Home / Romansa / Gairah Nakal, Sugar Baby / Enggak usah sok imut.

Share

Enggak usah sok imut.

Author: Tetesan air
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suara bel membangunkan Amel di pagi hari. Wanita cantik itu membuka mata dengan malas, ia sedikit terkejut melihat Bram tidur di sofa. Pria tampan itu meringkuk karena kedinginan.

Amel menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, kedua tangannya meraih selimut lalu menyelimuti Bram.

"Ya Tuhan, om Bram benar-benar sempurna. Dia tampan, tinggi, gagah, putih, hidungnya mancung lagi," ucap Amel, sambil menatap Bram tanpa berkedip.

"Jangan terlalu mengagumiku, nanti kamu jatuh cinta."

Bram tiba-tiba membuka mulut, yang membuat Amel terkejut sekaligus malu. Ia tidak menyangka kalau pria tampan itu akan mendengar ucapannya.

Amel memutar tubuhnya, bergegas ke luar dari kamar untuk membuka pintu.

"Bagaimana keadaan kamu Mel?"

Riska langsung bertanya, setelah pintu terbuka. Ia sengaja datang pagi-pagi hanya untuk memastikan kondisi sahabatnya.

"Aku enggak apa-apa," jawab Amel. Saat ini keduanya sudah duduk di ruang tamu.

"Syukurlah, satu malam ini aku gak bisa tenang karena khawatir."

Kedu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (24)
goodnovel comment avatar
Zhunia Angel
sdh ku duga bryan anaknya om bram..
goodnovel comment avatar
Ndellpellows
Kenapa sih harus buka kunci sebel deh
goodnovel comment avatar
Nyimas Sumiati Sumiati
lagi seru serunya baca eh terkunci buka kuncinya dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Biar aku yang menidurkan, Om.

    Satu hari telah berlalu, di mana saat ini waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Amel dan Riska menaiki mobil yang sama, menuju kediaman Wijaya. Sedangkan Bryan menaiki motornya sendiri. "Wao...ini rumah atau gedung?" ucap Amel. Saat ini mereka sedang memasuki gerbang istana Wijaya.Amel begitu mengagumi bangunan tinggi, berlantai tiga yang ada di hadapannya saat ini. Begitu juga dengan Riska, kedua wanita cantik itu membayangkan, berapa milliar untuk membangun rumah sebesar itu."Ayo masuk." Suara Bryan menyadarkan Amel dan Riska dari khayalan. Keduanya bergegas mengikuti Bryan masuk ke dalam rumah.Amel menelan saliva melihat furniture yang ada di sana. Sofa yang terletak di ruang tamu, pasti harganya fantastis. Begitu juga dengan televisi yang tergantung di tembok, ini pertama kalinya Amel melihat sofa semewah itu dan televisi sebesar itu."Mari, silahkan Nona." Seorang pelayan menuntun Amel dan Riska menuju ruang makan."Oh Tuhan, kak Bryan benar-benar anak konglomerat," ucap da

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Bagaimana Ris, apa Om Bram terluka parah?

    Bram memutar tubuh, ia menungkupkan kedua tangannya di wajah Amel. "Jangan menggodaku, karena aku tidak menyukai itu," ucapnya dengan lembut.Amel menatap sendu kedua manik mata Bram, sambil memanyunkan bibir seperti anak yang sedang merajuk."Apa kamu mengerti?" Bram kembali membuka mulut."Mengerti Om, tapi aku menyukainya," jawab Amel.Bram menghela napas sebelum membuka mulut. "Jika kamu menginginkan sesuatu! Tidak perlu bersikap murahan seperti ini," ucapnya yang membuat Amel sedikit tersinggung.Amel segera melepaskan kedua tangannya dari tubuh Bram. Akal sehatnya kembali, setelah mendengar ucapan pria tampan itu. Sementara Bram, langsung pergi meninggalkan Apartemen. Ia menghubungi Alex, memintanya datang ke kelap. "Kamu kenapa lagi Bram?" tanya Alex.Kedua pria tampan itu sudah berada di sebuah ruangan VIP. Ditemani dua orang waiters, dan seorang penari erotis."Aku enggak apa-apa," jawab Bram dengan santai."Terus, kenapa kamu memintaku datang kemari? Padahal, aku lagi di

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku pasti meninggalkan Apartemen ini.

    Dua hari telah berlalu, Amel selalu mencari tahu kondisi Bram melalui Riska. Entah mengapa wanita cantik itu merasa khawatir, bahkan ia tidak bisa tidur dan tidak selera makan."Selamat malam Amel?"Tiba-tiba terdengar suara Bariton dari arah punggung. Amel memutar kepala untuk melihat, siapa yang menyebut namanya."Kak Bryan," ucap Amel dan Riska secara bersamaan.Ketiganya duduk di kafe yang terletak di samping kampus. Bryan menceritakan kondisi ayahnya, karena Amel dan Riska bertanya."Kasihan Daddy, pelayan yang harus mengurusnya," ucap Bryan."Memang Tante ke mana, ka?" tanya Riska."Mami sudah berangkat ke Singapura, soalnya besok acara peresmian perusahaan Women's Collection. Mami memiliki saham 50 persen di sana, jadi mami harus menghadirinya.""Ow." Amel dan Riska menjawab secara bersamaan."Kalau aku dan Amel, menjenguk om, boleh gak?" Akhirnya Riska memberanikan diri untuk bertanya. Sementara Amel langsung menjepit pinggul sahabatnya dengan lembut."Boleh, enggak apa-apa.

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Maaf, maaf maaf. Aku tidak sengaja.

    "Om sudah bangun." Amel muncul dari pintu, melangkah menuju tempat tidur sambil membawa nampan di tangannya."Apa itu?" tanya Bram."Aku membuat bubur ayam untuk Om," jawab Amel dengan lembut, "Om makan, ya? lanjutnya dengan nada membujuk."Aku tidak suka bubur," tolak Bram.Bram memang tidak menyukai bubur, pria tampan itu menyukai roti untuk sarapan di pagi hari."Tapi ini bagus untuk orang yang sedang sakit Om." Amel berusaha membujuk Bram."Tapi aku tidak menyukainya, dan aku belum pernah memakannya." Bram tetap saja menolak. Melihatnya saja, sudah membuat tenggorokannya geli."Ini enak Om, coba sedikit saja." Amel membujuk Bram, hingga pria tampan itu membuka mulut untuk menerima suapan dari Amel."Bagaimana Om, enakkan?" tanya Amel."Lumayan," sahut Bram."Kalau begitu, Om makan lagi ya? Biar cepat sembuh."Amel menyuapi Bram, hingga bubur yang ada di dalam mangkuk habis tanpa tersisa. Sebenarnya Bram masih ingin, tetapi ia malu untuk meminta tambah.Selesai menyuapi Bram, Amel

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku hanya butuh 1 Milliar.

    "Apa masih teras panas?" tanya Bram, sambil mengoleskan salep.Amel tidak menjawab, wanita cantik itu fokus menatap wajah tampan Bram. Matanya sama sekali tidak berkedip, bibirnya terangkat karena senyum.Bram menghentikan gerakan tangannya, ia menegakkan kepala. "Apa kamu sudah puas memandangku?" ucapnya."A...a...aku enggak apa-apa Om," jawab Amel dengan gugup."Kalau begitu, aku ingin bicara denganmu." Bram mencengkram pergelangan tangan Amel, lalu membawanya menuju kamar."Ini apa maksudnya?" tanya Bram sambil menunjuk barang-barang Amel."A...aku akan pergi hari ini,Om." "Enak saja kamu mau pergi, bukankah kamu sudah menandatangani kontrak selama 1 tahun? Bukankah kamu sudah menerima uangnya?" Bram melemparkan beberapa pertanyaan, yang membuat Amel bingung.Tentu Amel bingung! Bukankah beberapa hari yang lalu Bram ingin membatalkan kontraknya? Terus, kenapa sekarang dia bicara seperti itu? Seolah-olah Amel berbuat sesuka hati."Tapi Om....""Tidak ada tapi-tapian, selesaikan dul

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Dia benar-benar gila, dasar wanita bodoh.

    Posisi Amel yang menunduk, membuat belahan gunung kembarnya terekspos bebas di hadapan Bram. Tentu pria tampan itu, merasakan sesuatu yang hidup di bawah sana. Tetapi Bram berusaha untuk terlihat tenang, bahkan ia berusaha untuk menjauhkan pandangannya.Alih-alih mengharapkan Amel segera masuk ke kamar, wanita cantik itu justru duduk tepat di sampingnya."Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan anak ini?" Bisik dalam hati Bram."Om," panggil Amel sambil tangannya ia letakkan di paha Bram."Hm, iya." Sahut singkat Bram.Matanya tetap tertuju ke televisi, tetapi hati dan pikirannya memikirkan tentang hal kotor."Kalau kontraknya sudah berakhir! Aku boleh dekat dengan pria lain kan, Om?" Pertanyaan Amel membuat Bram memutar kepala. Ia menatap Amel dengan tatapan yang sulit diartikan."Boleh, kalau kontraknya sudah berakhir! Kamu sudah bebas. Mau nikah atau mau dekat dengan pria lain, terserah kamu," ucapnya setelah beberapa menit hening. "Apa ada pria yang mendekatimu," lanjutnya.Entah men

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Nah...itu enak Om.

    "Sudah," jawab singkat Bram, "Ini ambil, ganti pakaianmu," lanjutnya sambil menyodorkan sebuah paper bag kepada Amel."Apa ini Om?" Tentu Amel bertanya.Tetapi Bram bukannya memberitahu, pria tampan itu justru mendesaknya agar segera ke kamar, untuk mengganti pakaiannya.Setelah masuk ke kamar, Amel segera membuka paper bag. Ia terkejut melihat isi di dalamnya."Apa ini? Untuk apa aku memakai ini?" ucap Amel, bertanya kepada dirinya sendiri.Ia benar-benar bingung, hal yang wajar Amel bingung. Untuk apa Bram memintanya memakai gaun mewah seperti itu."Apa sudah siap?" Tiba-tiba terdengar suara Bram dari pintu kamar.Amel menaruh gaun di atas tempat tidur, ia melangkah menghampiri Bram. Dengan lembut ia bertanya kepada Bram, "Om, untuk apa aku memakai gaun itu?""Tidak perlu banyak bertanya, sekarang pakailah gaun itu, dandan dan segera ke ruang tamu." Setelah mengatakan itu, Bram langsung pergi."Ya Tuhan, untuk apa aku memakai gaun seperti ini? Om Bram memang aneh," gerutu Amel.Wal

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Wah...pangeran datang bersama dua bidadari.

    "Baik Bu," jawab Amel sambil mengangguk. Selama ini tugas Amel hanya menyiapkan minuman, dan membantu atasannya jika ada yang membutuhkan bantuan. Sedangkan untuk kebersihan dan mengantar minuman, adalah tugas Mutia. Itu sebabnya Amel tidak pernah bertemu dengan Bram saat di kantor."Yasudah, sekarang siapkan minuman untuk Bapak Direktur."Amel meninggalkan ruangan Manajer dan kembali ke tempatnya. Ia segera membuatkan satu gelas air hangat, lalu mengantarnya ke ruangan Direktur."Permisi Pak," ucap Amel sambil mengetuk pintu."Masuk." Sahut suara bariton dari dalam.Amel mendorong pintu, ia melangkah menuju meja Direktur sambil menunduk."Ini minumannya Pak," ucap Amel sambil menaruh gelas di atas meja."Hm..." jawab singkat Bram."Kalau begitu, saya permisi dulu pak." Amel langsung berbalik, melangkah menuju pintu.Sementara Bram, refleks menghentikan gerakan tangannya yang sedang berselancar di keyboard laptop. Suara itu seperti tidak asing di telinganya."Tunggu dulu," panggil Br

Latest chapter

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku hanya merasa tidak asing dengan kamar ini.

    Ramel tidak membuka mulut, rasa terharu sekaligus sedih membuat bibirnya kaku."Jadi untuk sementara waktu...." Melisa belum selesai bicara, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai dua. Sontak membuat keduanya refleks meninggalkan ruang tamu menuju arah datangnya suara."Tidak, tidak, tidak." Teriakan itu menyambut Ramel dan Melisa."Ibu, ibu, ada apa ibu?" Melisa merangkul ibunya, wajahnya terlihat khawatir.Begitu juga dengan Ramel, pria tampan itu menarik Bella lalu memeluknya dengan erat. Menungkupkan wajah wanita cantik itu di dada bidangnya, sambil mengecup ujung kepala Bella dengan penuh kasih sayang.Setelah Bella sedikit tenang, Ramel mengajaknya duduk di sisi ranjang. Memberinya air mineral sambil berbicara dengan lembut."Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, aku merasakan sesuatu saat memasuki kamar ini," ucap Bella dengan wajah bingung.Ramel tersenyum tipis, "Apa kamu mengingat sesuatu?"Bella menggeleng, "Aku hanya merasa tidak asing dengan kamar ini, padahal

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Suruh mereka pergi.

    Dua hari telah berlalu, Ramel dan Tania sedang bersiap-siap untuk menemui wanita itu. Selama ini ayah satu anak itu benar-benar sibuk karena kliennya datang dari Singapura. "Kenan, kamu gak jadi ikut?" tanya Ramel saat tiba di meja makan.Dua hari yang lalu pria tampan berusia 17 tahun itu berjanji untuk ikut. Namun pagi ini ia masih terlihat mengenakan baju santai."Enggak Pah," jawab Kenan."Kenapa?" Tentu Ramel bertanya, apa alasan putranya tidak ikut!"Kenan merasa tidak enak badan Pah, kepalaku sedikit pusing.""Yasudah, kamu istirahat aja di rumah." Kali ini Tania yang membuka mulut.Ruangan itupun seketika hening, semua sibuk menikmati sarapannya masing-masing. Setelah itu Ramel dan Tania meninggalkan kediaman Wijaya bersama Lukas sopir kepercayaan keluarga Wijaya.Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam, akhirnya mereka tiba. Tania memperhatikan rumah sederhana yang berdiri kokok di hadapannya. "Ayo Oma," ajak Ramel.Keduanya melangkah secara bersamaan, Ramel mengangkat sat

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Dia istriku Oma.

    Tepat pukul satu siang, Ramel dan teman-temannya sudah bersiap-siap untuk meninggalkan Villa dan kembali ke kota. Sebenarnya mereka masih memiliki satu tujuan lagi, tetapi Ramel tiba-tiba ada urusan mendadak. Kliennya dari Singapura besok pagi sudah tiba di Indonesia."Mel, dari tadi Melisa kok gak kelihatan ya? Apa dia gak kerja?" tanya Alex sambil membantu Ramel memasukkan barang-barang ke dalam mobil."Dia shift malam, jadi udah pulang tadi pagi," jawab Ramel dengan jujur."Oh, pantas itu anak gak kelihatan," sahut Alex, "Oh iya, kamu tahu dari mana?" lanjutnya."Tadi aku yang mengantarnya pulang." Ramel menceritakan semuanya kepada Alex, ia juga mengatakan merasakan sesuatu saat melihat ibunya Melisa berdiri di depan jendela."Kenapa kamu gak singgah dulu?" Tentu Alex bertanya!"Segan sama tetangganya, soalnya di rumah itu gak ada laki-laki," dalih Ramel."Iya juga sih, tapi Melisa dan ibunya kapan ke Jakarta? Bukannya kamu menawarinya untuk jadi asisten rumah tangga di kediaman W

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Bagaimana Om? Mau nikah dengan saya?

    "Kamu baru lulus sekolah ya?" Ramel kembali bertanya."Iya Om," sahut singkat Melisa."Kalau baru lulus sekolah jangan langsung nikah, lanjut kuliah dulu. Pernikahan itu tidak seindah yang dibayangkan." Ramel seketika menjadi seorang ayah yang sedang menasehati putrinya."Untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi tukang masak, lebih baik cari laki-laki yang mapan lalu nikah." Jawaban melihat membuat Ramel dan teman-temannya tercengang.Melisa bicara dengan wajah polos tanpa sedikitpun tersenyum. Wanita cantik berusia 18 tahun itu sungguh-sungguh ingin menikah, terlihat dari sorot matanya saat menatap Ramel.Entah apa yang membuatnya ingin segera menikah, padahal usianya masih sangat muda."Gimana Om? Mau nikah dengan saya?" lanjut Melisa sembari bertanya.Ramel tersenyum mengejek, "Anak zaman sekarang selalu bertindak tanpa berpikir dulu. Kamu pikir pernikahan itu mainan? Lagipula aku tak mungkin menikah denganmu.""Kenapa gak mungkin Om? Yang penting kan, suka sama suka," p

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Aku mau dong jadi istrinya.

    Tujuh belas tahun telah berlalu, selama itu juga Ramel hidup dalam kesendirian, ia membesarkan Kenan bersama Tania yang saat ini sudah menginjak usia 67 tahun. Wanita tua itu sudah sering kali meminta Ramel untuk menikah, tetapi permintaannya selalu ditolak.Tania sudah mencoba menjodohkan beberapa wanita dari golongan atas kepala Ramel, tetapi pria tampan itu sama sekali tidak tertarik. Ia masih berharap Bella hidup dan kembali ke pelukannya."Ken," panggil Ramel yang duduk di ruang tamu bersama Tania.Kenan yang melangkah menuju pintu utama, terpaksa memutar langkah menghampiri ayah dan buyutnya."Iya Pah," sahut Kenan sambil menjatuhkan bokongnya di samping Tania."Besok pagi Papah mau touring ke luar kota, tolong jaga Buyut dan jangan pulang larut malam," pesan Ramel kepada putranya."Baik Pah, Kenan gak diajak Pah?" jawab Kenan sembari balik bertanya."Fokus dengan sekolahmu." Setelah mengatakan itu, Ramel bergegas meninggalkan ruang tamu.Kenan pun berpamitan kepada buyutnya, an

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Mimpi itu benar-benar nyata.

    "Pantas saja ini tempat favorit mas Ramel, selain pemandangannya yang indah, suasananya juga terasa tenang," ucap Bella dengan nada lembut dan nyaris tak terdengar.Wanita satu anak itu memejamkan mata, menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari hidung dengan lembut, sambil menikmati sejuknya hembusan angin."Bella."Bella refleks membuka mata saat mendengar seseorang memanggil namanya, ia baru saja akan memutar kepala untuk melihat orang yang memanggilnya, tetapi dua telapak tangan sudah terlebih dahulu mendorong punggungnya dari belakang."Aaaaaahh...." teriak Bella yang terguling ke jurang hingga jatuh ke aliran air terjun.Saat itu juga Ramel terbangun dari tidurnya, seluruh kening pria tampan itu terlihat mengkilat akibat tetesan keringat, sehingga membuat Tania bingung dan terkejut ketika melihatnya ke luar dari kamar."Ramel, kamu kenapa?" tanya Tania yang sedang memberikan susu formula pada Kenan."Bella di mana Oma?" Bukannya menjawab, Ramel justru balik bertanya.

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Apa Mas akan menikah lagi?

    Setelah melepas hasrat sebanyak dua kali, Ramel dan Bella meninggalkan rumah pohon dan kembali ke Villa. Setibanya di sana, Tania langsung mengajak mereka untuk makan siang bersama. Wanita tua itu sudah menyiapkan beberapa menu di atas meja bersama pelayan.Makan siang kali ini sedikit berbeda, biasanya suasana di meja makan pasti akan hening karena tak ada yang boleh berbicara. Tetapi saat ini Ramel, Bella dan Tania menikmati makan siangnya sambil berbincang-bincang."Mel, Bel, malam ini Kenan biar tidur sama Oma aja ya?" ucap Tania sambil mengunyah makanannya.Iya, Ramel dan Bella menamai putranya Kenan Alexander Wijaya."Kenan setiap malam sering minta susu, nanti Oma jadi terganggu," sahut Bella."Enggak apa-apa, Oma gak merasa terganggu kok," ucap Tania.Wanita tua itu sengaja meminta Kenan tidur di kamarnya, agar Bella dan Ramel bisa berduaan menikmati liburannya. Dari awal Tania sudah menolak untuk ikut ke Villa, tetapi Bella memaksa."Yaudah, terserah Oma aja." Kali ini Ramel

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Mas udah gak kuat lagi.

    Empat puluh hari telah berlalu, hari ini keluarga Wijaya sedang bersiap untuk liburan. Ramel akan memboyong keluarganya ke villa, seperti permintaan Bella waktu itu. Rencananya mereka akan menginap di sana selama satu Minggu."Mas," panggil Bella.Ramel yang melangk menuju pintu, menghentikan langkahnya lalu berputar menghadap Bella."Iya sayang," sahut Ramel dengan lembut."Sebabnya ada yang ingin aku bicarakan, Mas," ucap Bella dengan wajah serius.Ramel melangkah menghampiri istrinya yang duduk di sisi ranjang tepat di samping wanita cantik satu anak itu."Bicara apa sayang? Apa tentang liburan kita?" todong Ramel.Bella menggeleng, "Tidak mas, aku ingin bicara tentang pak Bara dan Mbok Inem," ucapnya.Ramel menghela napas, ia meraih tangan Bella lalu menggenggamnya dengan erat. Walupun Bella belum mengatakan apapun, Ramel sudah tahu apa yang akan dibicarakan oleh istrinya itu.Tentu tentang kejadian beberapa bulan yang lalu, di mana pak Bara dan Mbok Inem tiba-tiba mengkhianatinya

  • Gairah Nakal, Sugar Baby   Delapan, ya ampun.

    "Kenapa sayang?" tanya Ramel yang langsung memeluk Bella."Mas tega," bisik Bella."Bukan tega sayang, tapi Mas hanya mengikuti saran dari dokter," sahut Ramel yang juga berbisik.Akhirnya Bella mengikuti kemauan suaminya, ia mengijinkan dokter untuk melakukan tugasnya. Bella menggigit ujung baju Ramel untuk menahan rasa sakit yang luar biasa, bahkan lebih sakit dari melahirkan."Sudah Dok, saya gak kuat lagi," keluh Bella, akhirnya wanita cantik itu menyerah."Sebentar lagi ya Bu, tinggal satu jahitan lagi," sahut dokter. Wanita berjubah putih itu sengaja mengajak Bella bicara, untuk mengalihkan rasa sakitnya.Setelah 60 menit berlalu, Bella dipindahkan ke ruang inap begitu juga dengan bayi mungilnya. Wanita cantik itu sudah pasti menempati kamar President Suite.Ramel tak sedetikpun meninggalkan istri dan anaknya. Tatapnya tak lepas dari wajah tampan putranya, bayi mungil itu benar-benar mirip dengannya. Sungguh Ramel tak menyangka memiliki anak diusianya yang masih sangat muda, ia

DMCA.com Protection Status