Obtolan Dion dan Rendy seru ya kak, dion adaa ada aja ya. Gimana kak kira-kira ceritanya menarik nggak ya dengan kedatangan pendatang baru "Rendy" hehe. Selamat membaca kakak, semoga suka , erima kasih ka, lope lope kak
"Mas gimana kabar perusahaan?" tanya Renata. Dion menatap istrinya dengan lekat, tumben sekali Renata menanyakan kabar perusahaan. Masalah perusahaan sudah menemukan titik terang namun kerja samanya bersama Rendy baru terealisasi minggu depan karena harus ada yang disiapkan. "Baik sayang," jawab Dion. "Mas, boleh aku minta tolong?" tanya Renata lagi. "Boleh," jawab Dion. "Memangnya kamu mau minta tolong apa?" tanya Dion kemudian. Renata terdiam dirinya sungguh tak enak ingin bilang yang sebenarnya kepada Dion, tapi kalau tidak bilang darimana dia mendapatkan uang seratus juta. Belum sempat bilang, Dion mendapatkan telpon dari Jerry yang mengatakan kalau finansial perusahaan belum stabil karena perusahaan habis merugi jadi tidak bisa mentransfer uang ke rekening Dion maupun Andika. Mendengar obrolan Dion membuat nyali Renata memciut kembali, dia mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada Dion. Setelah selesai menerima telpon, Dion kembali lagi ke tempatny
Rendy terus saja memikirkan Renata, senyuman Renata di pertemuan terakhir mereka membuatnya terus saja memikirkan Renata padahal Renata adalah istri orang. Pagi itu di perusahaan Dion Rendy nampak murung, hatinya benar-benar telah dikuasai oleh Renata.Melihat sahabatnya yang nampak murung membuat Dion bertanya-tanya, padahal kerjasama mereka cukup membuahkan hasil. Dua hari setelah mereka resmi bekerja sama barang yang awalnya ditolak dari peredaran kini mulai dicari, sehingga Dion bisa menaikkan kembali harga yang jauh di bawah pasaran. "Kamu kenapa Rendy? aku perhatikan dari tadi kamu nampak murung," tanya Dion lalu memberikan Rendy sekaleng minuman. "Aku memikirkan seorang wanita," jawab Rendy. Sontak Dion menyemburkan minuman yang diminumnya, dia sangat kaget pasalnya beberapa waktu yang lalu Rendy sumbar dengan mengatakan kalau dirinya tidak akan jatuh cinta tapi saat ini dirinya malah memikirkan wanita. "Kamu biasa saja Dion, jangan terkejut," sahut Rendy. "Aku sungguh sa
"Aku kira kita akan menjalin sebuah pertemanan, kita akan sering bertemu layaknya teman pada umumnya Renata," sahut Rendy. Renata mengerutkan alisnya dia sangat tidak setuju dengan ucapan Rendy barusan, tidak ada pertemanan antara wanita dan pria. Jika ada laki-laki dan wanita berteman cinta akan mudah untuk hinggap karena sejatinya cinta itu datang dari seringnya bertemu. "Tidak ada pertemanan bagi wanita dan lelaki Ren karena sejatinya teman itu hanya untuk sesama jenis bukan lawan jenis , aku tidak mau mengorbankan rumah tanggaku demi pertemanan seperti ini dengan kamu jadi mengertilah," pinta Renata. Rendy sungguh kecewa dengan penuturan Renata dia tidak menyangka kalau Renata adalah wanita yang bisa dibilang loyal terhadap keluarga dan suaminya dan untuk mendapatkan wanita seperti ini kelihatannya akan sangat sulit. "Apakah hanya seperti ini saja kamu dan aku?" tanya Rendy. "Ren, ingat aku ini wanita bersuami jadi aku memang seharusnya membatasi pertemanan apalagi pertemanan
Renata terduduk lemas di sofa lalu dia meletakkan ponselnya, pantas Dion tidak mengangkat teleponnya karena mungkin saat ini suaminya tengah asik dengan wanita. Gambaran perselingkuhan drakor Korea yang dilihatnya tadi sore membuat hati Renata semakin perih, air matanya tak terasa merembes keluar. Tiga puluh menit kemudian Dion sampai di rumahnya dia sangat merasa bersalah kepada Renata karena dari tadi tidak mengangkat panggilan telepon dari istrinya tersebut. Alasan Dion tidak mengangkat panggilan Renata karena dia tidak ingin Renata tahu kalau dia telah menemani Rendy di sebuah bar untuk minum. Saat masuk kamar Dion sangat terjabut mendengar suara tangisan dari Renata lalu dengan langkah cepat Dia mendekati istrinya yang tengah terisak. "Sayang kamu kenapa?" tanya Dian sambil mengelus kepala Renata. "Jangan untuk aku Mas! setelah kamu menyentuh wanita lain," teriak Renata sambil menepis tangan Dion. Dion menatap istrinya, dia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud oleh
Keesokan harinya Dian mengajak Renata untuk menemui Rendy tapi Renata menolak karena Aron di rumah terus menangis sehingga Renata harus menenangkan anaknya terlebih dahulu "Maaf Mas aku titip salam ya buat teman kamu, Aron di rumah sangat rewel jadi aku harus segera pulang untuk menenangkannya," kata Renata "Ya sudah ayo aku antar sayang, setelah ini balik lagi," sahut Dion. Dion ingin mengantar Renata pulang namun Renata melarangnya karena kasihan teman Dion setelah bangun tidur temannya pasti pusing. "Nggak usah Mas lebih baik kamu temani teman kamu saja aku yakin setelah dia bangun tidur kepalanya sangat pusing dan dia pasti memerlukan seseorang," ujar Renata. Akhirnya Dion hanya mengantar Renata di lobby dia memberikan kunci mobil kepada istrinya karena nanti rencananya Dion dan Rendy akan naik taksi online saja. Setelah kepulangan Renata Dion masuk ke dalam kamar Rendy, saat itu dia melihat Rendy sudah duduk sembari memegangi kepalanya. "Pusing?" tanya Dion. "Iya kepalaku
Rendy terus memikirkan wajah anak Renata tapi berhubung dia tidak menemukan jawaban akhrinya dia memutuskan untuk mengabaikan hal itu. "Entahlah, mungkin hanya pikiranku saja," ucap Rendy. Sepulang dari mall Rendy kembali ke rumahnya, hatinya cukup senang hari ini karena bisa bertemu dengan Renata, ya walaupun pertemuan mereka dibilang singkat tapi itu cukup untuk mengobati rasa rindunya. Di dalam ruang kerjanya Rendy mengeluarkan ponsel miliknya dia menatap foto Renata yang dia dapat dari foto profil yang digunakan Renata. "Kamu begitu cantik Renata, sungguh beruntung suami kamu," ucap Rendy dengan tersenyum. Dadanya sangat sesak memikirkan nasib percintaannya, dia begitu sangat menginginkan Renata, andaikan Renata mau bersamanya mungkin dia akan sangat bahagia. Keesokan harinya Rendy menceritakan pertemuannya dengan Renata kepada Dion. Dia sangat antusias saat bercerita sehingga membuat Dion hanya bisa tersenyum ketir. Dion tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya Rendy tap
"Dia masih di atas," jawab Dion. Melihat makanan di atas meja membuat Rendy dan Dion menelan saliva, keduanya makan terlebih dahulu tanpa menunggu Renata. "Dion istri kamu kenapa belum turun?" tanya Rendy lagi. "Entah Ren, tadi katanya cuma sebentar," jawab Dion dengan mulut yang penuh makanan. Keduanya sangat menikmati makanan yang dimasak oleh Renata terlebih Rendy yang nampak nambah beberapa lauk. "Siapa yang memasak makanan ini? rasanya luar biasa bahkan koki di rumahku saja masakannya tidak seenak ini," tanya Rendy. "Semua makanan ini masakan istriku," jawab Dion. "Astaga Dion istri kamu hebat sekali panatas kamu selalu mengunggulkannya, aku sungguh penasaran dengan istri kamu," sahut Rendy. Makanan Dion dan Rendy sudah hampir habis tapi Renata baru turun untuk bergabung.Dengan langkah cepat dan senyuman yang mengembang Renata berjalan menuju ruang makan dimana Dion dan Rendy asik makan. "Mas." Renata memanggil Dion, Rendy yang tidak asing dengan suara Renata langsung m
Saat Dion akan pulang terdengar Rendy mengucapkan sesuatu namun Dion tak bisa mendengarnya dengan jelas karena suara Rendy begitu lirih. Dion mencoba mendengarkan ucapan Rendy namun kali ini Rendy berhenti bersuara sehingga Dion memutuskan untuk keluar. Saat akan menaiki mobilnya, Jerry menghubungi Dion dia mengatakan kalau orang yang menghajar Rendy juga mengambil dompet Rendy sehingga Dion harus masuk lagi ke dalam untuk mengambil dompet Rendy dan memberi pelajaran untuk pencuri tersebut. "Beraninya kamu mengambil dompet orang yang telah kamu aniaya," maki Dion. "Dia dulu yang mencari gara-gara denganku," sahut orang tersebut. Bug Dion sudah tidak bisa menahan amarahnya, namanya orang mabuk pasti tidak sadar dengan apa yang diucapkan. "Dia mabuk pasti tidak sadar dengan apa yang diucapkannya!" teriak Dion. "Tapi ucapannya menjengkelkan hati, dia bilang telah mencintai istriku," sahut Pria tersebut. Ucapan pria tersebut membuat Dion terdiam lalu dia meminta Jerry untuk melepa
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes