Tubuh Rea mematung mendengar permintaan Andika, dirinya sungguh tidak percaya Andika mengajaknya untuk menikah.Di sisi lain Rea sangat senang karena Andika mengajaknya menikah namun di sisi lain lagi dia juga sedih karena Andika mengajaknya menikah bukan dasar cinta."Kenapa tiba-tiba kamu mengajakku menikah Andika?" tanya Rea.Spontan Andika melepas pelukannya, kecemburuan Dion yang tidak berdasar serta paksaan dari Papanya membuatnya mengambil keputusan besar dalam hidupnya yaitu mengajak menikah orang yang tidak dicintainya.Andika tidak menjawab pertanyaan Rea, dia bingung harus menjawab apa karena tidak mungkin juga mengatakan pada Rea kalau dia mencintainya."Sekali lagi tolong aku Rea," kata Andika dengan lirih.Melihat raut wajah Andika yang sedih membuat Rea tak tega, dia yang telah sudah jatuh hati kepada Andika tak sanggup melihat orang yang dicintainya bersedih namun dia juga tidak bisa mengorbankan diri demi Andika."Perrnikahan adalah sesuatu yang sakral yang tidak bisa
Setelah acara pernikahan Andika dan Rea masuk ke dalam kamarnya, karena acara dilakukan di malam hari jadi setelah acara selesai dan tamu pulang Andika dan Rea bisa langsung istirahat. "Rea, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Andika. "Iya Andika," jawab Rea. "Apa kamu mencintaiku?" tanya Andika. Rea tersenyum sambil menatap suaminya, Andika benar-benar tidak peka akan perasaannya. "Iya aku mencintai kamu Andika," jawab Rea. Andika mengusap rambunya dengan kasar, dia sungguh tidak menyangka kalau Rea sahabatnya telah mencintainya. "Bearti selama ini kamu...." Belum sempat melanjutkan kata-katanya Andika berhenti, dia benar-benar merasa bersalah kepada Rea. Malam semakin larut, seusai membersihkan diri Rea dan Andika memutuskan untuk istirahat. Berbeda dengan pasangan pengantin pada umumnya, Rea dan Andika tidur saling membelakangi, mereka kalut dengan pikiran mereka masing-masing. Tak terasa pagi datang menyapa, Rea yang sudah bangun terlebih dahulu memutuskan pergi ke dapur un
Setelah beberapa jam dalam burung besi Andika dan Rea kini tiba di Bandara Internasional Velana yang terletak di ibukota negara MaldivesRea yang begitu senang berlari dengan berteriak, entah mengapa melihat Rea yang seperti anak kecili membuat Andika tersenyum.Dari Bandara perjalanan mereka masih lama, karene mereka harus menuju resort mereka.Shangri-La Villingili menjadi pilihan Dion, keindahan Resort di atas air akan membuat adik dan adik iparnya bisa menikmati bulan madu mereka.Setibanya disana, Andika dan Rea langsung diantar pelayan ke kamar, disana sudah disediakan makanan untuk menyambut mereka.Setelah makan, Rea dan Andika berkeliling pantai di sekitar resort mereka, sungguh keindahan alam pulau di Maldives membuat Rea begitu bahagia."Aku senang sekali Andika," kata Rea."Aku juga," sahut Andika.Lelah berjalan membuat Rea dan Andika memutuskan kembali ke kamar mereka, Andika yang lelah memutuskan untuk tidur sedangkan Ream lebih memilih memainkan ponselnya.Tak terasa wa
Andika yang tak harus bagaimana lagi memutuskan untuk keluar kamar dia berdiri di depan resort sambil menatap hamparan laut di depannya.Andika benar-benar tidak menyangka kalau apa yang dilakukannya menyakiti sang istri padahal tidak seperti itu maksudnya."Maafkan aku Rea," gumam AndikaDi dalam kamar, Rea yang kecewa dengan sikap Andika hanya bisa menangis, dia membaringkan tubuhnya sambil menutupi wajahnya dengan bantal, entah berapa lama dia menangis hingga tak terasa dia kini tertidur.Lelah merenungi apa yang terjadi, Andikamemutuskan untuk masuk ke dalam kamar kembali, saat dirinya melihat Rea meringkuk sambil menutupi wajahnya dengan bantal hatinya semakin terenyuh. Rasa bersalahnya semakin besar.Dengan langkah pelan Andika berjalan dan duduk di sisi istrinya, dia mengangkat bantal yang menutupi wajah Rea tampak air mata yang belum mengering di sekitar matanya."Maafkan aku Rea," kata Andika sambil menyeka sisa Air Mata di sekitar mata Rea.Andika pun ikut berbaring di samp
Melihat sang istri dirundung kenimmatan membuat Andika tersenyum senang, dia terus saja memainkan pucuk gunung Rea dan membuat Rea menggeliat bak cacing kepanasan.Setelah puas, kini waktunya mereka melakuakn penyatuan, dengan pelan andika mencoba menerobos pertahanan Rea."Sakit Andika," kata Rea yang merasa kesakitan.Andika yang tidak tega menghentikan aktivitasnya, tapi Rea meminta Andika untuk melanjutkan permainannya.Dengan usaha yang sangat keras, akhirnya Andika berhasil mendapatkan mahkota Rea.Rea meneteskan air matanya, akhirnya dia sudah melaksakanman kewajibannya sebagai seorang istri.Andika mengecup kening Rea, dia mengucapkan terima kasih kepada Rea karena selama ini telah menjaga mahkota untuk dirinya.Pelan-pelan Andika memaju mundurkan miliknya, karena masih sangt menggigit membuat Andika tidak bisa bertahan lama, baru lima menit Andika sudah mendapatkan pelepasannya."Rea aku sudah keluar, nanti kita lanjut lagi untuk mengejar kepuasanmu," kata andika.Lima menit i
"Selamat datang kembali Jerry." Dion menyambut kembali asisten yang dulu berjuang bersamanya. Bagi Dion Jerry juga seperti saudara karena Jerry cukup lama bekerja bersamanya. "Saya dengar-dengar anda berhasil menikahi Renata Pak," kata Jerry dengan terkekeh. Dion tertawa lalu merangkul Jerry yang berada di hadapannya. Dion tak menyangka Jerry mendengar berita pernikahannya dengan Renata yang tidak Dion liput di media. "Jadi Renata lebih memilih anda," imbuh Jerry kemudian. Meskipun Jerry mendengar berita pernikahan Dion dengan Renata namun Jerry masih belum mengetahui kalau sebenarnya mantan suami Renata adalah adik Dion yang telah hilang waktu bayi. Waktu cepat berlalu, tak terasa bulan madu Andika telah berakhir, kini dia harus kembali ke tanah air untuk mencari nafkah buat istri tercinta. Setibanya di bandara internasional ibukota Andika sudah disambut oleh keluarga besarnya tak Tertinggal Jerry yang kini telah bergabung kembali dengan perusahaan Dion. Saat melihat Andika Je
Jerry melongo tak percaya dunia selebar ini kenapa harus mantan suami istrinya sendiri yang menjadi adik kandungnya tapi ya kembali lagi semua sudah takdir Tuhan manusia tidak bisa memintanya maupun menolaknya."Dunia ini ternyata sempit sekali," kata Jerry.Tak terasa malam sudah larut, Renata yang harus menidurkan baby Aron pamit terlebih dahulu."Maaf ya, aku ke kamar dulu untuk menidurkan baby Aron," ucap Renata."Ayo sayang aku antar," sahut Dion."Nggak usah mas, kamu disini saja tuh ikan bakar kamu belum habis," tukas Renata."Nanti aku bisa turun lagi," pungkas Dion.Akhirnya Dian dan Renata bersama untuk masuk ke dalam, sebenarnya Renata sudah tahu gelagat sang suami dia pasti ingin meminta jatahnya malam ini."Aku sudah tau niat kamu mas," kata Renata setelah berada di kamar.Dion terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal memang sedari tadi sore hasrat bercintanya muncul saat melihat sang istri berparas cantik mengenakan dress warna peech."Aku sudah menahannya s
Semua paduan suara sambil menggelengkan kepala, ada-ada saja ucapan Dion untuk menutupi apa yang telah dilakukannya."Mana ikan bakarku?"Dion sengaja bertanya ikan bakar agar pembicaraan mereka beralih, dirinya merasa kesal kalau tanda cinta yang dia tinggalkan di leher Renata menjadi perbincangan hangat mereka semua."Ikan bakarnya ya habis kalau mau makan ikan bakar tuh bakar sendiri," sahut Andika.Dion yang tenaganya sudah terkuras saat olahraga tadi meminta Jerry untuk membakar ikan bakar untuknya."Jer bakarin ikan nya dong," pinta Dion."Biar aku saja Mas, Pak Jerry pasti lelah," sahut Renata."Jangan sayang kamu juga pasti lelah karena...."Dion menghentikan ucapannya karena kalau dia melanjutkan ucapannya pasti pembicaraan mereka kembali lagi."Karena apa?" tanya Renata.Dion menggelengkan kepalanya, dia sengaja tidak menjawab pertanyaan Renata."Kalau di luar begini Pak Jerry bukan asisten kamu Mas Jadi kamu nggak boleh nyuruh-nyuruh dia sesuka hatimu," kata Rehata."Betul,
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes