Selamat Malam Kak, ngidamnya aneh-aneh ya.jadi kasian sama Arion. Selamat membaca Kak, terima kasih.
Arini dan Aron terus tertawa melihat Arion yang digoda oleh para ibu-ibu, kapan lagi bisa melihat tukang sate yang tampan seperti Arion. "Dia cocok sekali menjadi tukang sate," kata Aron. "Betul Mas, bekerjasamalah dengan beberapa tukang sate aku yakin akan laku keras bila yang jual seperti kalian," sahut Arini. "Jadi kamu memintaku beralih jadi tukang sate sayang," timpal Aron. Arini hanya terkekeh mendengar ucapan Aron. Beberapa saat kemudian Arion datang dengan membawa satu piring sate ayam plus nasi untuk Arini. "Ini makanlah sebelum dingin," kata Arion sembari meletakkan sate dan nasi di atas meja. "Punyaku mana?" tanya Aron. Arion menunjuk tukang sate yang sibuk membakar sate. "Baru dibakar," jawab Arion. "Kenapa nggak sekalian?" protes Aron. Tentu Arion tidak mau jika harus membakar semua sate yang dipesan, dia hanya melayani orang ngidam bukan lainnya. "Sudah, sudah. Kalian ini kenapa sih, mau makan sate saja nggak nyaman," maki Arini lalu memasukkan sate ke dalam mu
Keputusan Arion pindah ke rumah Aron adalah keputusan yang tepat selain meringankan bebannya ketika Arini ngidam dia juga bisa melihat Arini sebelum dan sepulang kerja ya walaupun hal ini membuat Aron kesal.Selama ini meskipun dia merasa kesal karena harus menuruti ngidam sepupunya tapi di sisi lain dia cukup senang karena bisa bertemu Arini.Sore ini, Arion pulang terlebih dahulu karena Aron masih ada urusan sama klien, setibanya di rumah Arion memutuskan berdiam diri sejenak di dalam mobilnya karena ingin melihat Arini yang sibuk memetik bunga-bunga di taman.Senyuman tersungging di bibir Arion, hatinya terasa sejuk karena bisa puas melihat wanita yang dicintainya.Setelah Arini masuk ke dalam barulah Arion keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah."Arion, Aron mana?" tanya Renata."Kak Aron masih ada urusan Tante," jawab Arion."Oh ya tadi Mama kamu kemari mengantar masakan kesukaan kamu. Tante taruh di meja barangkali kalau kamu mau makan minta pelayan angetin dulu ya,"
Seusai bergulat Arini dan Aron pergi ke kamarnya untuk istirahat, sebelum mereka tidur Aron mengoles perut Arini dengan minyak kayu putih terlebih dahulu agar sang istri tidur dengan nyaman. "Kira-kira anak kita perempuan apa lelaki ya mas?" tanya Arini. "Entah sayang, terlepas dia perempuan atau lelaki yang terpenting dia lahir dengan sehat," jawab Aron. "Kalau kamu sendiri ingin perempuan apa anak laki-laki Mas?" tanya Arini. Aron tersenyum mendengar pertanyaan sang istri, kalau anak pertama Aron menginginkan anak lelaki karena anak pertama memiliki tanggung jawab yang besar untuk keluarganya, selain itu bisa melindungi adik-adiknya kelak. Perempuan juga bisa namun tidak sekuat lelaki. "Jujur kalau anak pertama aku berharap dia seorang lelaki agar bisa menjadi pelindung untuk adik-adiknya kelak," jawab Arion. "Kalau ternyata dia perempuan bagaimana Mas?" "Ya nggak papa sayang, masa iya aku suruh masuk lagi," seloroh Aron. Arini yang gemas mencubit perut Aron, orang tanya ser
"Ada apa Dok? kenapa sampai harus memanggil tim Dokter?' tanya Aron. "Karena terjadi pendarahan hebat sehingga mau nggak mau kami harus melakukan operasi," jawab dokter. Tubuh Aron terhuyung ke belakang, kakinya benar-benar lemas saat mendengar jawaban dari sang dokter. "Operasi apa Dok?" tanya Aron. Belum sempat menjawab pertanyaan Aron suster datang dan meminta agar dokter segera ke ruang operasi. Dengan langkah cepat dokter pergi ke ruang operasi begitu pula dengan Aron yang mengekor dokter dari belakang, saat akan masuk ke dalam ruang operasi suster melarang Aron untuk masuk. "Mohon maaf Pak, mohon tunggu di luar," cegah suster. "Tapi saya ingin menemani istri saya Sus," protes Aron. "Sudah menjadi peraturan kami Pak," sahut suster lalu menutup pintu ruang operasi. Dengan perasaan yang tak karu-karuan Aron menunggu di luar ruang operasi, dia benar-benar takut jika terjadi apa-apa dengan Arini maupun anaknya.Di rumah, semua keluarga menanti kabar dari Aron bahkan Renata me
"Aku hanya tidak ingin kamu bersedih sayang, Aku tidak ingin menambah rasa sakitmu," jawab Aron. "Tapi aku berhak tahu Mas," timpal Arini. Mengetahui kenyataan akan dirinya membuat Arini sangat terpukul tapi hidup harus tetap berlanjut, semua yang terjadi sudah menjadi garis Tuhan, kita sebagai manusia tidak boleh putus asa. Selama empat hari di rumah sakit Arini terus belajar menggerakkan tubuhnya agar dia bisa segera pulih seperti sedia kala. Perlahan rasa sedih Arini mulai menghilang ya walaupun tidak semuanya, dia mulai bisa menerima kenyataan sambil terus berusaha agar bisa hamil lagi. Berbagai pengobatan Arini jalani, bahkan mereka berencana pergi ke luar negeri untuk melakukan pengobatan. "Kelihatannya baru bisa ke luar negeri bulan depan deh sayang," kata Aron. "Iya Mas Nggak papa," sahut Arini. Tak terasa sudah tiga bulan berlalu semenjak Arini mengalami keguguran, dia yang selama ini berobat kesana kemari masih belum bisa membuatnya hamil dan ingin membuat Arini sedih
Sepanjang malam Aron memikirkan keinginan Arini, dia benar-benar tidak bisa menduakan istrinya. "Kenapa semua jadi seperti ini Tuhan," kata Aron sembari mengusap rambutnya. Tak terasa Aron malah tertidur di meja kerjanya, dia terbangun saat mendengar Arini memanggilnya. "Mas bangun mas," kata Arini sembari menggoyang tubuh Aron. Perlahan Aron membuka matanya lalu dia menatap Arini yang kini telah berdiri di sampingnya. "Kamu ngapain di sini sayang?" tanya Aron. "Aku tadi terbangun, ternyata kamu tidak ada di sampingku jadi aku mencarimu kemari dan benar saja kamu malah tertidur di sini," jawab Arini. Aron tersenyum lalu dia mengajak Arini untuk kembali ke kamar. Di atas tempat tidur Aron memeluk Arini dengan erat, dia tidak bisa membayangkan kalau nanti ada perempuan lain yang harus dia peluk. "Aku benar-benar tidak sanggup Sayang jika nanti harus memeluk wanita lain," batin Aron. Waktu berlalu dengan cepat pagi hari telah datang menyapa, Arini dan Aron masih memejamkan mata
"Up to you lah Kak, kelihatannya kamu sangat oleng," kata Arion. Manajer segera meminta pelayan untuk membawa dua botol minuman terbaik ke meja Aron dan Arion. Saat hendak mengantar dua botol minuman tersebut tak sengaja si pelayan tersandung sehingga dua botol minuman tersebut pecah. Si Manager yang tahu tentu sangat murka pada kepada pelayan pasalnya dua botol minuman tersebut seharga satu rumah. "Wanita bodoh bisa-bisanya kamu menumpahkan dua botol minuman ini," maki Manager. "Apa kamu tau jika dua botol minuman ini seharga satu rumah," sambungnya. Mengetahui kalau minuman yang di bawanya adalah minuman yang sangat mahal membuat pelayan tersebut sangat ketakutan. "Maafkan saya Tuan saya tidak sengaja," kata pelayan. "Maaf maaf gajimu lima tahun saja tidak akan cukup untuk mengganti botol minuman itu," sahut Manager. Mendengar keributan membuat Aron beranjak dari tempat duduknya dia bertanya kepada sang Manager apa yang telah terjadi. "Lihatlah minuman yang kamu pesan dijat
Mau nggak mau Dania menerima penawaran dari Aron, bukan uang pemberian Aron yang dia inginkan melainkan dia tidak mau saja dipenjara dan membuat neneknya hidup sendirian. "Baiklah Tuan saya setuju, hanya sampai saya melahirkan anak saja kan?" kata Dania. "Iya," sahut Aron. Baik Aron maupun Dania sama-sama tidak suka, masing-masing dari mereka menunjukkan raut wajah sedih. "Oh ya nenek kamu dirawat di rumah sakit mana?" tanya Aron. "Rumah Sakit Umum Daerah Tuan," jawab Dania. Aron sebenarnya iba dengan Dania apalagi Dania adalah seorang yatim piatu yang hanya hidup dengan neneknya. "Di dalam amplop ini ada uang yang bisa kamu gunakan untuk membayar biaya rumah sakit nenek kamu," kata Aron sembari menyodorkan amplop warna coklat kepada Dania. Dania menolak uang dari Aron, bukannya tidak butuh hanya saja dia tidak ingin merepotkan orang lain apalagi dia dan Aron baru saja kenal kemarin. "Tidak usah Tuan, saya tidak ingin merepotkan anda lagi pula saya sudah memiliki BPJS untuk bi
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes