Selamat membaca Kakak Terima kasih
Sepulang dari club malam, Aron mengemudikan mobilnya dengan kencang, wanita yang pernah dia cintai dan dia anggap sebagai sahabat kini telah merusak apa yang telah dimilikinya. Sesampainya di rumah Aron masuk ke dalam kamarnya nampak Arini masih berdiri di atas balkon sembari menatap langit. Tak ingin mengganggu, Aron memutuskan untuk keluar. Lelaki mana yang rela tubuh istrinya dinikmati pria lain, meskipun ini bukan kesalahan Arini tapi kenyataan itu membuat Aron tidak bisa mendekati istrinya. Di dalam ruang kerjanya, Aron memukul-mukul sofa untuk meluapkan kekesalannya, dia tidak tau harus bagaimana dalam bersikap. "Ingin sekali aku memeluknya dan menenangkan dirinya tapi aku tidak bisa foto-foto itu dan ucapan Rebecca melekat dalam ingatanku membuat hatiku tak bisa menerimanya," gumam Aron. Malam telah berakhir, keesokan harinya Arini, Renata dan Dion tengah menyantap makanan pagi mereka, Renata sangat sedih akan masalah yang menimpa anaknya tapi dia juga tidak bisa membantu.
Apa yang terjadi dengannya semalam tidak membuat Rebecca menyesal, dia tetap saja menyalahkan Arini atas apa yang terjadi pada dirinya padahal Arini lebih menderita darinya.Melihat keadaan Rebecca yang berantakan membuat pelayan yang bekerja di rumahnya merasa sangat khawatir.Pelayan di rumah mencoba menghubungi kedua orang tua Rebecca yang berada di luar negeri, berhubung mereka tidak bisa pulang akhirnya mereka meminta Rian untuk menemani Rebecca sementara waktu.Mendapatkan mandat dari kedua orang tua angkatnya membuat Rian bertanya-tanya, tugasnya telah berhasil dan seharusnya kini Rebecca dan Aron bisa bersama tapi kenapa kedua orang tua Rebecca malah memintanya untuk datang ke tanah air?Tak ingin bertanya-tanya Rian mencoba menghubungi Rebecca namun panggilannya tidak diangkat oleh Rebecca sehingga membuat Rian semakin khawatir."Angkat panggilan Kakak Rebecca." Rian mengirimkan pesan singkat kepada Rebecca.Baru panggilan kelima Rebecca mau mengangkat panggilan teleponnya."A
Dian berteriak mencoba menghentikan pertengkaran Aron dan Rian namun kelihatannya teriakannya tidak diindakan oleh Aron, dia terus aja ngebogem Rian untuk meluapkan amarahnya yang selama ini dia pendam. Bug, bug, bug. Bogeman demi bogeman mendarat di pipi Rian yang membuat Rian lemas, untungnya Rian memiliki fisik yang kuat sehingga dia masih kuat meskipun lemas. "Aron cukup Aron." Dion berusaha menghentikan Aron yang terus menyerang Rian. "Lepas Pa, bajingan ini harus diberi pelajaran," sahut Aron dengan nafas yang memburu. Dion yang kesal melayangkan bogeman kepada Aron, ini dia lakukan agar anaknya berhenti memukuli Rian. Setelah Aron terjatuh baru perkelahian bisa dihentikan dan dengan kesal Dion menatap Aron dan Rian secara bersamaan. "Kenapa kamu terus memukulinya?" tanya Dion. "Dia inilah pria yang ada di dalam foto bersama Arini Pa," jawab Aron dengan memegangi pipinya yang terasa panas akibat bogeman Dion. Dion membolakan matanya kemudian menatap Rian dengan heran, bi
Aron segera turun dari tubuh istrinya dia mengusap rambutnya dengan kasar merasa frustasi karena bagian vital tubuhnya sudah berdiri tegak. "Kenapa sih banjirnya datang di saat yang tidak tepat, gak tau apa kalau waktunya buka puasa," protes Aron. "Mana aku tahu Mas kan tidak bisa diprediksi datangnya," sahut Arini. Aron hanya bisa menghela nafas, kelihatannya semesta marah padanya dan tidak mendukung keinginannya untuk memberikan nafkah batin. "Ya sudahlah bearti aku harus puasa lagi," kata Aron dengan pasrah. Semalaman Aron tidur dengan tersiksa. Bagaimana tidak, bagian vitalnya seakan marah karena tidak jadi diajak ke goa kenikmatannya. "Haruskah aku bersolo karir di kamar mandi?" gumam Aron. "Ah nggak mau, enakkan duet lebih gurih dan nikmat." Aron bermonolog dengan dirinya sendiri hingga tak terasa akhirnya dia tertidur. Masalahnya yang telah selesai membuat keadaan Arini sangat baik, pagi ini dia memutuskan untuk datang ke kampus setelah beberapa hari izin tidak masuk de
Melihat kesungguhan Rebecca membuat Arini membujuk Aron agar mau memberikan kesempatan Rebecca untuk meminta maaf pada mereka."Nggak baik Mas menolak orang yang datang untuk meminta maaf," bujuk Arini."Tapi kita tidak tahu sayang permintaan maafnya adalah sebuah rekayasa atau tidak," sahut Aron."Lihatlah dia tatapan matanya menunjukkan kesungguhan dan sebuah penyesalan aku yakin Ibu Rebecca menyesali semua perbuatannya," timpal Arini.Arini terus membujuk Aron hingga akhirnya Aron menjadi luluh dan mau menerima permintaan maaf Rebecca."Kini aku sadar kenapa Aron mencintaimu padahal akulah yang dicintainya bertahun-tahun," kata Rebecca dengan memeluk Arini."Kamu pantas menjadi pendampingnya Arini, aku titip sahabatku ya," sambungnya dengan menangis.Arini mengelus punggung Rebecca dia juga meminta maaf karena mungkin telah merebut Aron dari Rebecca."Perbaiki diri kamu Rebecca, jangan memaksakan kehendak pada orang lain," pesan Aron.Rebecca melepaskan pelukannya lalu menatap Aron
"Lihat bayi itu Mas, lucu banget ya. Andaikan kita segera punya cucu pasti wajahnya lucu seperti anak yang ada di TV itu," kata Renata. Dion tersenyum lalu memeluk istrinya, Renata pernah kehilangan bayi sehingga dia trauma hamil lagi oleh sebab itu harapannya tinggi kepada Aron, dia ingin Aron memiliki anak yang banyak agar rumah tidak sepi. "Nanti kalau sudah waktunya Aron pasti akan memberikan kita cucu," sahut Dion. Arini yang tak sengaja mendengar ucapan Renata menjadi sangat sedih karena sampai saat ini dia masih belum bisa memberikan cucu untuk Mama dan Papa mertuanya. Dengan hati yang sedih Arini kembali ke kamar, dia bersiap untuk pergi ke rumah sakit sendiri, dia ingin mengetahui apakah sudah ada calon bayi atau belum di rahimnya. Sesampainya di rumah sakit, Arini segera menemui dokter kandungan yang menanganinya, dia ingin protes karena sudah setahun melakukan program hamil tapi dia tak kunjung hamil. "Kenapa lama sekali sih Dok, padahal saya dan suami saya selalu raji
"Emangnya kenapa kalau ditengok terus?" tanya Aron."Bukankah dia di dalam senang jika ditengok papanya yang tampan ini," sambungnya.Renata menggelengkan kepala, seusai meletakkan susu dan kopi di atas meja dia mendekati Aron dan langsung menarik telinga Aron dengan keras."Auwww sakit Ma," teriak Aron memetik kesakitan."Kapok, mangkanya kalau diberitahu orang tua nggak usah ngeyel," sahut Renata."Kalau kamu menengoknya terus menerus, goncanganmu bisa membuatnya oleng," sambung Renata lalu melepas tangannya dari telinga Aron.Arini hanya tertawa melihat suaminya yang dijewer mama mertuanya. Meski ini adalah pengalaman pertama mengandung tapi Arini juga pernah dengar saat trimester pertama disarankan untuk jarang berhubungan karena sangat rawan keguguran."Arini kalau dihukum atau diajak bergulat jangan mau, biar saja dia tahan," pesan Renata."Kan mainnya bisa pelan Ma," tukas Aron yang tidak terima.Renata menghela nafas anaknya benar-benar seperti Papanya yang tidak mau absen ber
"Nggak sakit gimana sih Ma, Mas Arion tadi bilang kalau Mas Aron muntah-muntah di kantor ini juga keadaannya sangat lemah tapi kenapa Mama bilang kalau Mas Aron nggak sakit?" protes Arini. Sambil mengambil minyak aromaterapi untuk Aron, Renata tertawa karena protes yang diajukan Arini. Bagi orang awam mungkin mengira kalau hal yang dialami Aron adalah masuk angin atau ada masalah dengan pencernaan padahal ini semua karena kehamilan simpatik. "Sudah jangan cemas, ini tuh namanya kehamilan simpatic, hal ini terjadi karena beberapa faktor dan salah satunya rasa empati Aron yang berlebih terhadapmu," jelas Renata. "Memang ada ya Ma seperti itu," sahut Arini. "Ada," timpal Renata. Renata menyarankan agar Arini menemani Aron istirahat, jika Aron merasa mual solusi yang ampuh adalah minyak kayu putih. Setelah Renata keluar Aron memejamkan matanya, kepalanya benar-benar pening ditambah keadaannya yang benar-benar tidak nyaman. Melihat raut wajah sang suami Arini tau jika Aron menahan ra
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes