Beranda / CEO / Gairah Istri Kelima Juragan / Menjadi Simpanan Pria Kaya

Share

Menjadi Simpanan Pria Kaya

Penulis: LastCurse
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

.

.

.

Sepeninggal Pitaloka, Tasha membulatkan tekad untuk pergi ke rumah Mak Pikat-- tempat bibinya tinggal. Ia memasukkan beberapa potong pakaiannya dalam tas punggung merah muda yang selalu dikenakannya ketika sekolah. Menutup pintu lalu meletakkan kunci di bawah pot tanaman tempat biasa ibunya meletakkan kunci ketika pergi dari rumah.

Tasha menunggu angkutan umum. Ia memang sudah terbiasa diajak ke rumah Mak Pikat, tapi memang biasanya pergi bersama ibunya. Baru kali ini anak perempuan itu pergi sendirian tanpa didampingi ibunya. Untungnya ia bisa tiba dengan selamat ke rumah Mak Pikat.

Tasha naik ke tangga dengan kaki yang gemetar karena sejak pagi belum makan. Menangis memanggil nama Paramita.

Prayogi dan Mak Pikat yang membukakan pintu terkejut ketika melihat anak kecil itu menangis mencari bibinya.

"Masuklah sayang ... jangan menangis. Bibimu ada di dalam," ucap Prayogi mengulurkan tangan untuk menuntun Tasha.

Tasha memandangi Prayogi tak berkedip. Dipikirnya pria yang sudah me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nuri Ahmad
Pitaloka dibikin sambel setan, pasti pedasnya mantap.........
goodnovel comment avatar
Novita Surya Ningsih
lnjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bulan Madu (1)

    ***Chandrakanta membimbing Malini berjalan menuju ke mobil. Wanita itu hampir saja menabrak tiang pancang villa yang berukuran lumayan besar. Suaminya terkekeh dibuatnya."Apakah kamu benar-benar tidak bisa berjalan, sayang?" Chandrakanta menggoda. Malini tersipu malu-malu, mencubit lengan suaminya begitu manis lalu bergelayut di lehernya dan mendaratkan sebuah kecupan kecil."Apakah kita harus bermalam di villa ini lagi?" tanya Chandrakanta dengan tatapan yang tak kalah menggoda."Sebenarnya saya ingin. Tapi kasihan anak-anak.""Jika kamu mau menginap di sini satu malam saja. Kita akan pulang esok pagi-pagi sekali bagaimana ?""Tidakkah berdua saja di dalam villa besar ini sedikit menakutkan, Mas?""Ya, memang ada banyak hewan buas di luar sana. Tapi bukankah ada Maas yang menemanimu. Untuk apa kamu merasa takut?""Bagaimana dengan anak-anak?""Mas bisa minta tolong Yuvati untuk menemani anak-anak kita atau Mbok Giyem, biar sekalian diajak menginap ke rumah. Biar ramai. Lagi pula

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bulan Madu (2)

    ***Chandrakanta menutup semua tirai lalu menyalakan tungku perapian membuat keadaan di sekitar kamar menjadi hangat. Malini meringsek masuk ke dalam selimut dan merasakan kalau tubuhnya sangat lelah. Ia menikmati pemandangan plsuaminya yang tengah berada di dekat perapian. "Mas ... Mas belum menjawab pertanyaan saya tadi."Malini kembali mengingatkan. Chandrakanta duduk di tepian ranjang sambil menghela nafas."Mas sebenarnya tidak begitu paham. Mas hanya diminta Yuvati untuk bertemu Soraya dan mengajaknya ke danau yang ada di belakang rumah.""Lalu ?""Ya ... Mas bertemu Soraya. Kami mengobrol sambil mendayung. Begitu saja ....""Hmm ....""Kamu cemburu?""Tidak, Mas. Hanya ....""Hanya apa?""Takut!""Takut?""Hu--ummm. Saya takut Ndak bisa akur sama Soraya. Soraya terlihat berbeda dari Mbak Yuvati ataupun Mbak Rania.""Kenapa kamu berpikiran seperti itu?""Ya ... Entahlah. Hati saya mengatakan seperti itu. Apalagi Leon bilang kalau mamanya tak menyukai saya ....""Jangan diambil

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Dia Pembunuh Kejora!

    ...Mata cantik dengan bulu mata lentik itu memang terpejam. Tapi bukan karena tertidur pulas. Wanita itu memejamkan matanya karena sosok Kejora kembali menghantuinya.Ia lega karena terlepas dari pertanyaan-pertanyaan dan resume resume yang dilontarkan oleh Yuvati tadi siang. Ketika istri pertama suaminya itu, mengantarkan dirinya untuk pulang ke rumah. Soraya mampu berkelit dari Yuvati. Tapi ia tak mampu berkelit, tak mampu menolak, tak mampu menghindar, ketika sosok transparan Kejora selalu ada di pelupuk mata, bahkan ketika matanya tertutup.Selalu terjaga di setiap jam. Tak pernah tertidur dengan pulas. Wajahnya pun lusuh. Penuh kerutan dan ketakutan. Tapi sangat berbanding terbalik ketika ia telah berada di luar rumah. Wajahnya yang pucat akan diberi bedak setebal mungkin dan pemulas bibir yang merah merona, agar rasa ketakutan itu sedikit tersamarkan.Bukannya tertolong ketika ia memejamkan mata. Bayangan demi bayangan ketika dirinya dan Beatrix menghabisi Kejora selalu saja

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Sugar Dady-nya Pitaloka

    ...Seorang pria berperawakan besar tinggi kembali masuk ke dalam sebuah kamar hotel mewah bintang 5. Membuka pintu dengan perasaan tenang dan terlihat Pitaloka masih terikat di kursi dengan wajah yang sembab dan mata yang merah.Dibukanya sumpalan pulut, ikatan tangan dan kaki Pitaloka. Wanita itu tidak menangis lagi. Mungkin air matanya sudah kering. Ia hanya berulang kali minta maaf saat pria itu mengeluarkan sebilah pisau besar berkilat."Tenanglah ... aku kenal dirimu. Seorang wanita yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Aku akan memberikan semua yang kau mau tanpa terkecuali bahkan jika itu seluruh harta kekayaanku. Tapi ...." ucapnya tak menyelesaikan kalimatnya."Tapi aku ada sebuah permintaan khusus ...""Apa itu, Mas?" tanya Pitaloka berusaha untuk bangkit dari kursi setelah tak diikat dan disumpal mulutnya."Aku ingin kau membunuh Chandrakanta dengan pisau ini ....""Membunuh juragan?""Apakah aku harus mengulanginya? Aku ingin kau membunuh juragan itu

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Mama Leon Bukan Pembunuh!

    ..."Tidak! Itu tidak mungkin! Mama Leon bukan pembunuh ...""Mama Leon bukan pembunuh ...""Mama Leon bukan pembunuh, kan, Papa?""Ibu Tua, Mengapa Ibu Tua jahat? Mama Leon orang yang baik ...""Tolong lepaskan Mama Leon ....""Pak polisi, lepaskan Mama Leon. Jangan tarik-tarik ....""Argh lepasin ....""Ibu Malini tolong. Tolong Mama Soraya ...."Leon menangis meraung-raung. Histeris. Menampar wajahnya. Berguling-guling di tanah. Suaranya hampir hilang karena terus saja berteriak tanpa henti. Tapi baik Chandrakanta, Malini ataupun Yuvati diam tetap bergeming di tempatnya. Apalagi setelah bibir cantik milik Soraya mengakui dengan lugas tanpa tedeng aling-aling, bahwa memang benar dirinyalah yang sudah membunuh Kejora."Aku cemburu. Apa kau tahu aku cemburu, Mas? Aku melakukan itu karena kau menikahi Malini Tidakkah kau harus menjaga perasaan istrimu istrimu yang sudah lebih dari satu, Mas? Tapi kau tetap mau menikah lagi."Soraya berucap dengan dingin. Sebelum ia masuk ke dalam mo

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Desah di Lapas Wanita

    ...Wanita cantik itu bersandar pada dinding sebuah ruangan dengan mata yang tak berkedip. Bibirnya terkatup dengan nafas yang naik dan turun tidak beraturan. Ia terkejut karena pria yang ada dihadapannya begitu bernafsu atas dirinya.Padahal menurut penuturan beberapa orang wanita yang ada di sini, pria muda yang tengah tidur dengannya saat ini adalah pria dingin yang tak berperasaan."Mengapa?" tanya wanita cantik bergumam. Tapi tentu saja tetap terdengar di telinga si pria dingin karena jarak keduanya sangat dekat. Mereka bahkan berbagi helaan nafas."Kau ingin tahu apa sebabnya?" tanya pria dingin tetap makin mendekatkan wajahnya. Iris matanya bagaikan mutiara hitam yang berkilau.Telapak tangan si pria dingin mencengkeram pergelangan tangan wanita cantik yang tengah ditekan tubuhnya itu."Dari sekian banyak wanita yang ada di sini kamu yang paling menarik perhatian. Untuk itu aku akan mengabulkan tiga buah permintaanmu. Asal ....""Asal apa?" tanya wanita tak sabar."Asal kau b

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Aku Menceraikanmu !

    ...Kedua manik mata anak kecil itu nampak terlihat sayu. Bolak-balik menatap wajah wanita yang sudah melahirkannya yang berdiri di hadapannya dengan pongah seolah hidupnya jauh dari dosa.Sementara Ibu sambungnya menatap mata itu bagai belati yang merobek-robek seluruh tubuhnya. Sakit dan nyeri. Walaupun beberapa bulan telah berlalu, tetap saja Malini masih menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi terhadap Soraya.Sementara suaminya, seorang pria berperawakan besar tinggi dengan wajah tampan dan rupawan nampak menatap tajam ke arah Soraya. Wanita itu berusaha membenahi pakaian berwarna cerah yang sedikit terbuka dan menutup-nutupi beberapa bekas noda kemerahan di dada dan lehernya."Apa kabar, Ma?" tanya Leon menyodorkan sekotak coklat dan bunga tulip kesukaan Soraya.Wanita itu tak merasa takut, sedih atau apapun. Wajah dan matanya datar bahkan ketika anak kecil itu memeluknya dengan sangat erat sambil terisak. Soraya masih berdiri di tempatnya dengan angkuh.Chandrakanta menari

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Orang Kaya Baru

    ...Paramita mengerjapkan mata beberapa kali saat sinar mentari menelusup masuk melalui celah-celah gorden ketika Prayogi membuka gorden-gorden berwarna cerah di kamar mereka.Berusaha meregangkan badannya menguap beberapa kali dan ada bias wajah manis menyambutnya dengan senyum yang tak kalah manis."Selamat pagi, sayang ...."sapa Prayogi sambil membawa baki kayu yang berisi makanan dan susu hangat.Paramita tersenyum lalu beringsut pelan menuju tepi ranjang."Kamu tak harus melakukan ini. Aku bisa melakukannya sendiri," ucapnya tapi menahan rasa tersipu dalam hatinya karena suaminya itu selalu saja melakukan hal-hal kecil yang sangat manis."Kita harus bangun pagi-pagi sekali, bukankah kamu ada janji?""Janji?" tanya Paramita karena ia benar-benar lupa janji apa yang dimaksudkan oleh Prayogi."Hari ini Mbak Pitaloka meminta kita untuk main kerumahnya dan kita sudah berjanji untuk itu. Apa kamu lupa?" tanya Prayogi akan mulai menyuapi Paramita makan."Aku belum mandi Mas, masa sud

Bab terbaru

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bertahun-tahun Setelahnya

    Bertahun-tahun setelahnya***Peluh mengucur deras. Pria berbadan tegap yang mengenakan kemeja rapi dengan parfum aroma maskulin mendadak masam wajahnya ketika petugas bandara menjelaskan kepadanya bahwa ia terlambat beberapa jam untuk tiba di bandara setelah pesawatnya transit."Jangan khawatir, Pak. Beberapa jam selanjutnya akan ada penerbangan ke kota bapak. Silakan meminta bantuan pada beberapa orang petugas yang ada di sana," ucap wanita muda itu tersenyum ramah Si pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah muda itu tersenyum. Tak mengapa pikirnya terlambat beberapa jam asal ia bisa pulang ke rumahnya hari itu juga.Beberapa orang petugas mengenakan seragam yang sama dengan wanita sebelumnya nampak memberikan penjelasan yang lebih terperinci. Pemuda itu mengucap hamdalah di dalam hati.Tepat ketika jam menunjukkan pukul 11.00 siang pria muda berkemeja itu bersiap ketika announcement mengenai keberangkatan ke sebuah kota mengudara.Sementara di bandara dari kota lainny

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak-anak Yang Membanggakan

    ***Subuh itu adalah subuh yang paling sibuk saat suara kokok ayam belum membangunkan seisi penjuru rumah. Beberapa orang wanita dewasa tengah bersiap di dapur. Walaupun mereka terlihat lelah, tetapi wajah bahagia terpancar jelas. Di antara satu sama lain memberikan semangat penghiburan yang sesekali diiringi guyonan. "Ada berapa banyak tumpeng yang kita buat hari ini?" tanya Malini. Wanita itu mengikat selendang di pinggangnya yang ramping. "Mungkin hampir 100, Nyonya.""Wah, luar biasa. Kalau begini kita bisa membuka catering. Betul, 'kan, Nek Bayan?" tanya Malini pada Nek Bayan yang sibuk dengan kering tempe kesukaan beberapa anak-anak Malini dan Chandrakanta.Beberapa wadah besar sudah tertata di atas amben kayu. Sunyoto dan beberapa sopir Chandrakanta yang lain dengan sigap memasukkan tumpeng-tumpeng untuk dibagikan kepada warga."Apakah bisa selesai tepat waktu, Nyonya?" tanya Gendis dan yang lain. "Tentu saja. Anak-anak setelah selesai salat Subuh mungkin akan bersiap. Saya

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Cintanya Anak-anak Muda

    ***Di sebuah sekolah menengah atas terbaik di kota itu, Leon sibuk dengan buku-buku tebal di tangannya. Sepertinya ia sedang menunggu Kanaya keluar dari kelasnya. Sesekali Leon melambaikan tangan saat beberapa orang temannya memanggil."Belum dijemput, ya?" tanya salah seorang murid perempuan berkepang dua.Leon mengangguk santai. Lalu, gadis berkepang dua itu berdiri di sebelah Leon. "Kamu belum pulang?" "Belum, lagi nunggu jemputan.""Oh," jawab Leon singkat. Ia tak tertarik dengan gadis cantik yang konon katanya adalah gadis populer di sekolahnya. Mungkin karena tidak berminat atau mungkin hati Leon sudah ditempati oleh seseorang yang lainnya, hanya Leon dan Tuhan saja yang tahu.Leon tersenyum senang saat gemerincing gelang kaki mulai menyapa gendang telinganya. Ia tak sabar menanti sosok itu, lalu menoleh dengan wajah yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata."Sudah selesai?" tanya Leon. Gadis berkulit sawo matang dengan rambut legam berkilau itu mengangguk. "Temanmu?" tan

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Ibu dan Istri Yang Baik

    ***Malini terpekur di kamarnya, sementara Chandrakanta sepertinya masih menyiapkan paviliun kecil untuk Rohani dan Nek Bayan tinggal. Tepat pukul 01.00 malam, suara pintu kamar berderit. Malini pura-pura tidur. Membawa tubuhnya menghadap dinding, bahkan bernapas pun ia lakukan secara perlahan."Mas sudah menikahimu belasan tahun lebih, Sayang. Mas tahu kalau kau belum tidur. Jika ingin marah dan mengatakan sesuatu, katakan saja. Jangan menyimpannya di dalam hati. Mas rela jika kau ingin menampar atau memukul Mas," ucap Chandrakanta dengan lemah lembut.Bulir-bulir bening mulai menetes di kulit sawo matang Malini. Ia menghela napas. Sebenarnya tak ada yang ingin ia bicarakan bersama suaminya. Namun, kehadiran Nek Bayan dan Rohani yang tiba-tiba saja entah mengapa membuat hati Malini sedikit merasa kecewa."Saya ingin istirahat, Mas. Nanti saja saya bicara jika memang saya ingin bicara," ucap Malini pelan. Kini balik giliran juragan Candrakanta yang menghela napas. Ia paham betul mungk

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Maafkan Saya, Nyonya

    ***Nek bayan berusaha sekuat tenaga agar air matanya tak keluar. Bagaimana tidak, Camelia berusaha menyembunyikan Mentari karena pamor dan rumor mengenai Chandrankanta. Ia tak ingin putrinya merasa tersiksa karena menikahi pria yang memiliki istri yang banyak.Namun, sosok Camelia yang berada di tengah hutan perbatasan tentu saja membuat Nek Bayan bertanya-tanya. Ada apa gerangan mengapa Camelia berusaha untuk terlihat."Ada apa, Mas? Apakah Mas baik-baik saja? Jika Mas memang tak enak badan, biarkan Sunyoto yang membawa jeepnya," ucap Malini merasa khawatir akan keadaan suaminya."Ah, tidak. Hanya saja Mas terkejut," sahut Chandarakanta berusaha kembali melajukan mobilnya perlahan."Nek, apakah Nenek lihat tadi? Sepertinya Ibu tadi yang sedang melintas," ucap Rohani. Buru-buru Nek Bayan membungkam mulut Rohani. Tentu saja pernyataan itu malah membuat Chandrakanta terkejut. "Apa apa yang kau katakan tadi? Ibu? Maksudmu wanita yang melintas tadi itu ibumu?""Ah, sudahlah, Juragan. T

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak Dari Cinta Pertamanya

    ***"Nek Bayan, kau mau ke mana?""Pulang. Aku mencemaskan Rohani.""Kenapa?""Aah, pokoknya aku mau pulang."Wanita tua yang dipanggil Nek Bayan itu berjalan cepat. Ia tak menghiraukan cuaca yang dingin. Ia tinggal di hutan di sekitar gunung yang memang selalu mendapatkan hawa sejuk. Bahkan, cuaca yang benar-benar dingin terkadang membuat tulang terasa ngilu dan gigi bergemeletuk. "Aku yakin sekali kalau Rohani keluar dari gubuk. Entah mengapa aku benar-benar tak tenang. Apakah ia menemui ayahnya? Tidak, tidak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika Juragan Chandrakanta dan Malini mengetahui bahwa Rohani adalah anak juragan. Ah, bodohnya aku. Mengapa aku tak membawanya pergi saja. Gadis muda dengan penglihatan- penglihatan itu pasti akan berusaha untuk menyelamatkan ayah dan ibu sambungnya. Padahal ...," ucap Nek Bayan tak menyelesaikan kalimatnya."Ah, aku harus meminjam salah satu kuda dari beberapa orang pengelana yang lewat," kata Nek Bayan lagi.Nek Bayan bercakap-cakap menaw

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Kebusukan Yang Terbongkar

    ***Philips datang dengan setelan jas warna hitam. Keadaannya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Pitaloka seolah melihat sosok hantu Philips dengan wajah pucat dan senyum menyeringai."Tidak, tidak! Philips sudah mati! Aku sudah membunuhnya," ucap Pitaloka tak sengaja.Astungkara tersenyum menyeringai."Lihatlah, betapa ajaibnya hati wanita ini. Dia benar-benar mengakui bahwa Philips sudah dibuat mati. Kau dengar itu, Philips? Aku tak habis pikir mengapa dulu kau kerap membantu wanita yang tak memiliki hati ini. Ah, sudahlah. Dari pada berlama-lama, lebih baik aku telepon polisi saja," ucap Astungkara geram.Philips menunggu di pojok ruangan sambil memandangi Pitaloka dengan tatapan mata tajam. Jika diizinkan oleh Astungkara, tentu Philips akan lebih menyukai untuk membunuh Pitaloka detik itu juga."Tidak, tidak. Jangan, jangan tangkap aku. Jangan, jangan serahkan aku. Aku mohon ... semua ini aku lakukan karena aku benar-benar ingin memilikimu." Pitaloka benar-benar ketakutan. "Memi

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Pitaloka dan Astungkara

    ***"Aah .... Ahhh ... Aaah ...."Astungkara mengintip Pitaloka dari sebuah celah. Senyum seringai mewarnai wajahnya yang tegas. Bukannya marah, Astungkara malah tersenyum melihat istri keduanya itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamar.Bukannya marah, Astungkara malah mengusap jambang tebalnya dan teringat akan sebuah hal."Hmmm ... Bagus, Pitaloka," gumamnya pelan."Uhhhhhhmmm ... Ahhh ... Ahhh."Erangan itu membawa sebuah senyum di wajah Astungkara. Ia memang sudah lama tak bercinta dengan Pitaloka. Akan tetapi, Astungkara seolah sedang menyiapkan sesuatu bagi istri keduanya. Astungkara berjalan pelan meninggalkan kamarnya. Ia ingin memberikan sebuah jeda bagi Pitaloka menuntaskan apa yang tengah dilakukan di kamar pribadinya dan Astungkara.Gayatri, ibu Astungkara sedang berada di ruang tamu megah dengan ornamen keemasan saat putranya turun. Kudapannya dilempar ke sembarang arah membuat Astungkara menghela napas."Istrimu ke mana, tidur lagi?" "Lagi ada kerjaan di kamar, Bu.

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Gadis Misterius

    ***Juragan menembakkan senapannya ke arah langit, cahaya itu berpendar sangat indah. Malini dan putrinya terkejut. Gadis kecil itu menangis dalam pelukan ibunya padahal ia baru saja akan memejamkan mata."Oh, ada apa itu?" tanya Malini menggendong putrinya yang menangis.Keduanya menuruni anak tangga kayu. Pintu ruang tamu terbuka, angin malam yang dingin dan serpihan hujan nampak masuk."Mas membuat keributan di tengah malam. Tidak tahukah kalau keponakanmu baru saja akan tertidur.""Maaf sayang tapi ada sesuatu di sana," tunjuk Juragan."Sesuatu? Maksudmu apa Mas? Serigala, beruang, atau Yeti? Dia tidak akan mengganggu selama kau menutup pintunya. Sudahlah, Mas!""Tapi aku pikir itu manusia." "Ayolah, Mas ! Manusia mana yang rela mengendap-ngendap ke villa tengah hutan, tengah malam seperti ini!""Tapi, aku benar-benar melihat jubahnya yang berwarna merah.""Sudahlah, Mas? Kita sedang berlibur. Jadi jangan bertingkah yang aneh-aneh. Lusa kita pulang ke kota dan Mas bisa kembali be

DMCA.com Protection Status