Selamat malam kak, maaf ya kak up nya agak telat masih sibuk di dunia nyata soalnya. REBECCA benarr2 berbisa, bisa2nya dia mau menghancurkan rumah tangga sahabatnya sendiri, pasti semua juga nggak setuju kan kak? Bagian akhir malah sedih, akhirnya pak Ferdi kembali ke sisi Tuhan. Selamat membaca Kakak, lope you
"Mengapa wajah kamu lesu begitu Rebecca? bukankah klien yang selama ini kamu prospek akhirnya mau bekerja sama dengan kita," tanya Aron.Rebecca meletakkan berkas yang dari tadi dia bawa di atas meja kerja Aron kemudian dia menatap Aron dengan nanar."Selama kenal denganmu tidak sekalipun kamu melupakan hari ini, tapi kini kamu telah melupakannya," jawab Rebecca.Aron mengerutkan alisnya ia bener-bener merasa ambigu dengan jawaban Rebecca, apa yang dilupakan? memangnya ada apa dengan hari ini? Beberapa pertanyaan muncul di benak Aron."Aku tidak mengerti apa maksud kamu Rebecca?" tanya Aron lagi.Dengan wajah yang semakin sedih Rebecca menghela nafas, dia berusaha mencari simpati Aron."Tidak Ingatkah kamu hari ini tanggal berapa?""Tanggal sebelas," jawab Aron.Seusai menjawab pertanyaan Rebecca Aron membolakan matanya, dia kini baru ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun Rebecca."Astaga aku baru ingat," ucap Aron."Kamu benar-benar telah melupakanku Aron, aku tahu kalau kamu s
Berita buruk berhembus, banyak media masa yang memuat berita tentang Aron dan Rebecca, Arini yang membaca berita tersebut di internet nampak shock. "Rin, ini masih belum pasti karena kita nggak tau berita yang sebenarnya," kata Vilia. "Iya Vil, nanti aku kroscekkan dengan Mas Aron," sahut Arini. Meskipun belum pasti tapi semalam Aron memang berada di restoran sama seperti yang diberitakan oleh media. "Kenapa kamu berbohong Mas, apa benar semalam kamu bersama Ibu Rebecca," batin Arini. Arini semakin kacau, saat dia melihat baju yang dipakai Aron semalam sama seperti yang ada di dalam foto. Tak ingin terus galau, Arini berusaha mendapatkan jawaban dari Aron sendiri dengan mendatangi Aron di kantornya. Saat menunggu lift bersamaan Rebecca juga ingin naik ke atas. "Eh Arini," kata Rebecca. Bola mata Arini menatap cincin tunangan di jari manis Rebecca dan ini membuat pikirannya melayang kemana-mana. Rebecca yang tau nampak tersenyum lalu dia menunjukkan cincin yang diberikan Aron
"Aron Mama lihat berita seperti ini, apa-apaan kamu," maki Renata sembari menunjukkan ponselnya pada Aron. Aron mengambil ponsel mamanya lalu menutup halaman berita kemudian mengembalikan ponsel mamanya kembali. "Berita hoax Ma, nggak usah dianggap serius," ucap Aron. Renata mengerutkan alisnya, sudah jelas-jelas Aron memakaikan cincin ke jari manis Rebecca bagaimana bisa Aron bilang kalau berita itu berita hoax? "Lantas orang dalam foto itu siapa? kembaran kamu?" tanya Renata. Aron menghela nafas kemudian menenangkan wanita yang telah melahirkannya ke dunia. "Ma, memang benar orang yang di dalam foto itu Aron tapi mana mungkin Aron melamar Rebecca," jawab Aron. Masih bingung Renata ingin bertanya lagi namun dengan cepat Aron menyilangkan jarinya di bibir mamanya. "Mama jangan memikirkan hal ini, Ok," kata Aron. Bukan memikirkan, Renata hanya tidak ingin rumah tangga anaknya diterpa badai prahara seperti ini, bagaimanapun juga Renata pernah merasakan ketirnya sebuah pengkhiana
"Kenapa Ibu Rebecca? merasa tersinggung ya, ups maaf ya Bu, saya itu kalau ngomong terlalu jujur," kata Arini dengan tersenyum.Karena harus segera pergi ke ruang meeting Rebecca meninggalkan Arini dengan rasa marah tingkat dewa, dia benar-benar tidak terima dikatai Arini seorang pelakor meskipun kenyataannya iya."Bocah ingusan mau melawan aku," gumam Rebecca.Sesampainya di ruangan meeting, Rebecca terus memikirkan cara untuk menyingkirkan Arini sehingga dia tidak fokus dengan materi meeting yang dibawakan oleh Aron."Untuk lebih jelasnya biar sekertaris saya yang menyampaikan program ke depannya," kata Aron.Bukannya segera maju di depan, Rebecca malah terus melamun bahkan panggilan Aron pun diabaikan.Aron dan Arion saling pandang, untunglah Arion paham dengan materi meeting pagi ini sehingga dia yang maju ke depan untuk menggantikan tugas Rebecca.Meski tidak ada persiapan namun Arion dengan gamblang menjelaskan semua pada klien sehingga presentasi Arion menarik para klien.Lama p
Arini hanya tersenyum lalu meninggalkan Rian tanpa jawaban darinya, bukannya Arini tidak ingin berteman dengan lelaki namun statusnya kini yang membuatnya harus menjaga perasaan pasangannya apalagi Aron adalah donatur terbesar di kampus. Rian hanya bisa menatap punggung Arini yang berjalan menjauhinya lalu dia tersenyum dan pergi ke ruang dosen. Hari ini adalah hari pertama Rian masuk kuliah, dia adalah pindahan dari luar negeri, dia juga sama seperti Arini yaitu semester enam jurusan bisnis dan manajemen. Saat Rian masuk ke dalam kelasnya Arini sangat kaget tak disangka pria yang tadi menabraknya adalah teman satu kelas. Tak bisa dipungkiri saat Rian melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas dan memperkenalkan diri, semua mahasiswa nampak bersorak mereka terpana dengan ketampanan Rian yang mirip oppa-oppa Korea. Setelah memperkenalkan diri dosen meminta Rian untuk duduk dan tempat duduk Rian tepat di belakang Arini. "Kita bertemu lagi," kata Rian. Arini tidak menanggapi perkataan
"Mas ini tadi aku beli camilan di kampus, kamu coba deh," kata Arini lalu menyuapi Aron. "Hem enak sayang," sahut Aron. "Ini apa namanya?" tanya Aron kemudian. "Aci gulung," jawab Arini. Aron yang ketagihan meminta Arini untuk menyuapinya kembali, dan ini membuat Rebecca muak. "Hey Arini, jangan memberi Aron jajan sembarangan nanti tenggorokannya sakit," sahut Rebecca dari belakang. Arini mengambil camilan lainnya lalu menengok ke belakang dan menyodorkannya pada Rebecca. "Ibu Rebecca mau? ini enak banget lo," kata Arini. "Coba saja Rebecca, asli ini tuh enak banget, kita dulu saat kuliah nggak ada camilan seperti ini," sahut Aron. "Bukannya nggak ada Aron tapi memang makanan seperti ini nggak boleh beredar di kampus kita," timpal Rebecca. Mendengar ucapan Rebecca membuat Arini tersinggung, memang aci gulung adalah makanan sejuta umat bukan makanan orang kelas atas seperti Aron dan Rebecca. "Memang sih, makanan ini adalah makanan sejuta umat yang hanya bisa ditemui di kampus
Seperti biasa Arini bangun dengan rasa perih di area sensitifnya, tak hanya satu ronde Aron menggempurnya entah berapa ronde. "Arini Mama perhatikan langkah kamu agar susah," kata Renata. "Iya Ma, tuh Mas Aron," sahut Arini. "Kamu yang sabar ya, Aron itu seperti Papanya yang nggak puas jika hanya satu ronde saja," timpal Renata. "Iya Ma, Arini paham." Seusai sarapan Arini dan Aron bersiap untuk berangkat, Arini yang ada tiga mata kuliah tidak bisa datang ke kantor karena pulangnya agak sore. "Yah padahal nanti ingin mengajak kamu ke restoran steak yang terkenal itu sayang, kebetulan hari ini buka cabang baru," kata Aron. "Kesana besok saja Mas," sahut Arini. "Ok sayang," timpal Aron. "Awas saja kalau kamu kesana dulu sama si Rebecca," ancam Arini. Aron hanya tertawa mendengar ancaman Arini, bukannya takut dia malah menantang Arini. "Apa punishmentnya jika aku kesana dengan Rebecca," tantang Aron. "Entahlah Mas," sahut Arini dengan raut wajah kecewa. Entah mengapa dia meras
"Jaga ucapan kamu Rebecca, dia bukan sok berkuasa ataupun nyetir aku tapi dia hanya tidak suka saja aku dekat dengan wanita lain, aku rasa hal seperti itu wajar," kata Aron dengan tegas. Kali ini Aron membela Arini, dia tidak suka Arini dikatai oleh Rebecca. "Terserahlah kamu bilang apa, intinya kamu itu STI," sahut Rebecca. "Apa itu STI?" tanya Aron. "Suami takut istri," jawab Rebecca lalu pergi meninggalkan Aron. Aron sangat kesal mendengar jawaban Rebecca, dia adalah yang berkuasa, mana mungkin dia jadi suami yang takut sama istri. "Aku bukan takut sama istri tapi hanya malas bertengkar jika aku tidak menuruti kemauannya," gumam Aron. Sebenarnya memang begitulah para suami, bukan takut melainkan menghindari pertengkaran dengan para istri karena kalau sang istri merajuk yang ada para suami tidak akan mendapatkan jatah tempat tidur. Hari-hari telah berlalu, Arini dan Rian semakin dekat, Arini juga sering datang ke rumah Rian karena di rumah Rian banyak referensi buku-buku tent
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes