi selama beberapa hari ini, Emily tidak merasakan mual sama sekali.Tentu saja, Arion dengan keras melarang Emily untuk mengerjakan hal yang melelahkan, “Lihat sayang, semua beres ‘kan?” uajr Arion puas melihat seluruh hidangan yang tersaji.“Iyah... Terima kasih sayang.” Emily memeluk sang suami dengan perasaan bahagia. Arion sendiri mengecup puncak kepala Emily.“No problem, sayang.”Drrzzz DrzzzPonsel Emily
Tiga hari pun berlalu, saat ini Felix dan Cecilia sudah berada di private jet, tepatnya di private room, kedua pasangan suami istri ini sedang berbagi peluh di atas langit.“Oh Fel... Geli sayang...” desis Cecilia saat Felix memainkan klit nya dan meremas kedua payudaranya.Erangan Cecilia membuatnya semakin bersemangat, pria tampan itu berhenti menyesap area intim Cecilia dan kembali berlutut, menghujam liang kewanitaan Cecilia.“Ah! Fel!” Cecilia kembali menjerit dan mendesah kuat saat Felix berpacu dengan dengan cepat. Menghujam inti tubuhnya dengan dalam dan kuat. Wanita cantik melengkungkan pinggangnya.Felix kembali melepaskan penyatuan mereka, kemudian kembali menyesap inti tubuh Cecilia yang basah dengan cairan cinta mereka.“Euhm, Ngh... Fel... Sayang...” Cecilia meremas rambut lebat Felix dan menaikkan bokongnya, bukannya berhenti, felix memasukkan lidahnya jauh kedalam dan memainkan liang kewanitaan sang istri, bergerak keluar masuk, dan jarinya memainkan klit Cecilia.“Sa-s
Bab 252Malamnya di Jerman, pasangan suami istri yang tengah berbahagia itu mendatangi mansion utama keluarga Harold.“Hai sayang, kamu terlihat makin cantik,” Bella menyambut putri menantunya dengan begitu antusias.Emily tersenyum dan membalas pelukan hangat mama mertuanya yang begitu menyayanginya, “Thank you mom, mommy juga selalu cantik!”Austin pun menyambut putri menantunya itu dengan pelukan ringan, mengusap puncak kepala Emily penuh sayang.Arion memeluk sang mommy dengan wajah berbinar-binar, “Sepertinya wajahmu menyilaukan mata mommy, Yon!” goda Bella kepada sang putra.“Hmm, benar love, lihat putraku ini! Semenjak masuk dia terus tersenyum lebar!”Emily tertawa kecil dan memeluk suaminya dari samping, “Bagaimana yank?”Arion mengusap punggung sang istri lalu melihat kedua orang tuanya, “Ayo mom, dad kita ke dalam, ada sesuatu yang ingin Arion dan Emily katakan.”“Hahh... Kamu buat mommy penasaran!”“Ayo sayang,” Austin merangkul sang istri dan berjalan masuk, di susul Ario
Felix dan Cecilia membersihkan sisa percintaan mereka, dengan lembut Felix membersihkan area intim sang istri dan membantu Cecilia mengenakan pakaian, “Aku bisa sendiri sayang.”Cecilia mengecup pipi Felix penuh cinta, perasaan gundah gulana dan kesepiannya kini lenyap, ia memang masih terlalu gengsi untuk melontarkan apa yang ada di dalam hatinya, tapi melihat Felix yang seperti ini, membuat dirinya merasa bersalah.“Setelah ini kita sama-sama cari penggantimu, hmm?” ujar Felix sembari memasang kancing terakhir di kemeja Cecilia.“Iya sayang.”Sepuluh menit Cecilia merapikan kembali make up nya, ia memoles cusion dan lip cream di bibirnya yang ranum, warna glossy yang membuat efek bibir nya terlihat semakin seksi.Sedangkan Felix sendiri sudah rapi sedari tadi, ia saat ini duduk dengan santai di sofa sambil membaca kembali curiculum vitae para pelamar.Pria tampan itu tersenyum menyambut Cecilia yang datang dengan secangkir cappucinno hangat di tangannya, “”Thank you, lova.”“You’re