Share

Bab 5: Dia Evan Rasuli

Author: Vani Vevila
last update Last Updated: 2022-01-24 09:13:51

Pagi ini Naya terbangun sebelum alarm di ponselnya berbunyi. Sambil bersandar pada kepala kasur, ia memijat kepalanya. Rasanya pengar. Naya juga merasakan mual dan panas di perutnya. Dia menghela napas, menutup mata. Tidak, semalam dia tidak begitu mabuk dan masih sadar akan semuanya. Dia sempat bersih-bersih, menghapus riasan, mandi dan keramas menggunakan air hangat, serta menyeduh peppermint tea.

Kalau kangen, aku kerja di Fleur. Ya, itu chat yang Evan kirim tadi malam setelah dia berhasil mengusir pria itu dari apartemennya. 

Naya pun mengingat bagaimana pria asing bernama Evan semalam mengantarnya pulang dan berhasil menciumnya. Tangan Naya refleks menyentuh bibirnya saat bibir Evan memainkan bibirnya. Dia menggeleng, berusaha membuang ingatan tentang kejadian semalam.

Untung hari ini Sabtu, pikir Naya. Dia tidak perlu sibuk mengatur segalanya agar saat sampai di kantor penampilannya tidak terlihat buruk. Ponselnya bergetar. 

"Morning, honey…" Naya membalas sapaan dari panggilan masuk. 

"Mau lari pagi, nggak?" Tanya orang di seberang telepon. 

Naya melihat ke arah jendela, terik matahari yang cerah terlihat menembus gorden. "Nggak deh. Males nih. Gimana kalau anter aku ke mall? Aku mau beli sesuatu. Sekalian makan siang di sana."

"Okay."

Panggilan ditutup. Naya sudah terbiasa dengan obrolan singkat dengan Lukas. Pacarnya memang tidak suka banyak bicara, kecuali bercerita mengenai hobi atau hal-hal yang sedang cowok itu sukai.

Kalau dipikir-pikir, ia bisa berpacaran dengan Lukas juga karena dijodohkan oleh teman-temannya. Lukas punya tampilan wajah yang memang di atas rata-rata, dia memiliki darah Jerman dari sang ayah. Tubuhnya tinggi, rambutnya tebal dengan warna kecokelatan. Ada sedikit freckles di wajahnya yang semakin membuatnya terlihat lebih bule.

Setelah menyemprotkan parfum, lebih tepatnya body mist, ponsel Naya bergetar dengan notifikasi chat masuk dari Lukas, pemberitahuan bahwa ia sudah sampai di sekitar apartemen. Seperti biasa, pria itu jarang sekali parkir dan menghampirinya di unit apartemen dengan alasan 'malas'. 

Segara Naya keluar dari apartemennya, memasuki lift, menuju lobby.

"Mall mana nih? Kamu ada yang mau dibeli?" Lukas memperhatikan kaca spion, bersiap membawa mobilnya ke tempat yang ingin Naya datangi. 

"Nggak usah jauh-jauh. Aku cuma mau beli aromaterapi sih." Naya mendekatkan wajahnya ke pipi Lukas, mengecupnya lembut.

Lukas pun membalasnya, mengecup pipi Naya. "Okay."

Lukas membawanya ke sebuah mall besar di pusat kota Jakarta. Lukas bukan tipe cowok yang suka memutari mall. Naya tahu itu. Jangankan memutari mall, berlama-lama di supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari saja dia tidak suka.

"Di sini yuk." Naya mengajak Lukas berhenti di sebuah toko parfum dengan nama 'Fleur'. Dia hanya ingin memastikan kalau Evan benar-benar bekerja di sana.

Selain menjual berbagai macam produk parfum, deretan sabun dan lilin aroma terapi dipajang di bagian tengah toko dengan sebuah meja transparan. Begitu masuk ke dalamnya, aroma bunga bercampur rempah masuk ke rongga hidung.

Naya mencoba satu demi satu produk, mencium aromanya, mencari tipe aroma favoritnya sambil memperhatikan isi toko.

"Kayaknya kakak suka yang powdery," tanya seseorang di sampingnya, suara yang tidak asing terdengar. Suara berat yang Naya suka.

Naya menoleh. Dia tidak bisa menutupi ekspresi terkejut bercampur gugup.

"Ada yang bisa dibantu? Cari aroma seperti apa?" Pria berpakaian rapi dengan name tag bertuliskan 'Evan Rasuli'.

"Oh.. " Tidak tahu mengapa Naya merasa kikuk dan salah tingkah. Dia menggaruk pelan lehernya. "Mau lihat-lihat dulu."

Evan terus berada di samping Naya. Sebagai pramuniaga, memang sangat biasa didampingi untuk menemukan produk yang tepat, tapi Naya merasakan perasaan aneh muncul di hatinya saat menyadari pramuniaga itu adalah Evan, pria yang menciumnya tadi malam.

Lukas mencolek bahunya. "Aku tunggu di luar. "

Naya mengangguk. Dia melanjutkan melihat isi toko, walau tidak bisa setenang tadi karena Evan terus berada di samping, dia tetap coba bersikap biasa saja. Bahkan berusaha tidak menunjukan bahwa dia mengenali Evan.

Evan semakin mendekatkan tubuhnya dan mencuri pandangan Naya.

"Nggak mungkin lupa sama aku,kan?" tanya Evan dengan volume suara teramat pelan. Sampai Naya sekilas tidak bisa mendengarnya. Dia terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

"Cowok itu pacarmu?" Evan melihat ke arah Lukas yang asyik bermain dengan ponselnya di luar toko.

"Dia ninggalin kamu dalam toko ini gitu aja? Ah cowok macam apa. Tenang, ada aku." Evan mengulas senyum. "Jangankan bantuin kamu pilih produk, aku bakal temenin kamu kapanpun seperti yang kamu mau."

Naya masih diam dengan tangan yang mengambil satu-persatu produk dari etalase. Pura-pura memperhatikan setiap bagiannya.

"Aku cuna nawarin sekali seumur hidup lho. Cowok kamu kelihatan cuek. Yakin nggak butuh aku, Naya cantik?" Evan menjauhkan tubuhnya ketika ada pelanggan lain masuk ke dalam toko. Dia bersiap meninggalkan Naya karena wanita itu tidak juga menjawab tawarannya.

Naya menarik lengan Evan, "Aku mau beli ini."

Tangannya membawa sebuah lilin aroma terapi berwarna kebiruan. Evan mengambil lilin itu, menuntun Naya pergi ke meja kasir.

Sambil menyelesaikan transaksi, Evan memasukan sample parfum ke dalam paper bag. Dia memberikan paper bag tersebut pada Naya. "Terima kasih, kak."

Lagi-lagi Evan mendekatkan tubuhnya pada Naya. "Ada aroma favoritku di dalam sana. Siapa tahu kamu kangen. Nanti malam aku tunggu di lobby apartemenmu."

Secepat mungkin Naya mengambil paper bag dari tangan Evan dan menghampiri Lukas. Dia mengajak Lukas untuk meninggalkan toko tanpa melihat ke arah Evan sedikitpun. Ada rasa takut dalam hatinya dan menyesal mengapa ia harus membiarkan Evan mengantarnya semalam.

Namun setengah hatinya berkata ia senang dengan tawaran dan kata-kata yang menggoda dari Evan kepadanya. Sudah lama dia tidak merasakan hal seperti ini. 

Nanti malam… Seketika Naya merasa tidak sabar akan terbenamnya matahari.

.

.

Related chapters

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 6: Begitu Menggoda

    Sejak sampai kembali ke apartemen Naya merasa gelisah. Dia memandangi jam dinding dan jam pada ponselnya bergantian. Setelah berhasil meminta Lukas untuk pulang lebih cepat dengan alasan ingin istirahat, Naya berharap apa yang dikatakan oleh Evan adalah sebuah kebenaran. Benar jika itu merupakan janji untuk bertemu.Lagipula Lukas baik-baik saja dan terlihat senang ketika ia meminta pulang, tidak memakan banyak waktu di mall, tempat yang membosankan bagi Lukas. Lalu bagaimana Naya bisa yakin bahwa Evan akan muncul di lobby nanti?"Ah, udahlah… Cowok kayak dia juga punya bakat jadi cowok brengsek, goda sana, goda sini." Naya membanting ponsel, pergi ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Dia memutuskan untuk menghabiskan malam dengan menonton series sambil menikmati camilan yang ia beli saat pergi tadi.Jam

    Last Updated : 2022-01-24
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 7: Berantakan

    Lukas jarang memberinya ciuman. Seperti ciuman yang dilakukan oleh Evan sekarang. Bagi Naya, pria asing di hadapannya ini hadir untuk membayar semua hal yang ia harapkan ada di diri Lukas. Dia selalu ingin Lukas lebih berani dalam mengutarakan perasaan dalam hubungan spesial mereka. Termasuk ucapan manis dan menggoda yang sekarang malah Naya dapatkan dari Evan, orang yang baru dia kenal.Kedua tangan Evan menarik perlahan cardigan yang Naya, melepasnya, dan lanjut membuka atasan piyama dengan tetap melumat bibir Naya yang kini semakin ganas karena Naya sudah mampu mengikuti.Yang ada di pikiran Naya hanya menikmati apa yang dilakukan Evan kepadanya dan terpesona dengan bentuk wajah pria itu. Ketika wajah mereka semakin dekat, Naya bisa melihat lebih rinci wajah Evan yang baginya biasa tapi istimewa. Alis Evan yang tidak tipis, tapi juga tidak tebal.

    Last Updated : 2022-01-24
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 8: Kenikmatan yang Diberikan Evan

    Naya sudah tidak mampu menahan desahannya, batinnya berteriak ingin menolak apa yang sedang ia terima. Namun setan di dalam dirinya begitu kuat, membuat ia menikmati semuanya. Gerakan dan perlakuan Evan terhadapnya, suara desahan Evan yang mulus masuk ke telinga, juga embusan napasnya yang menggelora. Aroma tembakau bercampur mint keluar dari sana, semakin membuat Naya ketagihan."Kamu suka?" bisik Evan dengan jarinya yang masih bergerak di bawah sana.Naya mengangguk, sejujurnya ia malu."Mau yang lebih?" Evan mempercepat gerakannya.Lagi-lagi Naya mengangguk. Pipinya semakin merah merona.Kamu udah sinting, Naya!Evan kembali menciuminya, dari telinga, pipi,

    Last Updated : 2022-01-24
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 9: Dua Tahun Bersama Lukas

    Lukas mengeluarkan cake tart dengan cream berwarna putih, pada bagian sisi ditaruh stroberi segar dan hiasan keemasan. Ukurannya tidak begitu besar, cukup dihabiskan oleh dua orang saja. Di bagian permukaan tertulis 'selamat dua tahun untuk kita'.Naya membacanya berkali-kali. Semua kenangan bersama Lukas selama dua tahun ini muncul perlahan di kepala. Saat pertama dia bertemu dengan Lukas, di sebuah acara ulang tahun teman mereka. Saat pria itu untuk pertama menjabat tangannya, sambil mengucapkan 'aku Lukas, Lukas William'. Nada suaranya tenang dan lembut."Nggak kerasa ya." Naya fokus melihat Lukas yang menusukan sebuah lilin gold di atas cake."Iya… Soalnya kita sering LDR-an, sih. Walau tanpa sengaja. Maaf, aku sibuk terus." Lukas menyodorkan cake lebih dekat ke hadapan Naya.

    Last Updated : 2022-01-26
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 10 - Lukas Itu Aneh

    "We never know, Na…" Maria menempelkan post-it ke monitor komputer. Beberapa hari terakhir Naya merasakan perasaan yang membuat ia sulit tidur. Lukas sudah pergi ke Surabaya semalam.Naya membaca paduan yang tertulis di post-it. "Dia nggak kasih tahu gue, Ia. Ya masa sampai lupa? Dia bakal nggak ada di sini sebulanan. Kan bisa pamit dulu.""Gue kan udah bilang sama lo, Lukas tuh makin ke sini, makin aneh. Gue masih bisa terima kalau dia nemuin lo satu minggu sekali selama ini, Na. Tapi ya harusnya dia ingat dong buat kabarin lo pas mau berangkat. Minimal lo bisa nganterin dia, kan? Gue udah bilang lho, dia tuh mencurigakan." Maria mengambil karet dan mengikat rambutnya.Sebenarnya Naya ingin sekali menelepon Lukas sekarang juga, bertanya padanya tentang bagaimana bisa pria itu pergi begitu saja tanpa memberi

    Last Updated : 2022-02-11
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 11: Genggaman Tangan Evan

    Dibandingkan cafe sebelumnya, cafe satu ini lebih kecil dan terasa sempit. Naya bisa paham mengapa Maria suka dengan cafe ini. Selain karena bisa lebih dekat dengan personil band favoritnya, suasana cafe ini sedikit berbeda. Tidak ada kelompok orang-orang yang sibuk dengan acara sendiri. Semuanya berbaur jadi satu, berkumpul di dekat stage dengan ukuran kecil. Tidak ada pengunjung yang sibuk asyik dengan obrolannya. Semua fokus mendekati stage, menunggu The Solar yang sedang asyik menyetel alat musik mereka. Siap menikmati penampilan. "Cek.. Cek.." Suara yang tidak asing, Rama, sang vocalist mengecek kualitas mic di tangannya. Maria berbisik. "Dia duda lho. Udah cerai dua kali. Tapi kayak masih single gitu ya, awet muda." "Nah, itu tuh yang namanya Billy, Na. B

    Last Updated : 2022-02-13
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 12 - Cuma Cemburu Dikit

    Naya tidak kalah kagetnya dengan Maria. Bukan seperti ini rencana yang dia buat. Awalnya Naya hanya ingin perkenalkan Evan sebagai teman barunya. Minimal Maria kenalan dulu dengan Evan, baru nanti Naya bercerita tentang kisahnya dengan pria itu. "Evan." Evan menyodorkan tangannya tanpa rasa kikuk, sementara Naya tidak bisa menutupi perasaan malu bercampur khawatir. Maria menyambut tangan Evan sambil memperhatikan wajahnya yang kemudian dengan cepat kilat melihat penampilannya dari atas sampai bawah. "Gue Maria. Lo?" "Cowoknya Naya." Evan menjawab yakin. Maria melihat Naya dengan ekspresi bingung, berbagai macam pertanyaan yang nyangkut di kepala. Naya hanya bisa menjawab dengan sikap diam, mengulas senyum kecil. Dia tida

    Last Updated : 2022-02-13
  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 13: Kamu Sempurna

    "Hmmm…" Naya memejamkan mata. Semakin terbiasa, dia semakin jago mengikuti gerakan Evan. Berbeda saat pertama kali melakukannya, kali ini terasa lebih nyaman. Evan mendorong miliknya lebih dalam dari biasanya membuat Naya menggelinjang. Kedua tangan Naya mencengkeram punggung Evan kuat. Begitupun Evan yang berusaha menahan badannya dengan kedua tangan. "Ahh… Evan.. Ahh…..." Suara desahan Naya membuat Evan kian mempercepat gerakannya. Dia menciumi Naya tanpa ampun. Napas mereka semakin menggebu. "En..nak?" Evan berbisik sambil tetap fokus menggerakan miliknya dengan tempo yang semakin cepat. "Ah.. Aku.. Aku mau keluar." Naya tidak kuat lagi. "Aaaahhhh……." Hentakan kencang dari Evan berhasil membuatnya sampai di puncak.

    Last Updated : 2022-02-13

Latest chapter

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 64: Langkah Berikutnya

    Sambil mengunyah suapan daging bercampur nasi dan sayur, Naya memerhatikan wajah Evan. Ekspresi tenang yang tidak pernah lepas dari pria itu meski sedang dalam situasi tidak mengenakan memang selalu menghipnotis dirinya. Seperti saat ini, bisa saja ia masih menangis, entah menangis bodoh atau menangis karena tidak percaya. Pengkhianat yang justru mendapat pengkhianatan. Tetapi Evan berhasil membuatnya tenang. Pikirannya memang masih berkecamuk, tapi keberadaan Evan membuat ia sadar, berkhianat bisa jadi pilihan yang baik. Apalagi dalam kondisi seperti ini, munculnya persoalan Lukas dan wanita itu, juga fakta yang tiba-tiba saja muncul. Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan ia dengan Evan. "Jadi, bisa kan kita lebih dari ini, Na?" tanya Evan sambil menatap mata Naya. Pertanyaan itu membuat Naya hampir mengeluarkan kunyahannya. "Maksud kamu?" "Kita menikah aja ya?" Evan tersenyum, senyuman dengan tatapan mata penuh kesungguhan. "Aku ingin kita benar-benar jadi satu. Nggak ada lag

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 63: Rasa Perih Bercampur Nikmat

    Sama sekali tidak terbayang, Naya yang baru saja terluka, mendapatkan rasa perih yang sudah pasti akan lama terobati, saat ini mendapat kenikmatan yang membuatnya lupa akan rasa perih teraebut. Sekilas air mata Naya menggenang, kembali mengalir. Namun tangisan itu tidak datang dan langsung menghilang saat nafas juga aroma tubuh Evan kini menguasainya. "Kamu cantik banget, Na. Aku selalu kangen lihat ekspresi kamu kayak gini, suara kamu, desahan..." Evan masih memainkan jarinya. "Aku juga, aku selalu ingin lakuin ini sama kamu. Setiap hari. Ahhh.. Evan...." Naya menggelinjang, sebelum Evan memberi sentuhan dahsyatnya, ia sudah mendapat kenikmatan. Evan tersenyum puas, baginya, berhasil memberi kenikmatan pada Naya adalah satu pencapaian. Apalagi ia belum memainkan miliknya. Evan mengecup tubuh Naya, dari satu bagian ke bagian yang lain. Meninggalkan tanda. "Aahh... Hh.." Naya sangat menikmati. Entah karena ia sedang dalam kondisi sangat tidak baik, lalu mendapat kenikmatan d

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 62: Obat Luka dari Evan

    Naya sudah mengajukan cuti dua hari ke kantor. Tidak mungkin datang ke kantor dengan mata bengkak, wajah kucel, dan tubuh lemas. Rasanya setengah jiwa masih mengambang entah di mana. Mungkin karena masalah kemarin belum selesai dan ada ujungnya. Sejujurnya, Naya masih penasaran dan ingin bertanya banyak tentang wanita bernama Hana. Wanita yang dijodohkan pada Lukas. Tapi sudah, cukup, Naya merasa bila ia tahu lebih dalam tentang wanita itu dan Lukas sama saja seperti sedang menyayat pergelangan tangan sendiri. Akan terasa sakit, jelas menimbulkan luka, dan bekas yang sulit hilang. Kedua tangan Naya memijat kepala, terlalu banyak nangis membuat kepalanya terasa tidak enak. Nyeri. Dia mengambil ponselnya, ada tiga missed call dari Lukas. Tepat ketika dia sedang membuka aplikasi chat, datang panggilan ke ponselnya. Evan. "Hi.." Nada suara Naya parau. "Aku di lobby. Boleh ke sana?" Informasi itu membuat Naya sedikit terkejut. "Aku lagi jelek," ucap Naya. Bagaimana bisa dia m

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 61: Terlalu Percaya Adalah Kesalahan Fatal

    Hampir saja Naya menangis saat mendengar kalimat itu. Air matanya telah berkumpul di pelupuk, siap untuk terjun. Dia coba menahannya, membuat dadanya terasa sangat sesak. Ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya. Memang salah menghadapi kenyataan pahit ini dengan mengamuk? Naya masih menahan segalanya. Dia berharap secepatnya sampai di ruman.Pada akhirnya, Tuhan menunjukkan bahwa, semua manusia itu punya bakat buat jahat. Bukan hanya Naya yang berselingkuh dengan Evan, tapi Lukas juga mengkhianati dirinya lebih parah. Jauh lebih dulu, langkahnya lebih cepat. Bahkan sampai tidak terlihat. Yang ada, hanya hasil dari langkah-langkah itu, lubang dalam karena injakan sepatu yang tajam. Naya yang selama ini berusaha menutupi kehadiran Evan ternyata sama saja seperti Lukas yang berusaha menutupi adanya keluarga kecil, beserta kehidupannya yang kalau dipikir menjadi sangat asing. Konyol."Makasih lho." Naya berusaha baik-baik saja, meski tubuh, hati, dan pikirannya terasa remuk."Santai

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 60: Seperti Melewati Babak Baru

    Entah dari mana rasa sakit itu muncul kembali dalam hatinya. Meski ia belum benar-benar tahu apa yang sedang terjadi, tapi kecurigaannya terhadap sosok anak kecil dalam pangggilan video yang baru saja dilihat mengarah pada hubungan Lukas dengan wanita bernama Hana.Naya memandangi langit yang mulai terang di luar sana. Dia menghela napas untuk kesekian kalinya. Cara Naya menenangkan diri walau tentu tidak bisa sepenuhnya. "Mau aku antar sekarang?" Tiba-tiba Lukas muncul, wajahnya tampak lebih tenang dari sebelumnya.Naya memegang dan memijat bahunya sendiri. "Kan aku udah bilang nggak usah.""Atau aku aja gimana? Kak Lukas jagain Kak Hana aja. Dia butuh kakak di sampingnya." Eva ikut menawarkan jasa. "Aku bawa mobil."Asing, tentu saja. Naya baru mengenal Eva sekian jam lalu, tapi perempuan yang terlihat lebih muda darinya itu sudah bersedia mengantar pulang. Tetapi sesi seperti ini tidak ingin Naya lewatkan begitu saja. Dia bisa mendapat lebih banyak informasi mengenai Hana dan Luk

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 59: Lukas yang Masih Ingin Berjuang

    Setelah hampir empat jam menghabiskan waktu di perjalanan, tanpa obrolan apapun, mereka sampai ke tujuan. Seorang gadis berambut pendek dengan pakaian casual terlihat berdiri di depan pintu ruang UGD.Naya memerhatikan gadis itu, wajahnya sangat menggambarkan rasa khawatir. Saat mengetahui Lukas telah datang, gadis itu sontak mendekati."Kak, Mbak Hana nggak apa-apa kok kata dokter. Cuma tetap harus dirawat dulu buat dipantau. Lagi nunggu kamar aja."Lukas menoleh ke pintu UGD. "Beneran nggak apa-apa?"Gadis itu mengangguk. "Udah sadar, tapi masih lemes banget.""Kakak dari mana? Kantor?" Dia lanjut bertanya sambil melihat Naya, lalu tersenyum."Dari luar kota. Oh iya, ini Naya." Lukas memperkenalkan Naya."Naya.""Eva. Temannya Kak Lukas?"Naya menelan ludah. Apa yang harus ia katakan? Naya hanya bisa mengangguk."Tadi gimana ceritanya? Dia ngapain? Minum obat asal-asalan atau gimana?" Lukas seolah mengalihkan pembicaraan."Iya, obat tidurnya sendiri. Kata dokter bikin badannya nggak

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 58: Dia Coba Bunuh Diri Lagi

    Lukas menghapus air mata Naya, mengusap kedua pipi Naya lembut. "Maaf, Na. Aku nggak bisa apa-apa. Kamu tahu kan soal keluargaku?"Seketika ingatannya tentang keluarga Lukas yang perfctionist muncul di benaknya. Ayah dan Ibu Lukas selalu menginginkan anak-anaknya sukses dengan jurusan atau bidang pekerjaan sesuai harapan mereka. Seperti Lukas yang mengambil jurusan Hubungan Internasional saat kuliah, berdasarkan permintaan dari orang tuanya.Sejujurnya, Naya sedikit lupa tentang bagaimana ia dulu memiliki perasaan spesial kepada Lukas. Saat awal bertemu, Lukas mengajak Naya berkenalah ketika berada di acara peluncuran toko yang menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Toko tersebut milik teman Naya yang juga merupakan teman kuliah Lukas."Jadi, kita benar-benar harus menyudahi hubungan ini? Kamu serius mau putus sama aku? Terus apa artinya 2,5 tahun ini?" Naya berusaha menghetikan tangisnya."Aku sayang sama kamu, Na. Aku nggak mau pisah, tapi gimana? Aku nggak bisa lawan permintaan Ayah d

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 57: Bagai Petir Menyambar

    Yang Naya inginkan sekarang hanyalah Lukas secepatnya sampai. Mengapa? Kenapa? Pria itu menyimpan rahasia apa? Apa selama ini dia berselingkuh? Atau bagaimana? Naya memejamkan mata sesaat. Setelah seharian tadi ia 'ngebolang' sendirian, sambil menunggu Lukas yang akan tiba malam ini, Naya memutuskan beristirahat di hotel.Pukul 18.40.Badan dan pikiran dalam benaknya terasa sangat lelah. Ingin rasanya ia tidur sesaat, melupakan semuanya satu sampai dua jam saja. Tetapi rasa lelah itu justru membuatnya terus membuka mata. Naya malah terus-menerus memutar otak, membayangkan apa yang nanti akan Lukas katakan. Apa hubungannya dengan pria itu memang sudah waktunya harus berakhir? Malam ini? Waktu terus berjalan dan tepat saat pukul 20.46, masuk telepon dari Lukas."Aku di lobby, Na," ucap Lukas singkat.Telepon tetap tersambung meski tidak ada pembicaraan lebih lanjut. Tepat saat pintu lift terbuka, Naya bisa langsung melihat Lukas yang mengenakan sweater hijau gelap dengan celana creamny

  • Gairah Memabukkan Selingkuhanku   Bab 56: Aku Pikir, Aku Sudah Memahami Semuanya, Tapi…

    Tangan Naya menggenggam erat ponsel, dia memejamkan mata. Naya belum siap mendengar penjelasan dari Lukas."Hm?" Sambut Naya di ponselnya."Kamu di mana? Surabaya? Kenapa nggak hubungi aku dulu?""Kenapa bohong?""Aku nggak ada maksud bohong sama kamu, Na. Aku cuma butuh banyak waktu buat fokus sama kerjaan aku.""Nggak masuk akal. Selama ini aku nggak pernah ganggu kerjaan kamu kok.""Ya aku…""Udah, kamu kenapa? Ada apa? Kamu jujur aja sama aku. Kalau memang kita harus selesaikan hubungan kita, ya udah, kita akhiri baik-baik. Nggak gini caranya!"Naya tidak bisa menahan tangisnya. Dia terus coba mengatur napas dan suaranya yang semakin parau. "Ceritanya panjang, Na. Aku harus jelasin langsung sama kamu. Kamu di mana? Aku jemput kamu sekarang atau malam ini? Aku cari tiket pesawat paling cepat.""Nggak usah. Aku balik sendiri aja. Kamu nggak usah jemput aku."Naya mematikan telepon, melempar ponselnya ke sudut kasur. Rasanya dia tidak ingin lagi mendengar suara pria itu. Ponselnya k

DMCA.com Protection Status