Dania ngucapin saranghaeyo untuk suaminya, aku pun sama, saranghaeyo Kak......hehhe selamat membaca ya kak, maaf kak kemarin update cuma satu bab. terima kasih...
"Kenapa kamu menangis Arini?" tanya Renata."Mas Arion Ma," jawab Arini.Renata menghela nafas, tadi sebelum berangkat ke kantor, Aron juga kesal dengan Arini karena mengunci pintu kamar dan kini Arini menangis karena Aron."Aron kenapa?" tanya Renata."Kenapa Mas Aron nggak menemui Arini dan meminta maaf," jawab Arini.Kali ini Renata menggelengkan kepala merasa pusing dengan sikap menantunya. Bagaimana Aron bisa masuk ke dalam kamar dan meminta maaf jika kamarnya dikunci."Kata Aron kamarnya kamu kunci, ini tadi saja Aron meminjam pakaian kerja papanya," sahut Renata."Kalau tahu dikunci kenapa mas Aron nggak menghubungi Arini Ma dan meminta maaf serta merayu agar dibukakan pintu," timpal Arini.Renata sudah tidak tahu harus berkata apa lagi, memang susah musuh orang hamil trimester pertama, sikap dan pemikirannya sangat-sangat menguras emosi."Kamu nanti minta penjelasan Aron saja ya saat Aron pulang karena Mama sendiri tidak tahu masalah kalian," ujar Renata lalu meminta Arini min
Saat jam makan siang tiba Aron mengajak Arini pergi ke sebuah restoran yang dulu sering mereka kunjungi.Dulu Arini suka sekali makan makanan western seperti spagetti, burger dan lain-lain.Di sini banyak sekali menu makanan yang Arini sukai, Aron berharap Arini tidak mual."Ayo turun sayang," ajak Aron setelah memarkirkan mobilnya.Meski malas namun Arini mencoba untuk memenuhi janjinya, dengan langkah berat dia menggandeng tangan Aron masuk ke dalam restoran.Bau makanan para pengunjung membuat perutnya bergejolak, Arini benar-benar tidak tahan dengan bau makanan yang masuk melalui lubang hidungnya."Mas bau makanan para pengunjung membuat aku mual," bisik Arini sembari menutup hidungnya.Untuk menghindari bau makanan dari para pengunjung restoran Aron segera memesan ruangan VIP karena dengan begitu Arini tidak merasa mual lagi."Akhirnya," kata Arini dengan menghela nafas."Lalu sekarang kamu ingin makan apa?" tanya Aron.Saat Aron membuka buku menu makanan sontak keringat dingin Ar
Lega bagi Aron dan seluruh keluarga namun di sinilah muncul beberapa gejala karena berlebihan mengkonsumsi nasi jagung, memang mual dan muntah sedikit berkurang namun malah ada gangguan lain di pencernaannya. "Aku susah sekali BAB Mas," kata Arini dengan sedikit menahan rasa tak nyaman di perutnya. "Kenapa bisa begitu sayang, bukankah BAB kamu selama ini lancar-lancar saja," sahut Aron. "Nggak tau Mas kenapa begini, sudah tiga hari aku nggak ke belakang," timpal Arini. Aron yang takut terjadi apa-apa dengan istrinya segera mengajak Arini untuk periksa ke dokter, trauma kehilangan anak pertamanya membuat Aron benar-benar menjadi suami siaga. "Kenapa istri saya tidak BAB tiga hari Dok?" tanya Aron. "Tidak lancarnya pencernaan bisa dikarenakan kurangnya serat, apa Ibu Arini memenuhi kebutuhan serat dalam tubuh?" jawab dan tanya Dokter. "Sudah beberapa hari ini saya makan nasi jagung Dok, karena hanya nasi jagung yang tidak membuat saya mual dan muntah," jawab Arini. Dokter nampak
Setelah pulang dari bulan madu barulah Arion dan Dania menghadapi kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya, menikah karena beda status pasti akan menjadi momok kemudian hari. Pagi ini Arion dan Dania terlihat sangat bahagia, bahkan mereka mengumbar kemesraan mereka di hadapan pelayan dan juga keluarga mereka, hal ini menyebabkan Indira sangat muak. "Kalian pikir hanya kalian saja pengantin yang ada di dunia ini," batin Indira dengan menatap Dania dan Arion. Rasa cemburu dan iri bercampur menjadi satu, membuat Indira memikirkan cara lagi agar Arion dan Dania berpisah. Dia yang masih menyimpan perasaan terhadap Arion tidak rela jika Dania bahagia memiliki Arion. Biasanya Dania yang menyiapkan sarapan namun kali ini Dania yang statusnya sudah naik jadi Nyonya muda turut makan di meja makan. "Sayang ambilkan makananku dong," kata Arion dengan manja. Dania segera beranjak dan mengambilkan makanan untuk Arion, Rea dan Andika yang melihatnya turut bahagia. "Seperti ini terus ya sampai
Pagi harinya Arion bangun terlebih dahulu, dia yang tidak ingin membangunkan Dania menyiapkan sendiri keperluan kerjannya kemudian dia keluar kamar. Arion yang malas sarapan hanya meminum susu yang sudah tersaji, hal ini membuat Rea dan Andika saling tatap karena dari kemarin Arion tidak sarapan sebelum berangkat. "Nggak sarapan lagi?" tanya Rea. "Sarapan di kantor saja Ma," jawab Arion. "Istri kamu mana?" tanya Andika. "Masih tidur," jawab Arion. Indira berusaha menjadi pahlawan kesiangan dengan mengelus lengan Arion, dia berakting seolah dia adalah manusia paling bijak sedunia hingga ucapannya membuat Arion tenang. "Setelah ini aku akan membangunkannya," katanya dengan tersenyum. Hanya anggukan pelan yang Arion lakukan untuk merespon ucapan Inidra, dia tidak ingin banyak berkata-kata karena takut jika mama papanya tahu akan permasalahan rumah tangganya. "Arion berangkat dulu," kata Arion lalu berangkat kerja. Rea dan Andika sudah menduga jika anaknya ada masalah namun merek
Sore itu Arion pulang dengan hati yang gembira, setelah mendapatkan pencerahan dari Aron dia yakin akan bisa menyelesaikan permasalahan rumah tangganya tapi ketika dia membuka pintu kamar betapa terkejutnya Arion melihat kamar yang super berantakan dan ini membuat amarahnya mencuat ke permukaan. "Kenapa bisa seperti ini?" tanya Arion dengan nada yang tinggi. Dania yang saat itu meringkuk di atas tempat tidur segera beranjak dan mendekati Arion, bukannya meminta maaf karena perbuatannya kali ini Dania malah memarahi Arion. "Kenapa kenapa, ini semua gara-gara kamu!" teriaknya kemudian menangis. Arion yang sangat shock mengusap rambutnya dengan kasar lalu dia duduk di sofa sambil mengatur amarahnya yang sedari tadi ingin menguap. "Kamu tenang dulu, kita bicara baik-baik," ajak Arion dengan lembut. Dania menuruti ucapan Arion dengan duduk di samping suaminya tersebut. Seperti yang disarankan Aron, Arion berusaha bersikap selembut mungkin, dia mencoba memegang tangan Dania tapi oleh
Di hari libur Dion mengajak keluarga besarnya untuk mengunjungi keluarga Andika, lama tidak berjumpa dengan sang adik membuatnya kangen tingkat dewa. "Papa sangat merindukan Om kamu Aron," kata Dion. Aron mengangguk, dia juga merindukan om dan juga tantenya. Beberapa waktu kemudian mobil mewah milik Aron telah tiba di rumah keluarga Arion hal ini membuat Andika dan Rea sangat terkejut pasalnya Dion maupun Renata tidak bilang jika akan berkunjung. "Kenapa nggak ngabari sih Kak, kan kami bisa bersiap," kata Rea sambil memeluk Renata. "Iya, ini tadi Mas Dion dadakan ngajaknya," sahut Renata. Tak hanya Rea dan Renata, Dion dan Andika juga berpelukan seperti teletubbies, meski sudah tua namun mereka masih saling menyayangi. Tak berselang lama Arion datang, dia sangat senang karena Aron dan keluarganya berkunjung. "Istri kamu mana Arion?" tanya Dion. "Di kamar Om," jawab Aron. "Duh pengantin baru betah ya di kamar," sahut Renata dengan tertawa. Arion ikut tertawa meski yang terjad
Dengan memegangi pipinya yang terasa panas, Dania menangis histeris. Dia tidak terima jika Arion menamparnya. "Demi Arini kamu menamparku Mas," teriak Dania sambil menunjuk Arini. "Bukan karena Arini tapi karena sikap kamu sudah keterlaluan!" hardik Arion. Tak hanya Dania, Arini juga menangis sambil menahan ngilu di perutnya, dia tidak menyangka jika acara berkunjung di rumah Arion jadi seperti ini padahal dia membayangkan bisa bercanda dan bercerita banyak hal dengan Dania. Mendengar suara ribut-ribut membuat para Mama dan Papa mendekat, betapa terkejutnya mereka melihat Dania dan Arini menangis sedangkan Arion dan Aron terlihat tegang. "Ada apa ini?" tanya Dion. "Entahlah Pa," jawab Aron dengan wajah menahan amarah. "Ada apa Arion?" Kini gantian Andika yang bertanya, dan jawaban Arion sama dengan Aron. Saat itulah Renata melihat foto-foto Arini di lantai lalu dia bertanya pada Arini. "Ini kenapa foto-foto kamu ada di lantai?" tanya Renata. "Itu milik Mas Arion Tante, dia b
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes