Sekitar pukul 08.00 WIB, Cantika ditemani oleh Arsenio melakukan pemeriksaan ke gudang perusahaan kargo mereka di Pelabuhan Tanjung Priok. Para karyawan menjalankan tugas mereka dengan rajin seperti biasanya karena setiap barang klien harus segera ditangani agar antrean tidak menumpuk dan terlambat proses pengirimannya ke klien penerima."Selamat pagi, Bu Tika, Pak Arsen. Mau survey lapangan ya?" sambut Pak Zainudin Wibowo, kepala gudang perusahaan mereka seraya menjabat tangan bosnya dan juga Arsenio. Cantika pun menjawab sambil berjalan memasuki area gudang perusahaannya, "Selamat pagi, Pak Zain. Iya, soalnya kontrak klien baru banyak yang mulai dijadwalkan masuk ke pelabuhan hari ini 'kan?" "Untuk kontainer dari Osaka masih lusa sepertinya sampai ke Tanjung Priok. Hari ini yang akan datang kontainer dari Singapura milik Mister Johan Liem, kabar dari operator pelabuhan mungkin jam sembilan pagi ini merapat di dermaga," jawab Pak Zainudin Wibowo. Dia mempersilakan Cantika dan Arse
Setelah enam bulan perusahaan baru Cantika dan Arsenio mengepakkan sayap bisnis di bidang kargo dan pengiriman barang ekspor impor via jalur laut, reputasi PT. Cantika Gunadharma Jaya Cargo and Shipment semakin cemerlang. Klien-klien besar dari Golden Wing Cargo and Shipment Corp. dulu mulai berpindah halauan usai mengetahui Cantika telah resigned dari perusahaan keluarga Wiryawan dan membuka perusahaan serupa bersama suaminya.Siang itu di ruangan presdir, Arsenio yang mengurusi pembukuan keuangan perusahaan mereka berkata kepada istrinya, "Darling, aku sudah menghitung net profit dari perusahaan kita selama periode setengah tahun ini. Lihatlah ke mari, kamu pasti kaget!"Cantika yang perutnya sudah sangat besar karena kehamilannya telah memasuki usia tujuh bulan lebih itu pun bangkit dari kursi presdir. Dia menghampiri Arsenio dan duduk di pangkuan pemuda itu. "Berapa sih net profitnya, kok heboh banget?" godanya sekalipun dia tahu pasti angkanya fantastis."Ini, Cantik. Satu milyar
"Baby, apa kata dokter tentang kandunganmu tadi?" tanya Hans di telepon usai meeting managemen di kantor perusahaannya.Baby Alexandra yang sedang dalam perjalanan ke kantor suaminya untuk memberi kejutan pun menjawab, "Dokter bilang semua normal, Hans Junior sehat dan beratnya sudah 2.9 kilo. Mas lagi apa sekarang?" "Ohh syukurlah kalau begitu, Beb. Aku baru aja balik ke ruanganku sehabis rapat kerja bareng anak buahku. Kamu sendiri lagi ngapain? Jangan kebanyakan ngemall nanti kecapekan kasihan anak kita, Sayang!" tegur Hans yang menebak istrinya yang doyan shopping itu sedang melakukan aktivitas unfaedah kegemarannya seperti biasa."Apaan sih, Mas?! Nggak lagi di mall kok. Mas itu pelupa deh, nanti ya Baby mau ketemu di kantor. Ini sekitar 5 menit lagi sampai di sana!" ujar wanita hamil tujuh bulan tersebut sebelum mengakhiri panggilan teleponnya.Hans menatap layar ponselnya yang tak lagi tersambung ke nomor istrinya. "Dasar bocah! Main matiin telepon aja dia. Memangnya aku pelup
Hans ikut naik mobil Dokter Yosep untuk pergi ke apartment pria itu. Akan tetapi, dia mengirim pesan kepada sopir pribadinya untuk menyusulnya ke Fall Point Tower, tempat tinggal mantan kekasih gay-nya itu dan menunggu di parkiran depan lobi saja. "Kita sudah berhubungan selama delapan tahun, Hans. Sungguh menyebalkan sekali, perempuan yang baru delapan bulan kau kenal bisa menggantikan posisiku di hatimu!" gerutu Dokter Yosep sambil menyetir Ferrari F8 Tributo miliknya.Sementara Hans Gozhali tidak berkomentar apa pun, tekadnya untuk mengakhiri hubungan sesama jenisnya bersama Dokter Yosep yang memang telah terjalin bertahun-tahun secara rapat. Ada beberapa pihak yang curiga dan menyebar rumor tentang kedekatan mereka. Namun, dia tak pernah mengonfirmasinya sekali pun.Perjalanan selama nyaris dua jam karena terjebak kemacetan di beberapa ruas jalan itu berakhir sudah. Mobil sport bertipe sedan warna merah mentereng itu terparkir rapi di lantai basement Fall Point Tower."Yuk, Sayan
"Ohh ... lelahnya pekerjaan kita dari hari ke hari, Sen!" desah Cantika bersandar di tubuh tegap suaminya di dalam lift. "Nanti sampai rumah kupijitin deh, Honey. Nggak usah masak makan malam, kita pesan room service apartment saja, oke?" sahut Arsenio sembari mengecup puncak kepala istrinya yang berada dalam dekapannya.Cantika pun mengangguk setuju. Mereka lembur dari jam normal pulang kantor karena ada dua meeting client penting tadi sore hingga pukul 19.00 WIB. Bunyi denting lift pun terdengar saat mereka sampai di lantai underground gedung tempat mobil Porsche kesayangan Cantika diparkir sedari pagi berangkat kerja.Mobil sedan sport itu dikemudikan oleh Arsenio seperti biasa, Cantika duduk di sisinya. Sejak semula mereka lebih suka tidak memakai sopir untuk bepergian karena terasa lebih akrab, bisa berbincang apa pun selama di perjalanan melewati kemacetan kota Jakarta."Aku nggak nyangka lho kalau Mister Eric Palmer akan move on ke perusahaan kita. Secara dia tuh sobat papaku
"Cantika, kamu tadi sudah janji 'kan sesudah dinner dan nonton TV, kita mau bergulat di atas tempat tidur?" tagih Arsenio sembari meliliti tubuh istrinya yang berperut buncit di sofa.Wanita hamil yang masih begitu menggairahkan di hadapan suami berondongnya tersebut terkikik geli. Dia menggoda Arsenio, "Aku merasa makin hari kamu tuh mirip siluman ular Anaconda deh, Hubby. Ini aku kayak lagi dililit sampai nggak bisa kabur dan siap diterkam. Hiks!""Hmm ... memang, habisnya kamu tuh bikin aku napsuan sih. Secantik nama kamu dan so sexy!" balas Arsenio sama sekali tak tersinggung. Dia pun menggendong tubuh istrinya bersama beban extra sepasang janin kembar di perut Cantika."Whoaa ... Daddy is so strong!" seru Cantika heboh di dekapan suaminya saat tubuhnya terayun-ayun di gendongan Arsenio.Setelah membaringkan istrinya di tengah ranjang, Arsenio melepaskan celana boxernya, pembungkus batang berurat miliknya yang sudah sangat keras menggembung maksimal. Baru sesudah itu dia menurunka
"BRAAKKK!"Suara ornamen hiasan meja dilempat hingga membentur dinding hingga pecah berkeping-keping di lantai terdengar heboh. General manager dan Kepala Bagian Pemasaran Golden Wing Packaging and Cargo Corp. menundukkan kepala mereka dengan ketakutan. "Kalian kerja nggak bener sih? Sebagian besar klien langganan jasa perusahaan ini angkat kaki sehingga pendapatan menyusut jauh!" omel Pak Julianto Wiryawan. Dia benar-benar panik dan habis kesabaran saat ini. Dana cadangan perusahaan terus saja terkuras hingga menipis akibat lebih besar pasak dari pada tiang. Sudah setahun perusahaan beroperasi tanpa kehadiran Cantika karena wanita itu resigned dan memilih mendirikan perusahaan baru di bidang yang sama dengan Golden Wing."Maaf, Pak Julian. Kami sudah bekerja maksimal, tetapi klien-klien banyak yang kecewa testimoninya terkait keterlambatan barang terkirim maupun tiba di pelabuhan," terang Pak Jodi Rahmat yang menjabat sebagai GM menggantikan Bobby yang bekerja di perusahaan Cantika
"CEPAT PADAMKAN APINYA!" teriak mandor gudang PT. Cantika Gunadharma Jaya Packaging and Shipment.Para karyawan gudang sudah hampir sejam pontang panting berusaha memadamkan api yang berkobar-kobar melahap bangunan gudang tempat kerja mereka. Mobil pemadam kebakaran yang dihubungi oleh sang mandor gudang sedang dalam perjalanan ke lokasi kebakaran."Pak Rifan, ini pasti disengaja sama orang. Kami nggak pernah ada yang merokok di sekitar gudang!" ujar Vino, salah satu karyawan shift malam itu."Iya, aku juga mikir gitu, Vin! Kita semua selalu berhati-hati, lagi pula bau sisa bensin jelas sekali pas pertama kita datang tadi," sahut Pak Rifan setuju dengan dugaan rekan kerjanya. Vino lalu bertanya, "Apa sudah menghubungi Pak Arsen atau Bu Cantika, Pak?""Belum. Ini kutelepon Pak Arsen sekarang!" sahut Pak Rifan lalu mencari tempat yang jauh dari keramaian agar bisa berbicara dengan jelas.Sesaat kemudian mobil pemadam kebakaran mulai membantu menyemprotkan air ke gudang yang terlahap ko