Selamat membaca Kaka
"Apa mungkin ada yang sengaja memberikannya?" gumam Arion. Semua terdiam, termasuk dokter yang menangani Dania. "Lalu apa yang harus kami lakukan Dok?" tanya Andika. "Saya sebagai dokter umum tidak bisa melakukan hal lebih selain memberikan obat untuk memulihkan luka fisiknya tapi untuk luka dalam pasien sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter yang menangani gangguan mental," jawab Dokter. Arion yang shock terhuyung ke belakang, dia tidak menyangka istrinya akan mengalami hal seperti ini dan parahnya sebagai seorang suami dia tidak peka sama sekali. "Ya sudah saya pamit," kata Dokter lalu keluar. Arion menatap istrinya yang masih memejamkan mata, kenapa dia bisa kecolongan seperti ini. "Indira, kamu harus bertanggung jawab atas semua ini," batinnya dengan mengepalkan tangan. Amarah Rea perlahan menghilang, dia kini turut bersedih atas apa yang menimpa Dania, dia menyesal telah memarahi Dania tadi pagi. "Maafkan Mama Arion karena telah memarahi istri kamu, mama mengira dia s
Sebenarnya bisa saja melaporkan Indira dengan rekaman CCTV namun Arion ingin memergoki Indira secara langsung karena jika hanya dengan menggunakan rekaman CCTV Indira akan berkilah dan mengatakan jika yang disuntikkan adalah obat biasa.Hari semakin larut Rea dan Andika memutuskan untuk pulang, ingin sekali menemani menantunya di rumah sakit namun Arion menyuruh orang tuanya untuk pulang, dia tidak ingin kedua orang tuanya sakit."Kami pulang dulu ya Arion," pamit kedua orang tuanya."Iya Ma, Pa, maafkan Arion karena sudah merepotkan Mama dan Papa," sahut Arion."Tidak ada yang namanya merepotkan," timpal Andika.Selepas kepulangan kedua orang tuanya Arion kini ditemani oleh Indira, muak sekali melihat Indira namun Arion harus mengendalikan diri bersabar sampai semua terungkap."Kamu istirahat sajak Arion biar aku yang menemani Dania," pinta Indira."Tidak biar aku yang menemani istriku," sahut Arion.Tentu Arion tidak ingin lengah, dia tidak ingin tidur karena bisa saja Indira melakuk
"Mana mungkin aku memiliki pemikiran seperti itu Arion kamu jangan ngaco," kata Indira dengan keringat dingin yang terus mengucur keluar."Lalu apa yang ingin kamu suntikan kepada Dania?" tanya Arion kemudian."I i itu vitamin agar Dania cepat pulih, aku kan seorang dokter bedah maka aku tahu vitamin apa yang cocok agar luka jahitan cepat kering," jawab Indira dengan tersenyum ketir.Arion berjalan mendekat lalu mengambil suntikan yang terjatuh di lantai."Yaki?""Kalau ini vitamin coba suntikkan ke tubuh kamu." Arion menyodorkan suntikannya kepada Indira.Dengan segera Indira menggeleng, jelas dia tidak mungkin mau menyuntikkan obat pemicu depresi pada tubuhnya sendiri karena akan berdampak besar pada kesehatannya maupun pada pekerjaannya."Kalau cuma vitamin jelas kamu nggak akan keberatan kan, tapi ya sudahlah biar dokter yang memeriksa vitamin apa itu karena aku tidak mau sembarang obat masuk ke dalam tubuh istri tercintaku," ujar Arion sambil memberikan obat tersebut pada Dokter.
Cinta tak pernah salah, karena cinta adalah anugerah terindah dari sang pencipta.Jika ada yang menderita karena cinta, jelas itu bukan salah cinta tapi salah manusianya. Begitu pula dengan apa yang terjadi dengan Indira, terobsesi memiliki Arion kini membuatnya kehilangan segala-galanya. Karir, kepercayaan dan kebebasan hancur padahal untuk mendapatkan itu semua diperlukan proses yang tidak mudah. "Ma, Pa tolong Indira," rengek Indira ketika kedua orang tuanya datang. Mama dan papa Indira yang sudah mengetahui ceritanya nampak murka, mereka juga tidak enak dengan Rea dan Andika. "Apa pernah papa mengajarimu hal sekeji itu Indira!" bentak Papa Indira. "Ini semua karena Indira mencintai Arion Pa, tapi Arion malah memilih seorang pembantu yang tidak berpendidikan," sahut Indira. "Entah Arion menikahi seorang pembantu seorang pemulung bahkan seorang pelacur pun itu bukan wewenang kamu, ingatlah keluarga kita juga awalnya seorang asisten yang nggak jauh beda dengan pembantu jadi jan
Beberapa hari di dalam jerusi besi membuat Indira stress berat, badannya juga nampak kurus karena dia hampir tidak mau makan."Arion lepaskan aku!" teriaknya.Berapa penghuni tahanan memarahi Indira karena terus berteriak bahkan ada yang dari mereka yang sampai menampar Indira.Semua yang dialami Dania di alami juga oleh Indira.Kedua orang tua Indira menyiapkan pengacara hebat ketika di pengadilan nanti, ya walaupun tidak bisa membebaskan Indira tapi minimal bisa mengurangi masa hukuman anaknya tersebut.Di sisi lain keadaan Dania jauh lebih baik, dia sudah tidak berteriak maupun menangis histeris seperti sebelumnya dan ini membuat Arion sangat senang."Sayang apa yang kamu rasakan saat ini?" tanya Arion."Aku lebih baik Mas," jawab Dania."Syukurlah sayang," sahut Arion.Matahari hampir tenggelam di ufuk barat sudah waktunya bagi Dania untuk mandi, luka di pergelangan tangannya membuat Dania tidak bisa mandi sendiri sehingga beberapa hari ini Arion yang terus memandikan Dania."Ayo
"Mas bangun Mas," Arini menggoyang tubuh Aron dan perlahan Aron membuka matanya.Dengan mengucek matanya Aron melihat penunjuk waktu yang ada di atas nakas. "Ada apa sih Sayang?" tanya Aron dengan malas. "Aku ingin makan Mas," jawab Arini. Aron kembali membaringkan tubuhnya, kantuk yang sangat berat membuatnya mengabaikan keinginan Arini. "Mas aku tuh mau makan!" teriaknya yang membuat Aron bangun lagi. "Astaga sayang ini masih pukul satu dini hari, kamu mau makan apa? para pelayan juga masih tidur," sahut Aron. Tau jika Aron menolak keinginnya membuat Arini memegangi perutnya sembari mengucapkan sesuatu. "Lihatlah Papamu nak, dulu ketika kamu nggak mau makan, dia pusing sekali dan bilang pada Mama jika akan menuruti kemauan Mama asal mama mau makan." Aron mengusap rambutnya dengan kasar, memang dulu dia mengucap hal seperti itu tapi tidak harus dijadikan senjata juga untuk melawan balik. "Baiklah baiklah kamu ingin makan apa?" tanya Aron. "Rujak mangga muda," jawab Arini.
"Biar kami saja yang membuat bumbu rujaknya Tuan," kata pelayan menawarkan diri, mereka tidak tega melihat Arion masak."Nggak usah kalau Nyonya udah tahu, aku bisa dimarahi, tolong kasih tahu saja bagaimana cara membuat bumbu rujak," sahut Aron.Dengan dipandu oleh pelayan akhirnya Aron dapat menyelesaikan bumbu rujak ala-ala dia, entah bagaimana rasanya yang penting dia sudah membuatkan Arini bumbu rujak serta sudah memotong kecil-kecil mangga yang tadi diambil."Ini Nyonya rujak mangga mudanya," kata Aron sembari meletakkan rujak dan mangga muda tepat di hadapan Arini.Mata Arini berbinar melihat rujak mangga muda yang ada di depannya, air liurnya juga terus keluar membanjiri rongga mulutnya."Terima kasih suamiku sayang," ujarnya lalu menyantap buah mangga tersebut.Melihat Arini yang memakan buah mangga dengan lahap membuat Aron merinding, pasalnya tadi saat dia mencobanya buah mangga tersebut sangat asam."Sayang mangga itu sangat asam jangan banyak-banyak," cegah Aron."Nggak as
Benar saja cara Dania memberikan materi lebih menyenangkan daripada cara para Dosen, hal ini membuat semua mahasiswa sangat antusias untuk mendengarkan materi dari Dania. Pak rektor sangat kesal, dia tidak ingin ada perubahan di kampusnya oleh karena itu dia ingin mengeluarkan Dania namun sebelumnya harus ada kesalahan fatal dulu yang dibuat oleh Dania. Di kampus Dania memiliki dua teman dekat yang bernama Sisi dan Nabila, mereka berdua berasal dari keluarga yang sederhana dan untuk sekolah disana kedua orang tua Nabila dan Sisi harus bekerja keras. "Mas boleh nggak aku pergi ke mall dengan teman-teman aku, salah satu dari mereka ada yang ulang tahun jadi aku mau traktir makan di mall," lapor Dania. "Boleh asalkan pulangnya sebelum dan satu lagi jangan macam-macam," sahut Arion. Dania sangat paham dan sadar akan statusnya sebagai seorang istri jadi mana mungkin pulang larut. Meskipun memberikan ijinnya tapi Arion tetap khawatir sehingga dia ingin membuntuti istrinya. Agar tidak
Begitulah mereka, Arion selalu membuat kakaknya cemburu tapi semua hanya candaaan. Banyak sekali urusan yang harus mereka tangani, dan setelah semuanya selesai, mereka menyerahkan kepada pimpinan kantor cabang tersebut urusan selebihnya. Hari-hari berlalu dengan cepat, Arsen kini sudah berusia empat tahun. Dia tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan cerdas, di usianya yang baru empat tahun Arsen sudah bisa membaca dan menulis, dia juga menghafal dengan cepat sesuatu yang dia pelajari. "Anak kalian, sangat pintar. Rencananya kalian akan menyekolahkan dia dimana?" tanya Renata. "Belum kepikiran Ma, pengennya Arsen sekolah di rumah saja jadi Arini bisa terus mengawasinya." Dion dan Renata tampak tidak setuju dengan keputusan menantu mereka, namanya anak perlu bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Arsen bukanlah anak introvert jadi pendidikan luar rumah mungkin yang terbaik. "Bersekolah diluar dan kumpul banyak teman sangat bagus untuk perkembangan anak Arini." Arini ters
Kamar mereka layaknya kamar pengantin baru, apa yang dipersiapkan Aron jauh lebih baik daripada apa yang disiapkannya kemarin. Aron berjalan menuju meja, meninggalkan Arini yang masih membatu di belakang pintu. Pria itu menyalakan lilin dan berjalan menuju sang istri. "Happy anniversary Sayang, semoga kita langgeng sampai maut memisahkan." Arini benar-benar terharu dengan apa yang dilakukan oleh sang suami, dia tidak menyangka jika dirinya yang mendapatkan kejutan. Seusai meniup lilin Aron meletakkan kuenya kembali kemudian menggandeng tangan istrinya menuju tempat tidur. "Aku sudah memberimu kejutan sekarang mana kejutan untukku," bisik Aron sambil tersenyum licik. Segera Arini tahu maksud dari sang suami, "Kejutanku telah usai Mas." Tatapannya terlihat menggoda. Aron tidak menerima alasan apapun malam ini Arini harus memberinya kejutan. "Baiklah Mas." Wanita itu turun dari tempat tidurnya, dia menghilang di balik dinding dan entah apa yang akan dilakukannya. Beberapa saa
Awalnya hanya sebagian saja pegawai yang diminta untuk kembali bekerja, namun semakin membludaknya permintaan pasar membuat Arion dan Aron harus memanggil semua pegawai yang dulu dirumahkan oleh mereka. "Harus diakui perusahaan kita bisa normal seperti sedia kala semua karena Papa kita." bibir Arion tersenyum tipis mengingat jasa Papa dan omnya. "Benar, kita tanpa mereka tidak ada apa-apanya Arion, meskipun usia mereka sudah senja namun jiwa serta strategi bisnis mereka tidak ada tandingannya," sahut Aron. ##### Hari ini adalah hari anniversary Arini dan juga Aron, dan rencananya Arini akan memberi kejutan kepada suaminya. "Arini yakin Ma, kalau Mas Aron lupa dengan anniversary kami," celetuk Arini ketika berbincang dengan mama mertuanya. "Lelaki memang gitu, Papa juga sering lupa dengan hari anniversary kami," sahut Renata. Renata meminta kepada Arini agar tidak marah kepada Aron, banyaknya pekerjaan di kantor mungkin membuat sang anak tidak mengingat hal-hal seperti ini. "Iy
"Ayo Mas tidur ngapain kamu berdiri disini?" Arini terus menarik tangan Aron agar kembali ke tempat tidur. Aron yang penasaran dengan ponsel sang istri nampak menepis tangan Arini. Melihat ponsel sang istri yang terus menyala membuat Aron ingin melihat siapa yang terus-terusan mengirim pesan. "Aku penasaran dengan ponsel kamu yang terus menyala kelihatannya ada banyak pesan masuk." Bukannya kembali ke tempat tidur, Aron malah mengambil ponsel sang istri. Seketika Arini menyusul dan berusaha mengambil ponselnya. "Mas kembalikan ponsel aku," rengeknya. "Ada apa?" tanya Aron. Arini pasrah, jika dia harus dihukum lagi dia pun siap. Saat membaca pesan yang dikirim Dania serta Kania sontak membuat Aron menatap Arini tapi wanita itu segera mengalihkan pandangannya bahkan perlahan dia membalikkan badan agar bisa kabur. "Mau kemana kamu!" suara bariton Aron membuat Arini tersentak kaget, tanpa membalikan badannya dia menoleh sambil meringis. "Aku mau tidur Mas." "Yakin mau tidur?" t
Ketiga wanita tersebut meringis, salah satu dari mereka bergegas mematikan TV. "Sudah selesai reuniannya?" tanya Arini. "Sudah dari tadi," jawab Aron. "Kenapa dimatikan TVnya, bukankah kalian bertiga sangat menyukai film tadi," sahut Jimmy. "Sudah selesai kok Mas." Berbeda dengan Aron dan juga Jimmy, Arion hanya terdiam sembari menatap sang istri. Hening sejenak hingga Arini berceletuk, "Memangnya kenapa sih, kami kan cuma lihat drakor." Para suami saling pandang, menurut mereka para istri melanggar dan melakukan penyelewengan, memang hanya ngefans tapi mereka tetap menyukai pria lain. "Lihat drakornya tidak masalah yang jadi masalah adalah ketika kalian menyukai aktor dari film tersebut." "Apalagi istriku malam ini akan menghalu," sambung Jimmy. Para istri hanya bisa menggelengkan kepala dengan sikap posesif suami mereka. "Sudahlah mengalah saja," bisik Arini. Berhubung acara sudah selesai Aron dan Arion membawa para istri mereka pulang. Di dalam mobil baik Aron maupun A
"Papa dan Om Dion selalu bisa kami andalkan, meski usia tidak muda lagi tapi kalian benar-benar the best." Anak dan papa itu saling berpelukan, Rea dan Dania sangat terharu dengan apa yang mereka lihat. Tak hanya Arion, Aron juga melakukan hal yang sama dia mengajak kedua orang tuanya untuk makan malam diluar ya itung-itung merayakan keluarnya produk baru mereka. "Ngapain sih Aron kita makan diluar, tadi para Bibi di rumah sudah masak banyak," protes Renata. Dia merasa sayang dengan makanan yang dimasak art di rumah. "Makanannya biar dimakan mereka Ma," sahut Aron. Aron memilih restoran steak ternama, di restoran ini tersedia aneka daging premium, mulai daging impor maupun daging lokal tersedia di sini. "Mama pesan daging biasa saja Aron," kata Renata. "Semua Aron pesankan daging Wagyu Ma," sahut Aron. "Baiklah." Meski menjadi istri seorang Dion selama bertahun-tahun tapi Renata tidak lupa asalnya, dia masih enggan memilih makanan yang mahal, baginya gizi yang terkandung di da
Tanda tanya seolah berterbangan di atas kepala Arini, dia merasa ambigu dengan suami halu yang dimaksud oleh Aron."Suami halu apaan sih Mas!" protes Arini."Kamu kan suka melihat drakor pasti ada salah satu aktor yang kamu sukai," sahutnya."Nggak cuma satu tapi banyak." Mulai malam ini Aron melarang Arini untuk menyukai para aktor Korea, dia tidak suka jika istrinya memiliki suami halu seperti apa yang dikatakan oleh Arion."Kamu tuh keterlaluan sekali sih Mas! aku tuh memang ngefans sama mereka tapi aku tidak pernah mengidamkan mereka menjadi suami halu," maki Arini lalu masuk ke dalam kamar.Malam yang romantis harus menjadi malam yang menyebalkan, ini semua gara-gara tuduhan Aron terhadap Arini."Yang selalu menjadi suami halu aku, itu kamu! yang selalu aku mimpikan, itu kamu! bukan aktor Korea." Ucapan Arini membuat Aron senyum-senyum sendiri. Ternyata apa yang dikatakan Arion tidak terjadi pada istrinya hingga dia menyesal telah membuat sang istri kesal."Karena kamu telah me
"Iya Pa, kerja sama dengan salah satu negara yang saat ini terlibat perang sudah Aron batalkan, saham terus anjlok, pemboikotan yang dilakukan masyarakat membuat pengembalian barang, jika dibiarkan terus produk kita sendiri yang kena imbasnya," jelas Aron. Memang dalam kasus ini serba salah, putus atau lanjut tetap berdampak terhadap perusahaan, terlebih masyarakat sangat pro dengan negara yang mayoritas muslim. "Keputusan yang bagus, meski sulit di awal tapi papa yakin ke depan kita bisa mengembalikan itu semua dengan produk kita sendiri tanpa ada pembagian saham dengan negara lain." Keputusan Aron dan Arion didukung penuh oleh Dion. Setelah berbincang dengan Aron, Dion berencana menemui Andika, dia ingin mengajak sang adik untuk membantu anak-anak mereka. "Besok datanglah ke rumah Andika, ada yang ingin aku bicarakan." Pesan singkat Dion kirim untuk sang adik. Tak menunggu waktu lama bagi Andika untuk membalas dan balasannya pasti iya. Malam itu Aron sibuk di ruang kerjanya, di
Para pegawai yang sudah dinonaktifkan melakukan demo besar-besaran, mereka tidak terima jika mereka di rumah kan oleh perusahaan. Aron dan Arion merasa sangat pusing dengan masalah yang melanda perusahaan mereka, masalah internal belum juga menemukan solusi sekarang muncul lagi masalah eksternal. "Bagaimana kak ini?" tanya Arion yang mulai was-was dengan pendemo. "Entahlah, memangnya apa yang bisa kita lakukan, kerjasama dengan negara itu sudah terputus." "Tapi kalau terus didiamkan mereka mengganggu pekerja lainnya Kak." Arini yang datang untuk mengantar makan siang tampak terkejut dengan adanya pendemo di depan kantor. Dia bertanya kepada beberapa security yang berjaga. "Kenapa pada berdemo pak?" tanya Arini. "Mereka tidak bersedia di rumahkan Nyonya," jawab security. Hari ini nampak manggut-manggut dengan jawaban security, kemudian dia berjalan masuk ke dalam. "Mas Kenapa kalian diamkan saja para pendemo itu kan kasihan mereka berdiri di depan kantor terus menerus!" protes