Share

Hukuman

Penulis: Evi Anggia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Pelakunya Devan, kan?”

Joanna menegang mendengar pertanyaan itu, tatapan tajamnya perlahan pudar. Belum selesai dia mendesak Ethan menjawab pertanyaannya tentang pakaiannya, tiba-tiba saja lelaki itu membahas tentang pacar palsunya. “Apa maksud Pak Ethan?”

Alih-alih menjawab Ethan justru beranjak dari tempat duduknya, berjalan santai masuk ke dalam kamar Joanna dan tak lama kemudian lelaki itu kembali muncul di meja makan.

Apa mungkin Pak Ethan tahu video itu? pikir Joanna.

Joanna tersentak kaget saat Ethan meletakkan segelas air putih di depannya.

“Minum obat dulu, Joanna!” Ethan nyaris lupa meminta Joanna untuk minum obat.

“Tidak sebelum kamu menjawab pertanyaanku,” balas Joanna sambil menepis obat yang disodorkan oleh Ethan.

Ethan menghela napas gusar, berusaha bersabar menghadapi Joanna. Lelaki itu menarik kursi dan duduk di samping Joanna. “Tenanglah! Bukan aku yang mengganti bajumu. Dokter pribadiku datang untuk memeriksamu dan mengganti pakaianmu.”

Joanna memicingkan mata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Permintaan Balas Budi

    Joanna menulikan pendengarannya, mengabaikan setiap caciaan dan cemooh dari sebagian rekan kerjanya. Dia melangkah mantap menuju ke ruang tunggu kru. “Aku kira dia tidak akan berani muncul lagi. Tapi, ternyata nyalinya boleh juga,” celetuk salah satu pramugari yang baru saja dilewati oleh Joanna. Langkah kaki Joanna terhenti ketika dua orang pramugari menghadang langkahnya. “Minggir!” pinta Joanna dengan nada santai. Salah satu pramugari itu malah melipat tangannya di depan dada dan melempar tatapan tajam pada Joanna. “Jangan-jangan kamu juga sudah merayu Pak Ethan agar bisa dijadikan ikon maskpai.” Joanna hanya menghela napas jengah, malas sekali membalas orang yang tidak penting itu. Dia memilih bergeser sedikit agar bisa berjalan melewati wanita itu. Namun, lagi-lagi langkahnya dihadang. “Kenapa tidak menjawab, Joanna? Ah, apa karena semua yang aku katakan adalah fakta?” tanyanya lagi. "Katakan saja di sini, apa yang sudah kamu berikan sehingga Pak Ethan memilihmu?"“Pikirkan

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Kencan Buta

    Ethan berjalan cepat tak lama setelah dia mendapatkan telepon, raut wajahnya berubah panik. "Siapkan mobil dan pulanglah!" perintah Ethan sambil berlalu ketika dia berjalan melewati meja sekretarisnya. "Baik, Pak." Ethan terus berjalan hingga dia tiba di tempat parkir, mobilnya sudah berada di depan pintu dan sopir pribadinya bergegas membukakan pintu. "Rumah Sakit Pelita Bunda!" ucap Ethan. "Baik, Pak Ethan." Jalanan yang lumayan lengang membuat mobilnya melaju kencang ke rumah sakit, tak lama kemudian Ethan sampai dan langsung menuju ke kamar rawat mamanya yang berada di deretan kamar VVIP. Ethan benar-benar panik saat melihat mamanya terbaring lemas di tempat tidur, padahal pagi tadi mamanya masih baik-baik saja saat dia berkunjung. Dia segera menghampiri dokter yang merawat mamanya. “Dok, bagaimana keadaan mama saya?” tanya Ethan cemas. “Ethan mama sakit parah.” Suara mamanya membuat Ethan menoleh, bukannya dokter yang menjawab justru mamanya. “Ma, jangan bercanda! Mama

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Calon Istri Bayaran

    “Ethan apa yang kamu lakukan?”Ethan berhenti saat melihat mamanya berjalan ke arahnya, tidak menyangka mamanya berada di rumah padahal tadi masih berada di rumah sakit. “Mama sudah pulang?”“Apa yang sudah kamu lakukan, Ethan? Mengacaukan dinner yang sudah mama siapkan?” Wanita paruh baya itu menatap putranya tajam, merasa putus asa karena selalu gagal menjodohkan putranya. “Omong kosong apa yang kamu bicarakan pada Gisel?”Ethan melonggarkan dasinya yang sudah membuat lehernya tercekik, ternyata wanita itu mengadu pada mamanya. “Yang dikatakan Gisel memang benar, Ma.”Usai menjawab pertanyaan mamanya, Ethan melenggang pergi begitu saja. Namun, mamanya ternyata mengejarnya, menahan pergelangan tangannya lantas menghadang langkah kakinya. “Kamu sudah punya calon istri?” Wanita paruh baya itu menatap putranya tak percaya, selama ini dia tidak pernah melihat Ethan dekat dengan wanita.Ethan mengangguk mantap. “Ya, Ma.”“Astaga! Sungguh?” Wanita itu speechless bahkan sampai menutup mulu

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Hamil?

    Ethan terdiam setelah mendengar bisikan dari sekretarisnya, dia bahkan langsung mengambil ponsel sekretarisnya dan melihat foto yang sudah tersebar di grup maskapai. Ruang meeting seketika senyap. “Cari tahu di mana mereka sekarang!” perintah Ethan.Sekretaris itu mengangguk lantas kembali ke tempat duduknya masing-masing. Ethan kembali fokus pada meeting yang tinggal beberapa saat lagi. “Ada yang mau ditanyakan?”“Tidak ada, Pak Ethan,” jawab ketua tim meeting hari ini. Ethan mengangguk. “Revisi laporannya saya tunggu paling lambat besok siang. Sekian untuk meeting hari ini.”Lelaki itu bergegas keluar dari ruang meeting, diikuti oleh sekretarisnya. “Di mana mereka?”“Ada di café dekat terminal keberangkatan, Pak.”Tanpa mengatakan apapun, Ethan pergi menemui mamanya. Dia sama sekali tidak menyangka mamanya datang menemui Joanna, bisa gempar semua orang akibat tindakan mama. ***Joanna merasa tidak nyaman meskipun sudah tidak berada di ruang kru, ternyata di café tempat mereka du

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Test Pack

    "Maaf, bisa diulangi lagi!"Joanna semakin keringat dingin mendengar pertanyaan itu, dia justru mengatupkan mulutnya rapat-rapat membuat pegawai apotik itu kebingungan. "Mbak bisa diulangi? Maaf, saya tidak dengar," ucap pegawai itu sopan. "Test Pack, Mbak," jawab Joanna cepat. Jantungnya berdebar semakin menggila selepas menjawab pertanyaan itu. Dia benar-benar takut membeli barang yang seharusnya tidak dia beli. "Ini, Mbak."Joanna segera menyodorkan selembar uang lima puluh ribuan dan bergegas meninggalkan tempat itu. "Mbak. Mbak kembaliannya."Suara teriakan dibelakangnya dia abaikan begitu saja. Wanita itu mencengkeram erat kantong plastik yang dia bawa. BRAK! Kepanikan membuat Joanna tidak fokus berjalan hingga membuatnya menabrak seseorang dan membuat kantong kresek yang dia bawa terjatuh. Wanita itu bergegas membungkuk, sebelum mengambil testpack yang keluar dari plastik, sebuah tangan mengambilnya lebih dulu. "Joanna apa yang kamu lakukan di sini?"DEG!Tubuh Joanna m

  • Gairah Panas Presdir Tampan    Sindrom Couvade

    Mual yang terasa secara mendadak membuat Ethan spontan membuka matanya dan berlari menuju ke kamar mandi. Rasanya ingin muntah, tapi tidak ada yang keluar dari mulutnya dan itu justru membuat Ethan semakin tersiksa."Sebenarnya ada apa denganku?" gumam Ethan. Sudah hampir seminggu dia mengalami mual selepas bangun tidur, beberapa kali melakukan pemeriksaan dan semua dokter yang dia temui mengatakan jika dia baik-baik saja.Ethan membasuh wajahnya dengan air setelah mual yang dia rasakan mereda. Lelaki itu langsung kembali ke tempat tidurnya. Dia menyambar ponsel lantas menghubungi sekretarisnya. "Halo, Pak Ethan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya sekretarisnya dari seberang telepon sana.“Cepat telepon Dokter Agnes! Minta datang sekarang juga!” pinta Ethan. “Baik, Pak.”Ethan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, keringat dingin langsung membasahi tubuhnya. Baru saja mencoba memejamkan mata, tiba-tiba saja matanya kembali terbuka saat merasakan perutnya kembali bergejolak. “S

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Anak Pelunas Hutang

    “Buat kamu saja.” Sekretaris Ethan menatap atasannya kebingungan, beralih menatap kantong kresek yang ada di atas meja untuk memastikan dia tidak salah beli pesanan yang diminta oleh Ethan. “Pak apa saya salah beli? Bukannya tadi bapak minta mangga muda?” "Ya, tapi aku tidak menginginkannya lagi. Buatmu saja," ucap Ethan. Lelaki itu kembali fokus pada layar komputernya. Namun, tak lama kemudian dia menahan sekretarisnya saat akan pergi. "Ada yang bisa saya bantu, Pak Ethan?""Carikan jadwal penerbangan Joanna hari ini!" perintah Ethan. "Baik, Pak. Akan segera saya kirim."Ethan benar-benar tidak tenang dan karena itu dia harus bertanya langsung pada Joanna untuk memastikan. Sambil menunggu lelaki itu menyeruput secangkir kopi yang baru dibuatkan oleh sekretarisnya. Raut wajahnya berubah setelah menyeruputnya. "Kenapa rasanya tidak enak sekali?" gerutunya. "Apa dia lupa takarannya?" Ethan menyambar ponselnya saat ada notifikasi pesan masuk dari sekretarisnya. Dia langsung membuka

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Melarikan Diri

    Tamparan yang tiba-tiba mendarat dipipi Joanna membuat wanita itu terhuyung ke belakang beberapa langkah. “ARGGHH!” pekik Joanna menggelegar saat ayahnya tiba-tiba saja menjambak rambutnya dengan keras. “Jangan buat ayah malu, Joanna! Katakan kalau kamu baru saja berbohong,” bisik ayahnya penuh ancaman. Masih meringis kesakitan, Joanna menggeleng pelan. Mata Joanna menatap Tegar, lelaki paruh baya yang terus mengancamnya agar dia menikahi lelaki itu jika tidak bisa melunasi hutang. “Ayah yang berhutang! Aku tidak mau menanggung semuanya,” balas Joanna. “Diam kamu, Joanna! Cepat turuti permintaan ayah!” bisik ayahnya panik. PYAR!Suara meja kaca yang pecah membuat ayah Joanna melepaskan putrinya. Segera Joanna mengambil tasnya lantas menjauh dari tempat itu. Namun, sebelum Joanna berhasil kabur, ayahnya terlebih dahulu menahannya, mencengkeram tangannya dengan erat. Tegar berdiri dari tempat duduknya, sudah muak dengan drama yang ada di depan matanya. “Apa-apaan kalian ini? Kau

Bab terbaru

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Diculik Suami

    Joanna mengernyit saat dia melih mobil Ethan siap di depan rumah. Padahal harusnya mobilnya yang ada di sana. "Masuklah, Joanna! Aku akan mengantarmu." Joanna tersentak kaget saat dia mendengar suara Ethan. Belum hilang keterkejutannya, tiba-tiba saja Ethan menarik pergelangan tangannya. "Maksudnya apa?" tanya Joanna bingung. Dia berusaha menarik tangannya, tapi nyatanya tenaga Joanna tidak cukup kuat. "Mulai hari ini aku yang mengantarmu," tegas Ethan tanpa menoleh ke belakang. "Nggak mau," tolak Joanna. "Lepaskan aku, Ethan!" Lelaki itu baru melepaskan Joanna saat mereka sudah ada di dekat mobil. Rizal langsung mendorong tubuh Joanna masuk ke dalam mobil dan dia menyusul masuk, tidak membiarkan Joanna keluar lagi. "Apa-apaan ini? Koperku?" tanyanya panik. Bibi sudah membawa kopernya turun terlebih dahulu, dia takut kopernya tertinggal di dalam rumah. "Sudah ada di bagasi," jawab Ethan. "Jalan, Pak!" Joanna semakin panik saat mobil itu berjalan. "Pak hentikan

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Singapura

    Ethan menatap Joanna yang tertidur pulas di sampingnya. Sayang sekali Joanna melewatkan pemandangan indah dari balik jendela pesawat pribadi Ethan. Tak lama setelah pesawat itu lepas landas, Joanna langsung tertidur pulas. "Joanna, bangun!" Ethan menggoyang-goyangkan lengan Joanna setelah pesawat itu berhasil mendarat dengan sempurna. Tak kunjung bangun, Ethan mendekatkan wajahnya. Namun, tiba-tiba wanita itu menarik tubuhnya menjauh. Joanna memasang tampang waspada. "Apa yang kamu lakukan, Ethan?" Ethan menjauhkan tubuhnya lantas dia berdiri dan mengulurkan tangannya. "Aku hanya ingin membangunkanmu, Joanna. Ayo, turun!" Spontan Joanna menyambut uluran tangan Ethan dan mereka berjalan meninggalkan pesawat. Di bawah sana sebuah mobil hitam sudah menunggu. "Selamat pagi, Pak Ethan. Selamat pagi, Bu Joanna," sapa sopir itu. "Pagi, Pak," balas Joanna. Joanna masuk ke dalam mobil dan diikuti oleh Ethan. Mobil itu langsung melaju begitu mereka masuk. HOEK! Joann

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Satu Ranjang

    Ethan melonggarkan pelukannya saat dia mendengar suara napas teratur, dia menunduk lantas tersenyum kecil ketika melihat Joanna tertidur pulas di pelukannya. "Cantik," gumam lelaki itu spontan. Ethan menarik selimut lebih tinggi, tidak ingin Joanna kedinginan dan lelaki itu kembali mendekap erat istrinya. Untuk pertama kalinya mereka tidur di ranjang yang sama. Tak butuh waktu lama, Ethan ikut tertidur pulas. *** Sepasang mata yang terpejam itu perlahan-lahan mulai terbuka. Joanna mengernyit merasakan pelukan erat itu, wanita itu menyingkirkan tangan Ethan sehingga dia bisa bebas. Joanna mendongak, menatap Ethan yang sudah tertidur pulas. "Kenapa dia masih ada di sini?" Joanna meringis saat sudah tidak tahan lagi menahan buang air kecil, dia menyibak selimut dan langsung menuju ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama bagi Joanna berada di dalam kamar mandi. Dia kembali ke tempat tidurnya. Namun, Joanna hanya berdiri di samping ranjang. Wanita itu menggigit bibir bawa

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Pesona Suami

    "Selamat malam, Tuan Ethan! Selamat malam, Nyonya Joanna," sapa bibi yang ada di dapur. Bibi senang sekali melihat kedua majikannya sudah mulai akur, tidak seperti saat mereka pertama kali masuk ke dalam rumah ini. "Malam, Bi," balas Joanna. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya bibi. "Tidak usah, Bi. Saya mau masak nasi goreng," ujar Ethan. Bibi menatap majikannya tak percaya, selama bekerja di rumah Ethan baru kali ini bibi melihat Ethan turun langsung ke dapur. Detik berikutnya dia tersenyum tipis melihat Ethan kembali menggandeng istrinya. "Baik, Tuan. Saya permisi dulu." Joanna hanya bisa pasrah saat Ethan menarinya menuju meja bar mini. Dia juga tidak tahu kenapa ngidam dimasakkan oleh suaminya. Jujur saja, Joanna lebih nyaman jika Ethan menolak permintaannya dan dia bisa bebas memasak dengan bibi. "Duduk sini dulu!" perintah Ethan. Tangan lelaki itu terulur mengusap perut Joanna. Tubuh wanita itu menegang saat melihat senyum tipis Ethan, tatapan mata lelaki

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Manja

    "Joanna lihat yang mama bawa!" Pandangan mata Joanna berpindah mengikuti arah telunjuk mertuanya. Wanita itu langsung takjub melihat tumpukan perlengkapan bayi. "Ini semua mama belikan khusus untuk cucu mama. Semoga saja kamu suka, Joanna," ujar wanita paruh baya itu sambil tersenyum lebar. Usia kandungannya belum menginjak lima bulan, tapi mertuanya sangat antusias menyambut anaknya lahir. Diterima dengan baik oleh keluarga Ethan membuat Joanna justru merasa bersalah karena nantinya dia akan meninggalkan keluarga Ethan. "Ma, tapi aku lahiran masih lama. Apa tidak terlalu dini mama belikan semua ini?" tanya Joanna dengan hati-hati takut menyinggung mertuanya. Dengan semangat wanita paruh baya itu menggeleng. "Tentu saja tidak. Mama tidak tahan untuk belanja printilan untuk cucu mama." "Terima kasih banyak, Ma." Rasanya sudah lama sekali dia tidak mendapatkan kehangatan dari seorang ibu. Wanita paruh baya itu mengusap perut Joanna lantas berpindah mengusap lengan mena

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Perhatian Mertua

    "DURHAKA KAMU ETHAN!" Teriakan itu sama sekali tidak membuat keputusan Ethan goyah. Dia memberi kode pada dua petugas keamanan segera menyeret mertuanya meninggalkan ruang kerjanya. "Lepas! Lepaskan aku!" pinta lelaki paruh baya itu saat dua orang itu menyeretnya paksa. "Apa kalian tidak tahu siapa aku? Hah?" Dengan panik lelaki itu kembali menatap Ethan, berharap menantunya berbaik hati mengurungkan niatnya. Dia pikir datang menemui menantunya adalah jalan keluar terbaik, tapi ternyata dia salah besar. Yang ad justru Ethan menolak permintaannya. "Ethan apa begini caramu memperlakukan mertuamu? Apa gunanya kaya kalau kamu tidak punya sopan santun?" Ethan berjalan cepat menutup pintu ruangan kerjanya, tapi sebelum ditutup Ethan menatap mertuanya. "Aku tidak akan mengeluarkan sepeserpun untuk ayah. Jadi, jangan berharap lebih, Ayah!" "Benar-benar kurang ajar kamu, Ethan. Dengar! Dengarkan aku! Aku menyesal membiarkan kamu menikah dengan putriku yang berharga." Teriakan mertuan

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Hutang Balas Budi

    Joanna mengernyit melihat para pramugara dan pramugari berbaris rapi saat dia masuk ke dalam ruang kru. Dia memelankan langkah kakinya sambil mengamati sekeliling. "Joanna, akhirnya kamu datang juga. Ayo, cepat sini! Tinggal kamu yang belum cek berat badan," ujar salah satu petugas wanita yang berdiri di depan. Mampus, batin Joanna panik. Sidak dadakan itu membuat Joanna memucat, jelas saja karena berat badannya sudah naik beberapa kilogram. "Yang lain silahkan bubar. Joanna ayo sini!" Terpaksa Joanna mendekat, dia menatap tajam Rosa yang baru saja melewatinya. Harusnya temannya itu memberitahu jika ada sidak mendadak agar Joanna bisa melarikan diri. "Ya, Bu Amelia. Maaf Bu, saya sudah melakukan pemeriksaan. Apa harus dicek lagi?" Joanna mencoba untuk berhegosiasi dengan Amelia. "Tidak bisa, Joanna. Ayo cepat naik ke timbangan!" Amelia menatap buku yang ada di tangannya, siap untuk mencatat. Joanna menggigit bibir bawahnya, dia hanya bisa pasrah lantaran tidak b

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Ancaman Terakhir

    "Apa yang kamu lakukan, Ethan?" geram Joanna. Wanita itu menatap sekeliling memastikan tidak ada orang lain. Bahaya jika ada orang yang melihat mereka berduaan. Ethan tak langsung menjawab, tapi justru membalas menatap tajam Joanna. Gertakan sepertinya tak mempan untuk membuat Joanna tunduk dengannya. Keberanian Joanna lama-lama menciut ditatap tajam seperti itu. "Aku ada briefing." Baru saja berbalik, pergelangan tangan Joanna dicengkeram erat oleh Ethan. Lelaki itu menarik kencang Joanna hingga wanita itu berbalik menghadapnya lagi. "Kalau kamu terus melawan aku tidak segan-segan membongkar hubungan kita, Joanna," ancam lelaki itu diikuti seulas senyum penuh kemenangan melihat perubahan wajah Joanna menjadi panik. Joanna membeku di tempat mendengar ancaman Ethan. "Jangan bercanda!" "Aku tidak bercanda, Joanna. Bagaimana? Jauhi Edward atau aku bongkar pernik—" "Ya, aku akan melakukannya," potong Joanna cepat. Dengan panik wanita itu menatap sekeliling, dia bernapas

  • Gairah Panas Presdir Tampan   Perhatian yang Memuakkan

    Joanna terkekeh pelan saat dia mengingat ucapan Ethan yang mengatakan jika dia cemburu melihatnya dengan Edward. "Ck, omong kosong," gumam Joanna. Dia tidak percaya dengan ucapan Ethan. Joanna menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin seorang Ethan cemburu padanya. Wanita itu kian mempercepat jalannya, tangannya menarik koper. "Astaga!" pekik Joanna ketika Ethan menghubunginya. Joanna menempelkan ponselnya di telinga. "Ada apa?" "Kenapa kamu pergi dulu? Bukankah kemarin aku sudah bilang tunggu aku? Aku akan mengantar jemput mulai sekarang," ujar Ethan dari sebrang sana. "Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri." Joanna tidak habis pikir bisa-bisanya Ethan menyuruhnya melakukan hal itu. Jika, dia melakukannya sama saja artinya lelaki itu ingin membongkar pernikahan rahasianya. "Di mana kamu sekarang. Aku bawakan sarapan untukmu. Bibi bilang kamu belum sarapan." Joanna menghela napas karena lelaki itu begitu keras kepala. Perhatian yang diberikan oleh Ethan berlebihan sekali. "Adu

DMCA.com Protection Status