Renata hanya diam mematung menatap Andika, air matanya kini merembes keluar melihat Andika yang sudah tau semuanya."Ayo pulang, kita bicara di rumah," kata Andika dengan menangis dalam senyuman.Senyuman yang Andika ukirkan menunjukkan betapa sakit hatinya namun dia mencoba menahan amarahnya supaya tidak menyakiti Renata."Mas kamu ngapain di sini?" tanya Renata dengan air mata yang terus mengalir."Jemput kamu," jawab Andika."Oh ya kamu sudah ijin apa belum?" tanya Andika.Renata hanya diam tak berkata apa-apa sedangkan Andika tiba-tiba tertawa sambil terisak. Dirinya membalikan badan dan menyembunyikan tangisnya di dinding."Pasti belum, karena Dion sekarang masih tidur pulas, lelah setelah gulat semalam," Andika menjawab sendiri pertanyaannya.Hati Renata sangat perih mendengar ucapan Andika, andaikan dia yang berada di posisi Andika pasti dia tidak akan terima.Andika yang tidak kuat lagi memutuskan jalan terlebih dahulu meninggalkan Renata yang masih berdiri di tempatnya."Mas
"Ada apa? kenapa kamu mengajak aku bertemu?" tanya Andika.Tatapan Vera dan Andika sama-sama nanar, nampak sebuah kesedihan di sana, Vera bertanya-tanya apakah Andika sudah tau perihal perselingkuhan istri dengan suaminya? begitu pula dengan Andika."Apa kamu sudah tau kalau istri kamu ada hubungan dengan suami aku?" Vera menjawab pertanyaan Andika dengan pertanyaan balik.Andika menghela nafas lalu mengangguk, air matanya merembes keluar, hatinya bagai tertusuk sembilu, terluka tapi tidak berdarah."Mereka tega melakukan itu pada kita Andika," ucap Vera.Vera mencoba mencari teman, dia ingin bersatu dengan Andika untuk menghentikan perselingkuhan suaminya dengan Renata."Aku bingung Vera, entah aku harus bagaimana," sahut Andika.Vera menatap Andika dengan tatapan tak biasa, bagaiamana bisa Andika tidak tau apa yang harus dilakukan? "Kenapa kamu tidak tau Andika, bukankah kamu sangat mencintai istri kamu?" tanya Vera."Sangat, aku sangat mencintainya," jawab Andika."Kalau kamu sang
Renata menatap Vera dengan tatapan sendu, hatinya sangat perih mendapati istri sah Dion memintanya untuk melepaskan suaminya, bukan maksud hati mengambil Dion tapi semua adalah kemauan Dion sendiri yang mengikat Renata untuk selalu berada di sisinya.Tak terasa air matanya merembes keluar, harus bagaimana dirinya juga tidak tau."Mas Dion itu milik kamu Vera," kata Renata.Bagaimanapun juga Vera adalah wanita yang berhak dicintai Dion bukannya dia yang mungkin hanya sebagai rumah singgah sesaat, yang jika bosan akan dibuang.Renata tidak ingin dirinya disebut pelakor meski kenyataannya Renata telah berhubungan dengan Dion, telah merebut seri cinta Dion yang seharusnya untuk Vera."Tapi dia menginginkan kamu Renata, aku mohon jauhi dia," sahut Vera dengan mata yang membasah."Vera, mas Dion milik kamu jadi jangan memohon padaku seperti ini," ucap Renata sambil menggenggam tangan Vera."Tapi dia mencintai kamu Renata dan dia juga tidak mau meninggalkan kamu."Renata semakin bingung, mem
"Apa maksud kamu Dion, Renata adalah istri aku jadi yang seharusnya meninggalkan Renata adalah kamu bukan aku," sahut Andika yang tidak terima akan permintaan Dion.Dion tertawa keras mendengar ucapan Andika yang memintanya untuk meninggalkan Renata. Bagi Dion Renata adalah miliknya yang tidak akan pernah dia lepas meski dia milik Andika sekalipun."Aku tidak bisa meninggalkan istri kamu Andika, aku sangat mencintainya."Perkataan Dion membuat Andika memanas, bagaiamana bisa ada orang yang tidak tau diri seperti Dion, cinta benar-benar sudah membutakan Dion."Kamu memang tidak tau diri Dion, laki-laki serakah," maki Andika."Bukan serakah Andika tapi memang istri kamu sangat istimewa, lebih baik kamu saja yang mengalah," timpal Dion.Andika yang tidak ingin meladeni Dion memutuskan pergi daripada hatinya memanas karena kegilaan Dion. Dimana-mana seorang suami yang memiliki hak penuh atas istrinya bukannya kekasih gelap yang mendominasi.Merasa kesal karena diabaikan, Dion berteriak un
Renata menitikkan air mata, inilah dilema terbesar dalam hidupnya dimana dia harus memilih antara suami atau perasaan cinta dan nyaman terhadap atasannya."Aku sungguh bingung, kepalaku rasanya mau pecah mas, aku nggak tau harus bagaimana," kata Renata."Kamu sungguh mempersulit posisi aku mas, andaikan kamu mau mengerti," sambungnya."Aku nggak mempersulit posisi kamu sayang, tapi memang cinta ini sangat besar yang membuat aku nggak bisa jauh dari kamu," sahut Dion yang semakin mengerutkan pelukannya.Renata hanya diam tak tau lagi harus berkata apa, Andika dan Dion kini telah bersarang di hatinya yang membuatnya bingung memilih yang mana.Haruskah dia pilih keduanya? sehingga tidak ada dilema lagi tapi jelas itu tidak mungkin.Dion membalikan tubuh Renata, kemudian dia mengangkat dagunya, tangan Dion bergerak menyusuri bibir Renata yang membuatnya kecanduan.Ciuman tak dapat terelakkan lagi, dengan lembut Dion melumat bibir manis Renata.Inilah yang tidak bisa Renata tolak, sentuhan
Semenjak perusahaan dipegang anak pertamanya, pak Ferdi memutuskan untuk tinggal diluar negeri karena dengan begitu dia bisa sedikit melupakan kenangan istri dan anak keduanya yang telah pergi dari hidupnya.Kewajiban akan anak pertamanya telah selesai, dia sudah menikahkan anak pertamanya dan juga sudah mewariskan semua harta bendanya.Rencananya pak Ferdi ingin menghabiskan sisa hidupnya diluar negeri tapi seiring berjalannya waktu bayangan akan anak keduanya selalu datang yang selalu menuntunnya kembali ke tanah air ditambah lagi anak pertamanya yang tak kunjung memiliki keturunan.Tepat pukul tiga sore, Dion dan Renata baru kembali dari hotel, wajah mereka berdua nampak berseri-seri seakan tidak memiliki beban.Kebetulan sekali Jerry yang hendak keluar berpapasan dengan Dion di loby jadi dia meminta Dion untuk bicara sebentar."Saya masuk dulu pak." Renata ijin masuk lebih dulu."Iya silahkan."Dion berbicara sedikit formal mengingat ada beberapa staf di loby kantornya."Ada apa J
Andika menepuk pundak sang istri lalu pergi meninggalkan Renata yang mematung di tempatnya.Dengan mata yang membasah dia menatap punggung Andika yang pergi menjauh, dia tak tau harus bagaimana lagi agar semua kembali seperti semula."Maafkan aku mas," ucap Renata.Air mata Renata terus jatuh tanpa mau berhenti, dirinya terus menangis tanpa dia sadari waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi yang artinya dia harus segera ke kantor.Di sisi lain, Dion yang sudah datang terlebih dahulu nampak heran karena Renata belum ada di mejanya."Kemana dia, kenapa belum datang," gumam Dion.Dion mulai mengerjakan pekerjaannya terlebih dahulu hingga satu jam kemudian dia baru sadar jika Renata masih belum datang. Dirinya yang panik mencoba menghubungi sang kekasih namun Renata tidak mengangkat panggilannya."Come on sayang, kamu dimana? kenapa belum datang." Dion bermonolog dengan dirinya sendiri.Tak ingin berperang dengan prasangka-prasangka buruk Dion memutuskan untuk pergi ke rumah Renata, dia
Berbeda dengan pak Ferdi, pak Rangga nampak tidak yakin jika Andika adalah anak yang dicari pak Ferdi tapi meksipun begitu dirinya tetap mencari info terkait Andika.Saat menyelidiki latar belakang Andika, pak Rangga sangat kaget karena Andika adalah suami dari sekertaris Dion."Astaga Dunia sempit sekali," gumam Pak Rangga.Selain itu pak Rangga juga menemukan fakta jika Andika bukan anak kandung dari kedua orang tuanya, karena menurut info kedua orang tua Andika tidak bisa memiliki keturunan."Apa mungkin dia Andika yang selama kami dicari?" gumam Pak Rangga.Pak Rangga terus mencari informasi bahkan beliau pergi ke desa dimana Andika dibesarkan tapi sayang rumah masa kecil Andika telah dijual sehingga dia tidak bisa menemukan petunjuk dari sana.Karena lelah pak Rangga memutuskan untuk pulang dan dia melaporkan sedikit info yang dia dapat kepada Pak Ferdi."Andika adalah suami sekertaris Tuan muda pak, selain itu Andika juga bukan anak kandung dari kedua orang tuanya," lapor pak Ra
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes