Share

Bab 72

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-01-30 21:01:29

Hari itu benar-benar terasa lebih panjang dari biasanya bagi Emily.

Kamar yang biasanya terasa hangat kini seolah mencekam dengan keheningan.

Emily berjalan mondar-mandir di ruang tengah, menggigit bibirnya untuk menahan rasa gelisah yang terus merayapi pikirannya.

William tidak biasanya seperti ini. Jika memang dia sibuk sekalipun, dia akan menyempatkan diri untuk mengirim pesan atau menelepon, setidaknya memberi tahu keadaannya maupun aktivitasnya.

Tapi kali ini, benar-benar tidak ada sepatah kata pun sejak pagi tadi.

Emily mencoba menenangkan dirinya.

Mungkin dia sedang benar-benar sibuk. Ada rapat mendadak, atau sesuatu yang tidak bisa dia tinggalkan.

Dia berusaha menanamkan pemikiran itu dalam benaknya, tapi kegelisahannya tidak juga mereda.

Menjelang malam, kekhawatiran Emily semakin menjadi. Ia duduk di sofa dengan ponsel di tangannya, mengamati layar yang tetap kosong dari notifikasi apa pun d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nadira Dewy
siappp kkk ............
goodnovel comment avatar
Febrianty Izhar M
hmmm...... lanju5 Thor....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 73

    Pagi itu langit terlihat begitu mendung, seolah menggambarkan suasana hati Emily yang tengah dirundung kekhawatiran. Saat ia bangun dari tidurnya, matanya langsung melirik ke sisi ranjang. Kosong. Lagi-lagi, William tidak ada di sana. Emily duduk di tepian ranjang, tangannya mengusap wajahnya yang terlihat mulai lelah. Dia bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya sedang terjadi? Mengapa William terus menjauh darinya? Meski ia berusaha terus berpikir positif, semua ini mulai terasa seperti sebuah pola yang sengaja diciptakan untuk menjauhkan mereka berdua. Emily bangkit, menarik napas panjang. Dia ingin mencari William di rumah, memastikan bahwa suaminya benar-benar pulang semalam. Namun, langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering di meja samping ranjang. Nama Tuan Xavier terpampang jelas di layar. “Paman Xavier?” gumam Emily sambil meraih ponselnya cepat. Segera menjawab

    Last Updated : 2025-01-31
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 74

    Pagi itu, Emily berdiri di depan pintu besar rumah orang tuanya. Tangannya menggenggam gagang tas dengan erat, pikirannya dipenuhi perasaan campur aduk. Permintaan mereka agar dia pulang sebentar akhirnya dia kabulkan setelah mereka berjanji tidak akan menahannya lebih lama. “Hah...... sebenarnya aku malas, tapi yah...” Emily melangkah masuk dan mendapati Johan dan Julia, duduk di ruang keluarga. Wajah mereka terlihat lesu, seolah ada banyak beban pikiran. “Ayah tidak pergi bekerja?” tanya Emily, keheranan. Johan menggelengkan kepalanya. “Tidak, Ayah sedang tidak ada mood.” Emily memilih duduk di seberang mereka, suasana hening sesaat sebelum Johan membuka pembicaraan. “Emily,” Johan memulai dengan suara rendah, “Ayah rugi hampir satu juta dolar karena skandal Hendrick. Semua ini menghancurkan hubungan kerja sama yang selama ini menopang bisnis

    Last Updated : 2025-01-31
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 75

    Masih tidak berani keluar, Emily bertahan di dalam lemari. Tubuhnya kehilangan energi, habis untuk menangis. Kenyataan yang tidak masuk akal ini rasanya enggan untuk ia terima. Tapi, siapa yang akan bisa mengelak kebenaran? Sudah tidak perlu lagi menutup mulutnya karena takut akan menimbulkan suara, bahkan Emily tidak memiliki secuil tenaga guna membuka mulutnya. “William, aku mengerti aku pernah melakukan kesalahan sebelumnya. Tapi, kenapa kau juga seperti itu? Sekarang, siapa yang bisa aku percaya? Aku tidak tahu siapa yang tulus dan jujur padaku. Kalian semua... apakah sangat menikmati kebodohanku selama ini?” ucap Emily pilu, di dalam hatinya. Hanya sebuah boneka, Emily jelas tidak lebih dari itu. Keluarganya Hendrick, keluarganya Emily sendiri, William, Jessica dan Ayahnya, mereka semua yang dekat dengannya hanya memanfaatkannya saja.

    Last Updated : 2025-02-01
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 76

    Emily menyeka air matanya. Menghentikan tawanya dan tinggal isak tangisnya saja. William mencengkram tingkat penuntun. Perasaannya begitu tidak tenang. Ingin sekali melihat ekspresi wajah Emily, tapi dia juga tidak berani melakukan itu di dekat Nyonya besar. Nyonya besar masih menatap Emily dengan tatapan kesal. “Nek, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Kalau Nenek dan William mau melakukan itu, maka lakukan saja,” ungkap Emily pasrah. “Aku tidak mau mengatakan apapun lagi sekarang.” Nyonya besar memukul meja, namun tuda kuat mengingat ia sudah cukup tua untuk itu. Brak! “Lancang!” kesalnya. “Apa ini caramu untuk protes? Apakah kau ingin William buta selamanya?!” Emily lagi-lagi tersenyum. Menggeleng kepala keheranan. “Masih bagus aku tidak menghalangi pernikahan kalian dulu, jadi jangan banyak tingkah!” peringat Nyonya besar. “Nek, tolong jangan memulai pembicaraan itu lagi,” c

    Last Updated : 2025-02-01
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 77

    William baru saja akan meninggalkan ruang rapat terakhirnya untuk hari itu. Dia ingin segera sampai di rumah, menemui Emily. “Aku harus bicara dengannya,” batin William. Pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Emily. Untungnya dia benar-benar berkonsentrasi untuk semua pekerjaan hari ini. Perasaan bersalah terus menghantui setiap langkahnya, membuat dia semakin tidak sabar untuk segera pulang ke rumah. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Robert menjawab panggilan telepon dengan ekspresi yang serius. Wajah Robert berubah menjadi pucat. Setelah menutup telepon, dia mendekati William dengan wajah cemas itu. “Tuan William,” suara Robert terdengar gugup, “Nyonya Emily... jatuh dari tangga rumah. Kondisinya cukup parah, dan sekarang dia sudah dilarikan ke rumah sakit oleh para pelayan.” Dunia William seolah berhenti berputar. Kata-kata itu seperti palu baja yang menghantam jantun

    Last Updated : 2025-02-02
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 78

    Di rumah keluarga William, Emily berada di sana setelah kedua orang tuanya menitipkan sebentar untuk melakukan sesuatu yang penting. Ruangan itu penuh dengan nada-nada indah yang dimainkan dengan jemari kecil Emily yang lincah di atas tuts piano. Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu begitu menikmati setiap alunan melodi yang tercipta oleh lihainya jarinya. Senyumnya lebar, mencerminkan kebahagiaan murni dari seorang anak yang tenggelam dalam dunia musiknya sendiri. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Dari kejauhan, suara anjingnya menggonggong dengan keras, memecah konsentrasi Emily saat itu.“Lucky, apa dia lapar?” pikirnya. Gonggongan itu pun berubah menjadi suara rintihan kesakitan. Emily berhenti bermain, alisnya berkerut. “Lucky?” panggilnya.Tidak ada jawaban, hanya rintihan yang semakin terdengar lirih. Emily segera turun dari kursi pianonya, kakinya yang kecil melangkah

    Last Updated : 2025-02-02
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 79

    Emily masih kembali ke masa kecilnya. Kenangan demi kenangan bermunculan, seolah ingin memberitahunya sesuatu yang selama ini tersembunyi di sudut pikirannya. Begitu banyak hal yang tidak ia duga. Dia melihat dirinya yang masih kecil, duduk di sudut ruangan sambil menangis. Masih di rumah William yang dulu. Di depan Emily kecil, Hendrick berdiri dengan wajah dingin, tangannya masih menggenggam sebuah mainan yang baru saja dia patahkan. “Jangan cengeng, Emily. Mainan itu hanya sampah,” kata Hendrick dengan nada acuh. Tak terlihat bersalah. Emily kecil memeluk lututnya erat, air matanya terus mengalir. Hendrick pun mendekat, dan sebelum Emily sempat bereaksi, tangan Hendrick mengayun lantang, mendarat di lengannya dengan kasar. Plak!“Diam, jangan menangis, berisik sekali!” desis Hendrick. Tapi sebelum Hendrick bisa melakukan lebih jauh, sebuah suara tenang namun tegas menghentikannya. “Hentikan, Hendric

    Last Updated : 2025-02-03
  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Bab 80

    Ruangan itu dipenuhi suara alat pendeteksi jantung yang semakin melemah, membuat suasana semakin mencekam. Tubuh William gemetar, takut. Emily masih terbaring lemah di atas ranjang, wajahnya pucat dan tidak bergerak. William menggenggam erat jemari Emily yang dingin. “Emily... tolong bertahan, aku mohon...” suara William bergetar penuh rasa takut. Air mata menetes tanpa permisi, mencerminkan kepanikan dan penyesalan yang ia pendam. Dokter dan perawat di ruangan itu cekatan bergerak, mencoba menstabilkan kondisi Emily yang kian menurun. “Kita hampir kehilangan dia!” teriak salah seorang perawat sambil menyesuaikan alat bantu pernapasan. “Bergerak lebih cepat!” William tidak lagi peduli pada keributan di sekitarnya. Fokusnya hanya pada Emily seorang. Dia berlutut di sisi ranjang, mendekatkan wajahnya ke tangan Emily yang mulai terasa dingin. “Emily, aku mohon... Jangan pergi. Aku but

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 280

    Sudah dua minggu berlalu. Elle kini benar-benar seperti kehilangan harapan. Kabar tentang Lavine sama sekali tidak ada, seolah pria itu lenyap begitu saja dari dunia. Nomor ponsel Lavine tetap tidak bisa dihubungi, bahkan lewat jalur lain pun tidak membuahkan hasil apapun. Rose sempat mencoba menghibur Elle, mengatakan mungkin Lavine pergi untuk alasan pribadi. Tapi di hati kecilnya, Elle tahu ini lebih dari sekadar ‘pergi tanpa pamit.’ Ada sesuatu yang terjadi, tapi entah apa itu. Setiap malam, Elle duduk di ruang tamu apartemennya, menatap layar ponsel yang kosong. Pesan terakhir dari Lavine tetap utuh, tidak bertambah sama sekali. Di kantor, Elle memang tetap tampil profesional. Namun mereka yang mengenalnya dengan baik, seperti Rose dan beberapa staf dekat, bisa melihat ada perubahan di mata Elle. Tatapannya sering kosong, sering kali terdiam lama tanpa ia sadari.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 279

    Elle berlari menyusuri bibir pantai, memanggil-manggil nama Lavine dengan suara parau. Pasir basah mengotori kakinya, dan ombak kecil terus menerpa kakinya yang makin gemetar. Malam semakin larut, suasana pantai yang tadinya meriah berubah sunyi dan mencekam. Rose yang mengejar dari belakang segera mengambil ponselnya. Dengan tangan yang bergerak gugup, ia menghubungi pusat keamanan setempat. “Ini darurat!” seru Rose kepada petugas yang mengangkat telepon. “Kami telah kehilangan seseorang. Kami butuh bantuan pencarian segera di sekitar area pantai!” Petugas itu segera mengonfirmasi laporan Rose dan mengerahkan beberapa anggota tim penyelamat yang memang sudah bersiaga di lokasi acara tersebut. Sementara itu, Elle terus mencari, matanya nanar menatap setiap sudut pantai. “Lavine, jawab aku...! Dimana kau sekarang...” Elle hampir menangis. Dia terus berlarian,mencari ke manapun yang bisa di jangkau.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 278

    Dengan luka di lengannya yang terus mengalirkan darah, Lavine tetap berusaha tenang. Ia tahu, jika membuat keributan, orang-orang di area barbeque bisa panik dan suasana akan menjadi kacau. Ia menekan lukanya dengan kain yang ia temukan di sekitar tempat sampah, lalu menyusuri lorong belakang penginapan menuju jalan alternatif ke kamarnya. “Badjingan itu... jangan harap kau bisa mengelak kali ini,” batin Lavine. Langkahnya cepat dan sigap meski tubuhnya terasa lemas. Beberapa kali ia berhenti untuk memastikan tidak ada lagi yang mengikutinya. Begitu sampai di kamar, ia langsung mengunci pintu dan menahan napas sejenak, berusaha memproses apa yang barusan terjadi. Sebelum melakukan yang lain, ia cepat mengambil ponselnya, menghubungi Jordi. “Jemput aku sekarang. Seseorang mencoba untuk membunuhku. Aku di pantai...” Setelah selesai menghubungi Jordi, Lavine membuka laci dan mengambil kotak P3K yang tersedia di kamar itu, l

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 277

    Lavine terbahak-bahak melihat bagaimana Elle terus-menerus mual sambil memegangi perutnya yang sakit. Cara Lavine mengendarai boat sebelumnya memang sangat ekstrem dan tidak stabil, membuat Elle kewalahan menahan rasa pusing dan mual. Elle menoleh dengan wajah kesal, lalu memukul lengan Lavine pelan. “Kau sengaja ya melakukan itu, biar aku muntah?” gerutunya. Lavine hanya tertawa makin keras sambil mengangkat tangan, pura-pura minta maaf. “Sumpah, aku cuma ingin memberikan sebuah pengalaman seru!” katanya, masih dengan nada menggoda. “Tapi, sepertinya terlalu seru untukmu, ya? Hahaha.....” Elle menghela napas panjang, lalu duduk kembali sambil menenangkan perutnya. “Pengalaman seru katamu... aku hampir mati mabuk laut,” gumamnya pelan. Lavine hanya bisa tersenyum geli, menatap Elle yang masih cemberut tapi dalam hatinya justru terlihat manis saat marah-marah seperti itu.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 276

    Elle tersenyum kecil tanpa sadar, matanya mengikuti setiap langkah Lavine yang berjalan dengan santai mendekatinya. Pria itu tampak sangat berbeda dari biasanya, setelan santainya kali ini justru membuatnya terlihat semakin menarik. Celana pendek berwarna netral, kemeja polos berlengan pendek yang sedikit tergulung di lengan, serta rambutnya yang berantakan ditiup angin, semua itu berpadu sempurna dengan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya. Elle menggelengkan kepala pelan, berusaha menepis pikirannya sendiri yang makin tidak karuan belakangan ini. “Apa yang sebenarnya aku pikirkan, sih? Bisa-bisanya aku memiliki perasaan aneh ini?” gumamnya di dalam hati. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memalingkan pandangannya, berharap detak jantungnya bisa kembali tenang. Tapi dari sudut matanya, ia tahu, Lavine menyadari pandangan yang tertuju padanya sejak tadi. Lavine tersenyum lebar saat akhirnya bisa d

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 275

    “Kenapa kau tidak membalas pesan dariku?” Lavine menghela napas. “Takutnya kau cuma terpaksa mengajak saja, jadi aku tidak membalas pesan mu.” Elle pun berdecih sebal. “Sejak kapan kau peduli sekali dengan pendapatan ku? Bukanya kau hobi melakukan apa yang ingin kau lakukan tanpa peduli pendapat orang lain?” Mendengar itu, Lavine pun terkikik sendiri. “Ya ampun... Sekarang ini kau sudah sangat memahami ku, ya? Duh... jadi tersanjung. Kau pasti banyak memperhatikan ku belakangan ini, ya?” Elle menghela napas dengan ekspresi wajahnya yang sebal. “Gila kau ini. Mau atau tidak? Ada banyak kegiatan seru yang akan dilakukan dengan para staff kantor. Aku juga sudah menyiapkan door prize, loh...” Lavine tersenyum, sejak tadi terus mengamati ekspresi wajah Elle yang seperti berharap padanya. “Baiklah...” Setelah selesai berbicara dengan Elle, Lavine masuk ke dalam mobilnya dengan gerakan malas. Jordi, yang sudah menunggu di b

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 274

    Sore itu, langit tampak mendung ketika Lavine melangkah keluar dari gedung apartemennya. Dengan jas hitam dan kemeja yang sedikit terbuka di bagian atas, ia tampak seperti biasa, sangat santai, tapi menyimpan ketegangan yang jelas tidak akan tampak di permukaan. Di dalam mobil, Jordi menyetir tanpa banyak bicara. Lavine duduk bersandar, menatap keluar jendela sambil mengetukkan jari ke paha dengan irama acak. “Kira-kira kali ini dia ingin membahas apa lagi ya? Bisnis? Atau mungkin ada hubungannya dengan Elle? Hah! Tidak sabaran juga, aku jadi ingin cepat sampai.” katanya setengah bercanda, setengah kesal. Jordi melirik dari kaca spion. “Mungkin Tuan Ramon mulai sadar siapa yang sebenarnya punya andil besar dalam banyak hal akhir-akhir ini, Tuan.” Lavine hanya tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. “Hah! Kalau dia sadar, mungkin itu karena dia kepepet. Bukan karena dia benar-benar melihat.

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 273

    Rayn meninggalkan gedung perkantoran MJW dengan perasaan yang begitu menyesakkan. Pembicaraannya dengan Elle tidak berakhir seperti yang diinginkannya. Begitu sampai di dalam mobil, Rayn yang sangat kesal itu tidak lagi bisa menahan diri. Bukk!!! Dipukulnya kemudi mobilnya beberapa kali untuk melampiaskan amarah. “Badjingan!!!” teriaknya. “Kenapa... kenapa kau harus bisa melampaui ku, anak brengsek? Jelas-jelas yang mengalir di dalam tubuhmu adalah darah kotor dan rendahan, darah seorang pelacur yang menjijikan! Kau harusnya hidup dengan segala hinaan, berani sekali kau mengambil posisi yang harusnya menjadi milikku?!” Rayn merasa sudah benar-benar dikalahkan. Tatapan mata Elle saat bicara padanya tadi seolah telah menunjukkan bahwa Rayn bahkan tidak bisa lebih baik daripada Lavine. Grettt... Tangan Rayn terkepal erat. Matanya yang masih menyalak marah itu mulai bersia

  • Gairah Panas Suami (Pura-pura) Buta   Season 2 : Bab 272

    Esok harinya, di gedung MJW. Elle menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya, memandangi Rose dengan ekspresi datar. “Kau yakin itu dari Rayn? Kakak tirinya Lavine?” tanyanya pelan. Rose mengangguk. “Ya, dikirim langsung atas nama Tuan Rayn. Dikirim pagi-pagi sekali, bahkan sebelum staff lengkap datang, Nona.” Elle menarik napas dalam, sedikit tidak nyaman. Dia tahu Rayn bukan tipe pria yang melakukan sesuatu tanpa maksud tersembunyi. Elle kemudian berdiri dan melangkah ke luar ruangannya. “Ayo, aku ingin lihat sendiri seperti apa lukisan yang dia berikan padaku,” ucapnya dingin. Sesampainya di lobi, matanya langsung tertuju pada lukisan besar yang diletakkan rapi di atas meja resepsionis. Pigura mewah, warna-warna kuat, dan goresan yang jelas menunjukkan keahlian pelukisnya. Namun, tidak ada yang membuat Elle terpikat walaupun dia sampai memicingkan matanya. “Cantik, tapi sayangnya sama sekali tidak menyentuh,” gumamnya,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status