Dua hari sudah berlalu kini waktunya bagi Renata untuk pulang, Dion yang tidak ingin ditinggal istrinya meminta Renata untuk tinggal lebih lama lagi atau kembali ke ibukota bersama dengan dirinya, tentu Alina menolak tawaran Dion pasalnya baby Aron juga membutuhkannya."Mas baby Aron membutuhkanku," kata Renata.Dion mengusap rambutnya dengan kasar rasanya jauh dari istri dan anak memang tidak enak apalagi dirinya yang tidak bisa menahan hasrat untuk bercinta.Biasanya kalau di rumah sehari dia bisa meminta jatah dua kali dan saat dia di luar pulau dia harus menahannya sampai beberapa hari dan hal ini membuat dia tersiksa."Kamu jangan pulang biar baby sitter dan baby Aron yang kemari," sahut Dion."Mas Baby Aronmasih berusia di bawah 1 tahun aku takut kalau dia menangis di pesawat," kata Renata mencoba bernegosiasi dengan suaminya agar memperbolehkannya pulang."Aku akan menyewa jet untuk mereka dan biar Andika dan Jerry mengawal mereka," timpal Dion.Orang kaya memang bertindak sesuk
Suntuk di rumah membuat Rea memutuskan untuk pergi ke rumah kakak iparnya, mengetahui adik iparnya datang membuat Renata sangat senang pasalnya selama ini Renata juga kesepian di rumah tanpa ada teman ngobrol."Kenapa sih baru sekarang kamu memiliki pikiran untuk datang kemari," kata Renata."Iya Kak Renata tadi pagi entah mengapa tiba-tiba aku ingin sekali datang kesini," sahut Rea.Renata membawa reak pergi ke kamarnya karena dengan begitu Raya bisa berbaring mengingat perutnya yang sudah kelihatan buncit.Di dalam kamar, mereka mengobrol asik dan tidak disangka Rea begitu manja kepada Renata mungkin pengaruh dari kehamilannya apalagi akhir-akhir ini dia jarang mendapatkan perhatian dari Andika.Melihat sikap manja Rea membuat Renata senang karena memang selama ini Renata tidak memiliki saudara jadi saat ada Rea yang manja kepadanya dia merasa memiliki seorang adik."Kak Dion kapan pulangnya Kak?" tanya Rea."Entah Rea, pasalnya Mas Dion sendiri juga nggak pasti memberi jawabannya,
Mendengar suara Rea sontak membuat Dion langsung turun dari tubuh Renata dia sungguh kaget karena Rea berada di kamarnya. untung mereka baru melakukan foreplay sehingga Dion dan Renata masih menggunakan pakaian hanya saja pakaian atas Renata sudah terlepas. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Dion. "Justru aku yang seharusnya kenapa tiba-tiba kak Dion muncul seperti hantu saja," sahut Rea. "Ini kamar aku yang tiba-tiba muncul itu kamu," timpal Dion. Renata menjelaskan kepada Dion kalau malam ini memang Rea menginap, andaikan dari awal Dion bilang kalau ingin pulang pasti Renata membiarkan adik iparnya pulang. Dion yang tak ingin malamnya diganggu meminta Rea untuk keluar dan tidur di kamar tamu. "Berhubung aku sudah pulang, sana kamu tidur di kamar tamu," usir Dion. "Kak Dion ini apa-apaan sih, ngapain juga pulang," gerutu Rea. "Jadi menurutmu aku harus berada di luar pulau terus dan nggak usah pulang gitu," sahut Dion dengan kesal. "Ya pulangnya kan bisa besok gitu kak Di
"Loh Andika kapan kamu datang?" tanya Dion."Tadi kak, rencananya ingin menjemput Rea tapi berhubung aku sangat lelah akhirnya aku memutuskan untuk tidur sejenak," jawab Andika.Dion mengajak Andika untuk makan bersama setelah itu mereka berempat duduk santai di taman samping rumah sambil mengobrol banyak hal.Para istri mengungkapkan kekecewaan mereka kepada para suami karena suami terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga memiliki sedikit waktu untuk mereka."Sebenarnya kami juga tersiksa tapi gimana lagi semua ini kami lakukan juga untuk kalian," kata Dion."Memang beginilah konsekuensinya memiliki suami orang penting," sahut Andika dengan terkekeh.Tak hanya para istri, Andika maupun Dion juga ingin memiliki waktu lebih banyak dengan keluarga tapi bagaimana lagi mereka harus bekerja demi masa depan keluarga mereka terlebih untuk anak-anak mereka."Jangan kamu pikir saat aku disana enak-enak gitu, asal kalian tau setiap malam aku juga sangat tersiksa tanpa ada dirimu sayang," ungk
"Kak istri kamu ini ingin menendang perutku, bolehkah aku menghukumnya?" tanya Andika."Istrimu juga mau menabok kepalaku, menjambak rambutku dan ingin mencubit tanganku, kurasa aku juga harus menghukumnya," sahut Dion.Renata dan Rea saling tatap, mereka sungguh tidak bermaksud menganiaya para suami, apa yang dikatakan hanyalah bentuk empati sesama istri karena kelakuan suami di masa lalu."Mas Dika, mas Dion maafkan kami," kata Renata sambil tersenyum manis."Kamu pikir dengan senyuman palsu itu kekesalan hati kami akan hilang," sahut Andika.Renata menghela nafas, kelihatannya Andika dan Dion tidak akan melepaskan mereka begitu saja jadi mereka hanya bisa pasrah."Baiklah, baiklah biar mas Andika yang menghukum aku kak Dion, Kak Dion fokus saja dengan hukuman Kak Renata," kata Rea.Dion segera mengajak istrinya ke kamar karena kamar adalah tempat eksekusi Renata mengingat hukuman yang akan didapatkan Renata sudah pasti hukuman ranjang."Tau hukuman yang akan kamu dapatkan sayang,"
Berita buruk datang dari keluarga Ousama yang berada di Timur Tengah, ibu Ousama telah berpulang ke Tuhan Yang Maha Esa sehingga mau nggak mau oussama dan Vera harus pulang ke Timur Tengah dan hal ini membuat Dion harus mengurusi perusahaan tambang yang berada di luar pulau."Aku tidak akan membiarkanmu mengurusi perusahaan sendirian oleh karena itu aku meminta sekretarisku untuk bekerja sama denganmu," kata Ousama.Dion menolak keinginan Oussama dia tidak ingin ada sekretaris yang membantunya toh dia bisa sendiri, tapi Ousama tetap bersikeras agar Dion mau bekerja sama dengan sekretarisnya karena sekretaris Ousama yang lebih mengetahui seluk beluk perusahaan ketimbang Dion yang datang ke perusahaan tidak setiap hari"Baiklah," kata Dion.Setelah kepergian Oussama ke Timur Tengah Dion meminta izin kepada Renata untuk pergi kerja keluar pulau, kepergian kali ini mungkin memerlukan waktu yang lumayan lama dan hal ini sebenarnya membuat Renata merasa kecewa."Nanti kalau kamu rindu kamu
Tahu kalau Dion mengikuti ucapannya membuat Anita semakin berani, dia terus mencari obrolan agar Dion selalu bersamanya di sepanjang malam.Merasa lelah dengan obrolan obrolan Anita akhirnya Dion memutuskan untuk mengajak Anita pulang lagi, pula dia juga sangat merindukan istrinya yang mungkin gini tengah menunggu video call darinya."Lebih baik kita pulang," ajak Dion."Kenapa buru-buru sekali Pak," protes Anita."Aku lelah dan mau istirahat, apalagi besok juga harus kerja kembali," sahut Dion."Kalau kamu masih ingin tetap di sini silakan tapi aku pulang dulu," sambung Dion yang membuat Anita kecewa.Saat Dion perjalanan pulang Renata berkali-kali menghubungi Dion, Dion serba bingung ingin mengangkat panggilan istrinya tapi dia sedang menyetir kalau tidak diangkat pasti Renata memiliki pikiran jelek hingga akhirnya Dion memutuskan untuk menepikan mobilnya."Kita menepi sebentar ya," kata Dion."Anda mau ngapain Pak? kenapa menepi di tempat yang sepi?" tanya Anita.Pikiran Anita suda
Entah mengapa akhir-akhir ini Renata memiliki firasat yang nggak enak, dia berusaha mengabaikan firasat aneh yang mengusiknya namun tidak bisa. "Ada apa ya?" gumam Renata. Renata nampak berpikir keras hingga akhirnya dia memutuskan untuk menyusul Dion selain rindu yang menggebu, dia juga merasa khawatir dengan sang suami yang kini jauh disana. Renata rencananya ingin keluar pulau selama tiga hari mengingat dia tidak bisa lama-lama meninggalkan baby Aron. Berhubung pesawatnya berangkat pagi Renata pun ingin memberikan surprise kepada Dion dengan datang ke kantornya, tentu setelah Renata mendapatkan alamat perusahaan Dion dari Andika. "Kamu yakin akan berangkat sendiri," kata Andika yang sedikit mengkhawatirkan Renata. "Iya Mas, memangnya kamu mau menemaniku," sahut Renata dengan tertawa. "Pengen-pengen saja asalkan nanti setelah tiba di sana kamu antar aku kembali ke mari," tukas adiknya dengan tertawa. "Sama aja bohong," ujar Renata. Andika meminta Renata untuk segera masuk ka
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes