Selamat pagi kak Hehe aku hadir pagi hari ini, Wah Arini sudah hamil, semoga ga ada kendala lagi ya Terima kasih Kak... Selamat membaca...
Di depan rumahnya, Renata nampak menunggu Arini dan Aron. Dia sangat penasaran dengan hasil pemeriksaan dari rumah sakit."Semoga kehamilannya kini tidak ada kendala ya mas mengingat dulu dia pernah keguguran," kata Renata dengan cemas."Iya sayang berdoa saja," sahut Dion.Tak selang beberapa lama mobil Aron tiba di halaman, hal ini membuat Renata segera beranjak dari tempat duduknya dan menyambut anak serta cucunya tersebut."Bagaimana Aron? Arini? dokternya bilang apa?" tanya Renata."Usia janinnya masuk minggu ke empat Ma," jawab Aron."Nggak ada kendala kan?" tanya Renata lagi."Nggak ada cuma Aron nggak boleh jenguk sampai benar-benar janinnya kuat," jawab Aron.Dion tertawa mendengar jawaban anaknya, pasti sekarang anaknya risau memikirkan nasib kebutuhan biologisnya karena dulu Dion juga merasakan hal seperti itu."Duh harus nahan, kuat nggak ya," ledek Dion.Dengan kesal Aron menatap papanya yang tertawa bahagia sembari meledek dirinya."Bukannya iba dengan nasib anaknya, ini
Pak Rektor meminta Dosen untuk memberi tahu hasil ujian Dania padanya karena beliau sendiri yang akan mengumumkannya kepada Arion. Beliau sangat yakin jika hasil ujian Dania akan jeblok mengingat Dania tidak sekolah sebelumnya."Tidak sekolah tapi ingin masuk kampus favorit ini, meskipun dibelakangnya ada CEO terkenal tapi kehormatan kampus ini tetap nomor satu," gumam Pak Rektor.Nama Dania kini menjadi sorotan para dosen, sebagian mereka yakin jika Dania tidak akan lolos, soal yang diujikan bukan soal biasa, karena untuk ikut ujian tes apalagi jalur beasiswa soalnya tentu sangat sulit.Keesokannya hasil tes mulai di koreksi, dosen bagian pengoreksi sangat terkejut dengan hasil ujian Dania, bagaimana bisa seorang yang tidak sekolah tingkat atas bisa menyelesaikan soal ujian tanpa salah."Bagaimana bisa anak dengan ijazah paket C bisa mengerjakan soal tes tanpa salah," gumamnya.Dosen yang mengoreksi hasil tes Dania mengadukan hal ini kepada Rektor dan respon Rektor juga sama."Mana mu
Huek Huek Huek Sedari subuh Arini terus mengeluarkan isi dalam perutnya hingga Arini merasa sangat lemas. Dengan lembut Aron memijat tengkuk sang istri sambil mengeleskan minyak kayu putih di pelipis istrinya. "Sudah?" tanya Aron. "Masih mual Mas," jawab Arini. Aron tak sampai hati melihat istrinya yang tersiksa seperti ini, andaikan bisa biar saja dirinya yang menggantikan morning sicknes istrinya. Arini membasuh mukanya dengan air lalu mengajak Aron untuk kembali ke tempat tidur. Dia yang lemas mencoba memejamkan matanya. "Sayang mau minum?" tanya Aron. "Nggak Mas, mulutku rasanya pahit sekali," jawab Arini tanpa membuka matanya. Tak berselang lama terdengar pintu kamar diketuk, Aron segera beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu. "Muntah-muntah lagi?" tanya Renata yang datang membawa susu untuk Arini. Sudah dua hari ini Arini mengalami morning sicknes, dan selama ini pula dia tidak mau makan untung ada susu ibu hamil yang bisa memberinya tenaga dan gizi untuk janin
"Ya Tuhan," ucap Aron. Arini segera menggandeng tangan Arion masuk ke dalam toilet, tapi Aron tidak melangkahkan kakinya sehingga membuat Arini meliriknya. "Ayo katanya udah di pucuk," kata Arini. Setelah di dalam toilet Arini berdiri di samping Aron sembari merangkul tangan Aron. "Ini nggak sekalian dibukakan? plus dipegangi?" seloroh Aron. "Nggak kamu buka dan pegangi sendiri," sahut Arini. Aron menggelengkan kepala, apa memang seperti ini kelakuan ibu hamil sampai harus menyulitkan suaminya. Selepas buang air kecil mereka keluar toilet bersama. "Kamu berbaring di sofa ya aku mau kerja lagi," kata Aron. Bak anak kecil Arini mengangguk paham, kemudian dia merebahkan dirinya di sofa menghadap meja kerja Aron agar dia bisa melihat suaminya bekerja. Tak terasa jam makan siang telah tiba, Aron yang merasa lapar mengajak Arini untuk makan siang tapi Arini menolak karena dia tidak ingin makan. "Aku pesankan by online aja ya Mas," ucap Arini. "Lalu kamu gimana sayang?" tanya Aron.
Di balkon kamarnya Arion memeluk Dania dari belakang, dia sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan melepas masa lajangnya. "Aku sangat bahagia karena sebentar lagi kita akan menikah, berjanjilah sayang akan selalu menjadi milikku apapaun yang terjadi nanti, dan berjanjilah akan menua bersamaku," bisik Arion. Dari kisah papanya sebenarnya Arion memiliki ketakutan sendiri, dia takut jika istrinya akan diambil orang seperti apa yang terjadi pada papanya yang mana istri Andika direbut oleh Dion. Dania membalikkan badannya, lalu menangkupkan tangannya di wajah Arion. "Saya tidak mau berjanji Tuan," sahut Dania. Ucapan Dania membuat Aron mengerutkan wajahnya, merasa heran dengan sang calon istri yang tidak mau berjanji padanya. "Kenapa? apa kamu tidak mencintaiku?" tanya Arion. Dania tersenyum, jelas dirinya sangat mencintai Arion hanya saya dia takut bila dia tidak bisa memenuhi janjinya karena hidup seseorang ke depannya tidak ada yang tau. "Anda adalah malaikat saya, anda memb
Semua mata memandang ke arah wanita yang tak lain adalah Rebecca, dia datang dengan Rian dan juga seoarang anak, Rebecca sengaja datang ke rumah Arion untuk memberi selamat meskipun dia tidak diundang sahabatnya tersebut. "Rebecca," kata Arion, Aron dan Arini barengan. Mendengar mereka semua memanggilnya secara bersamaan membuat Rebecca tersenyum lalu membogem bahu Arion dan Aron bergantian. "Jangan kaget seperti itu, aku tau kehadiranku tidak kalian inginkan tapi bagaimanapun juga aku pernah menjadi sahabat kalian berdua," kata Rebecca. Tak ingin suasana menjadi tidak enak Arion mencoba meminta maaf pada Rebecca, bukan tidak ingin mengundang cuma selama ini dia dan Rebecca putus komunikasi. "Gimana mau mengundang kamu saja menghilang ditelan bumi," omel Arion. "Aku malu Arion dan sengaja menghilang dan pergi dari kalian," sahut Rebecca. "Dan maaf Arion aku tidak menepati janjiku, saat ini kita malah ketemu lagi," sambungnya. Aron tidak mempermasalahkan hal itu karena kelihata
"Ngapain coba booking kamar hotel sendiri, mau apa? sudahlah nggak akan sempat unboxing," omel Rea setelah Arion dan Dania masuk ke dalam kamar. Omelan mamanya memang benar, jika mereka nggak akan sempat unboxing karena sedari tadi mamanya menjadi pengganggu, sama sekali nggak mengerti perasaan anaknya yang sudah kebelet. Meskipun nggak lama minimal memberi waktu satu jam untuk mencicipi sedikit si pengantin wanita. "Gimana mau sempat ada aja daritadi," gerutu Arion. Pihak wedding organizer mengajak Arion berbicara sebentar mengenai acara resepsi nanti karena ada beberapa acara yang akan mereka rubah. "Saya ngikut saja gimana baiknya kan kalian yang lebih paham daripada saya," kata Arion. "Baik Tuan, terima kasih atas respon positifnya," sahut pihak WO. Untuk menjadi ratu semalam, pihak MUA harus bekerja keras oleh karenanya mereka mulai merias wajah Dania lagi namun sebelumnya mereka mencuci wajah Dania dulu dengan menggunkan cairan khusus. Memerlukan waktu dua jam untuk merias
"Ya maksud aku bukan karena Arion yang memberi bunga itu kan?" jawab Aron. "Kamu nuduh aku ada perasaan dengan Mas Arion?" sahut Arini yang tak terima. "Ya kan siapa tahu, tadi Arion juga sangat perhatian sekali," timpal Arion. Arini sangat marah dengan tuduhan Aron, hingga tak terasa air matanya meleleh. Cintanya kepada Aron sangat besar namun Aron malah menuduhnya memiliki perasaan terhadap Arion. Pandangan Arini keluar jendela, bunga yang sedari tadi dia ciumi dia lempar ke belakang, hatinya benar-benar kesal atas tuduhan Aron. Baik Arini maupun Aron sama-sama terdiam, hingga mobil terparkir di carport. Tanpa menunggu suaminya Arini melenggang berjalan masuk ke dalam rumah, setibanya di kamar Arini mengunci kamar sehingga Aron tidak bisa masuk. "Sayang kenapa pintunya dikunci?" protes Aron sembari menggedor pintu. Arini tidak menggubris teriakan Aron, dia memilih memejamkan mata dengan membawa perasaan sakit dan gelisah. Diluar Aron yang lelah berteriak memutuskan untuk tidu
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes