Share

Kamu Pembunuhnya!

Penulis: LastCurse
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

.

.

.

Tepat jam 07.00 pagi Chandrakanta sudah berada di kediaman istri keempatnya. Namun, rumah mewah yang saat ini didominasi dengan warna kehijauan itu nampak belum terbuka pintu dan jendelanya.

Leon belakangan sangat suka menginap di rumah Malini ataupun Yuvati sehingga jarang menemani Soraya di rumah. Tapi baik Soraya ataupun Beatrix tidak ada yang merasa keberatan akan hal itu.

"Tumben sepi. Bahkan tukang kebun dan sopir pribadinya pun tidak ada. Apakah Soraya sedang sakit? Tapi jika ia sakit mengapa tidak pernah mengabariku dan Yuvati," gumam Chandrakanta pelan.

Sudah lama memang, semenjak kejadian beberapa waktu lalu, ketika kehangatan itu mulai terjalin dan di saat Malini kritis hingga Chandrakanta menikah lagi, Soraya tak pernah berjumpa dengan Chandrakanta.

Ada sedikit rindu yang menyeruak. Namun perasaan janggal juga sempat menyapa hati Chandrakanta.

"Tak biasanya rumah kediaman Soraya terlihat suram seperti ini. Apa yang terjadi? Apakah Soraya melakukan hal-hal yang aneh l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Novita Surya Ningsih
lnjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Mantan Suami Yang Akan Menikah Lagi

    ...Malini memiliki niatan untuk pergi ke toko Nyonya Ong. Sebuah toko pakaian yang menjual pakaian-pakaian Cheongsam dan kain sutera dengan kualitas yang baik.Jelang Tahun Baru Cina biasanya orang-orang akan menyiapkan beberapa pakaian khas itu karena relasi dan beberapa saudara yang merayakannya.Memeriksa tudung saji besar di ruang makan. Beberapa makanan berat kesukaan anak-anak dan suaminya sudah tertata rapi di atas meja. Sementara sarapan pagi mulai dari singkong, roti, susu hangat dan teh jahe rempah juga tersaji di sisi meja lainnya.Anak-anaknya tentu belum terbiasa untuk memakan makanan yang bisa dibilang mewah. Berbeda dengan Leon yang memang setiap pagi ingin disiapkan sarapan roti bakar atau roti oles selai dengan susu hangat.Kanaya dan Suma lebih suka kolak singkong, singkong rebus ataupun singkong goreng dengan teh tawar hangat. Sebuah kebiasaan semenjak dulu ketika mereka masih pada masa-masa sulit."Mbak, nanti kalau Mas Chandrakanta dan Nyonya Soraya pulang tol

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Gara-gara Kain

    ..Pria dengan rambut pendek dan tipis ala tentara itu duduk di tepian ranjang. Menghalangi nafas sebentar untuk kemudian berjalan pelan menuju dapur dan membuat kopi durian.Tak butuh waktu lama secangkir kopi durian nikmat rasanya di atas meja. Asapnya masih mengepul. Menyesapnya dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Ia sepertinya masih nampak bahagia mengenang pergumulannya dengan seorang wanita yang dicintainya kemarin malam.Telepon genggam berdering. Si pria mengangkatnya walau ada rasa enggan yang tercetak jelas di wajah tampannya.[Iya ... ada apa?]Wanita dari seberang sana mengeluarkan suara yang begitu rapat, cepat dan panjang. Membuat telinga si pria berdenging dan mengembuskan nafas kasar.[Bisa tidak bicaranya pelan-pelan? Mas baru saja bangun.][Ada Malini, Mas. Di sini Ibu sedang ....]Ucapnya tak selesai karena otak pria itu langsung bekerja dengan cepat dan sempurna ketika mendengar nama Malini. Ya ... Malini adalah sebuah mantra baginya.Bergegas si pria mandi.

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Moko Yang Semakin Berhasrat

    .."Mas Moko! Apa yang lakukan? Lepaskan Mas!""Kamu harum sekali Malini sayang. Ayo ... Jangan kemana-mana. Jangan berlari dari dekapan Mas," ucap pria itu masih memeluk Malini erat. Diciuminya rambut Malini yang halus."Lepaskan, Mas. Mas benar-benar menjijikkan.""Mas mencintaimu, Malini. Apa kamu tahu itu?""Saya ndak suka Mas yang seperti ini. Dan mengapa Mas bisa menggunakan parfum yang sama dengan Mas Chandrakanta?" tanya Malini dengan suara yang bergetar."Mas ada di sini. Jangan takut. Mari sini. Tetaplah berada dalam pelukan. Mas Mas janji tidak akan terjadi apapun," ucap Moko dengan binar mata yang tak bisa dijelaskan.Biasanya Malini merasa nyaman berada di sebelah kakak iparnya karena merasa terlindungi. Tapi berbeda kali ini, ia merasa terancam. Moko bagai sebuah bahaya dan Malini adalah mangsanya."Mengapa Mas bisa ada di sini? Pergilah! Saya tidak ada urusannya dengan, Mas ucap Malini lalu mencoba untuk pergi. Tangan Moko direntangkan sedemikian rupa menghalangi wani

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Suatu Hari di Villa Praya

    ..."Harus melihat jejak itu dengan tulus. Bagaimana aku harus menemukan jejak itu?" tanya Chandrakanta."Ya ... Tuhan apa yang harus aku lakukan? Bantulah aku!" pinta Chandrakanta sambil menekan tombol whisper agar air hujan yang turun tidak begitu menghalangi pandangannya."Benda apa yang nampak berkilauan itu?" Chandrakanta melihat sesuatu berkilau di tengah-tengah jalanan yang tersiram air hujan. Bagaikan pelangi yang berada dalam campuran minyak."Mungkinkah itu jejak yang ditinggalkan mobil Malini?" "Tidak ada salahnya aku mencoba mengikuti jejak-jejak itu!" Siapa tahu bisa membawaku kepada Malini. Dikendarainya mobil dengan perlahan. Membawanya pada jalanan beraspal besar meninggalkan area pasar. Lalu masuk ke sebuah daerah yang jalannya lebih kecil."Sepertinya aku tahu daerah ini. Apa mungkin Malini sedang berada di villa Praya? Tapi mungkin saja. Mungkin dia ada di sana. Praya menghadiahkan villa itu untuk pernikahan kami. Malini sudah memegang kuncinya. Bukan tak mungk

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Berapa Harga Memasang Susuk?

    ...Pitaloka Hanya tinggal menunggu Mak Pikat menyelesaikan semedinya. Hari itu adalah hari terakhir di mana ia akan mendapatkan susuk pemikat yang akan ditanam pada beberapa titik di tubuhnya.Setelah memberi tanda Pitaloka masuk ke sebuah ruangan rahasia. Langkahnya membuat kayu tua berderit. Pintu dibuka. Mak Pikat tak tersenyum sedikitpun. Walau begitu tak mengurungkan niat Pitaloka untuk menyelesaikan ritual setelah melewati rangkaian panjang berhari-hari sebelumnya."Apa kau begitu tak sabar dan tergesa-gesa, Pitaloka?" tanya Mak pikat dengan suara yang sedikit berat.Pitaloka tersenyum malu. Ia duduk bersimpuh di depan Mak pikat sementara bibir mungilnya terus saja melafalkan sesuatu."Saya mohon, Mak, selesaikanlah ritual pemasangan susuk ini agar....""Agar apa Pitaloka?" Tanya Mak pikat suaranya menggema membuat burung-burung yang ada di sekitar gubuk itu beterbangan tak tentu arah."Aku sudah mengorbankan Paramita. Harusnya Mak paham apa yang menjadi timbal balik dari it

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Menjadi Simpanan Pria Kaya

    ...Sepeninggal Pitaloka, Tasha membulatkan tekad untuk pergi ke rumah Mak Pikat-- tempat bibinya tinggal. Ia memasukkan beberapa potong pakaiannya dalam tas punggung merah muda yang selalu dikenakannya ketika sekolah. Menutup pintu lalu meletakkan kunci di bawah pot tanaman tempat biasa ibunya meletakkan kunci ketika pergi dari rumah.Tasha menunggu angkutan umum. Ia memang sudah terbiasa diajak ke rumah Mak Pikat, tapi memang biasanya pergi bersama ibunya. Baru kali ini anak perempuan itu pergi sendirian tanpa didampingi ibunya. Untungnya ia bisa tiba dengan selamat ke rumah Mak Pikat.Tasha naik ke tangga dengan kaki yang gemetar karena sejak pagi belum makan. Menangis memanggil nama Paramita.Prayogi dan Mak Pikat yang membukakan pintu terkejut ketika melihat anak kecil itu menangis mencari bibinya."Masuklah sayang ... jangan menangis. Bibimu ada di dalam," ucap Prayogi mengulurkan tangan untuk menuntun Tasha.Tasha memandangi Prayogi tak berkedip. Dipikirnya pria yang sudah me

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bulan Madu (1)

    ***Chandrakanta membimbing Malini berjalan menuju ke mobil. Wanita itu hampir saja menabrak tiang pancang villa yang berukuran lumayan besar. Suaminya terkekeh dibuatnya."Apakah kamu benar-benar tidak bisa berjalan, sayang?" Chandrakanta menggoda. Malini tersipu malu-malu, mencubit lengan suaminya begitu manis lalu bergelayut di lehernya dan mendaratkan sebuah kecupan kecil."Apakah kita harus bermalam di villa ini lagi?" tanya Chandrakanta dengan tatapan yang tak kalah menggoda."Sebenarnya saya ingin. Tapi kasihan anak-anak.""Jika kamu mau menginap di sini satu malam saja. Kita akan pulang esok pagi-pagi sekali bagaimana ?""Tidakkah berdua saja di dalam villa besar ini sedikit menakutkan, Mas?""Ya, memang ada banyak hewan buas di luar sana. Tapi bukankah ada Maas yang menemanimu. Untuk apa kamu merasa takut?""Bagaimana dengan anak-anak?""Mas bisa minta tolong Yuvati untuk menemani anak-anak kita atau Mbok Giyem, biar sekalian diajak menginap ke rumah. Biar ramai. Lagi pula

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bulan Madu (2)

    ***Chandrakanta menutup semua tirai lalu menyalakan tungku perapian membuat keadaan di sekitar kamar menjadi hangat. Malini meringsek masuk ke dalam selimut dan merasakan kalau tubuhnya sangat lelah. Ia menikmati pemandangan plsuaminya yang tengah berada di dekat perapian. "Mas ... Mas belum menjawab pertanyaan saya tadi."Malini kembali mengingatkan. Chandrakanta duduk di tepian ranjang sambil menghela nafas."Mas sebenarnya tidak begitu paham. Mas hanya diminta Yuvati untuk bertemu Soraya dan mengajaknya ke danau yang ada di belakang rumah.""Lalu ?""Ya ... Mas bertemu Soraya. Kami mengobrol sambil mendayung. Begitu saja ....""Hmm ....""Kamu cemburu?""Tidak, Mas. Hanya ....""Hanya apa?""Takut!""Takut?""Hu--ummm. Saya takut Ndak bisa akur sama Soraya. Soraya terlihat berbeda dari Mbak Yuvati ataupun Mbak Rania.""Kenapa kamu berpikiran seperti itu?""Ya ... Entahlah. Hati saya mengatakan seperti itu. Apalagi Leon bilang kalau mamanya tak menyukai saya ....""Jangan diambil

Bab terbaru

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Bertahun-tahun Setelahnya

    Bertahun-tahun setelahnya***Peluh mengucur deras. Pria berbadan tegap yang mengenakan kemeja rapi dengan parfum aroma maskulin mendadak masam wajahnya ketika petugas bandara menjelaskan kepadanya bahwa ia terlambat beberapa jam untuk tiba di bandara setelah pesawatnya transit."Jangan khawatir, Pak. Beberapa jam selanjutnya akan ada penerbangan ke kota bapak. Silakan meminta bantuan pada beberapa orang petugas yang ada di sana," ucap wanita muda itu tersenyum ramah Si pria yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah muda itu tersenyum. Tak mengapa pikirnya terlambat beberapa jam asal ia bisa pulang ke rumahnya hari itu juga.Beberapa orang petugas mengenakan seragam yang sama dengan wanita sebelumnya nampak memberikan penjelasan yang lebih terperinci. Pemuda itu mengucap hamdalah di dalam hati.Tepat ketika jam menunjukkan pukul 11.00 siang pria muda berkemeja itu bersiap ketika announcement mengenai keberangkatan ke sebuah kota mengudara.Sementara di bandara dari kota lainny

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak-anak Yang Membanggakan

    ***Subuh itu adalah subuh yang paling sibuk saat suara kokok ayam belum membangunkan seisi penjuru rumah. Beberapa orang wanita dewasa tengah bersiap di dapur. Walaupun mereka terlihat lelah, tetapi wajah bahagia terpancar jelas. Di antara satu sama lain memberikan semangat penghiburan yang sesekali diiringi guyonan. "Ada berapa banyak tumpeng yang kita buat hari ini?" tanya Malini. Wanita itu mengikat selendang di pinggangnya yang ramping. "Mungkin hampir 100, Nyonya.""Wah, luar biasa. Kalau begini kita bisa membuka catering. Betul, 'kan, Nek Bayan?" tanya Malini pada Nek Bayan yang sibuk dengan kering tempe kesukaan beberapa anak-anak Malini dan Chandrakanta.Beberapa wadah besar sudah tertata di atas amben kayu. Sunyoto dan beberapa sopir Chandrakanta yang lain dengan sigap memasukkan tumpeng-tumpeng untuk dibagikan kepada warga."Apakah bisa selesai tepat waktu, Nyonya?" tanya Gendis dan yang lain. "Tentu saja. Anak-anak setelah selesai salat Subuh mungkin akan bersiap. Saya

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Cintanya Anak-anak Muda

    ***Di sebuah sekolah menengah atas terbaik di kota itu, Leon sibuk dengan buku-buku tebal di tangannya. Sepertinya ia sedang menunggu Kanaya keluar dari kelasnya. Sesekali Leon melambaikan tangan saat beberapa orang temannya memanggil."Belum dijemput, ya?" tanya salah seorang murid perempuan berkepang dua.Leon mengangguk santai. Lalu, gadis berkepang dua itu berdiri di sebelah Leon. "Kamu belum pulang?" "Belum, lagi nunggu jemputan.""Oh," jawab Leon singkat. Ia tak tertarik dengan gadis cantik yang konon katanya adalah gadis populer di sekolahnya. Mungkin karena tidak berminat atau mungkin hati Leon sudah ditempati oleh seseorang yang lainnya, hanya Leon dan Tuhan saja yang tahu.Leon tersenyum senang saat gemerincing gelang kaki mulai menyapa gendang telinganya. Ia tak sabar menanti sosok itu, lalu menoleh dengan wajah yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata."Sudah selesai?" tanya Leon. Gadis berkulit sawo matang dengan rambut legam berkilau itu mengangguk. "Temanmu?" tan

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Ibu dan Istri Yang Baik

    ***Malini terpekur di kamarnya, sementara Chandrakanta sepertinya masih menyiapkan paviliun kecil untuk Rohani dan Nek Bayan tinggal. Tepat pukul 01.00 malam, suara pintu kamar berderit. Malini pura-pura tidur. Membawa tubuhnya menghadap dinding, bahkan bernapas pun ia lakukan secara perlahan."Mas sudah menikahimu belasan tahun lebih, Sayang. Mas tahu kalau kau belum tidur. Jika ingin marah dan mengatakan sesuatu, katakan saja. Jangan menyimpannya di dalam hati. Mas rela jika kau ingin menampar atau memukul Mas," ucap Chandrakanta dengan lemah lembut.Bulir-bulir bening mulai menetes di kulit sawo matang Malini. Ia menghela napas. Sebenarnya tak ada yang ingin ia bicarakan bersama suaminya. Namun, kehadiran Nek Bayan dan Rohani yang tiba-tiba saja entah mengapa membuat hati Malini sedikit merasa kecewa."Saya ingin istirahat, Mas. Nanti saja saya bicara jika memang saya ingin bicara," ucap Malini pelan. Kini balik giliran juragan Candrakanta yang menghela napas. Ia paham betul mungk

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Maafkan Saya, Nyonya

    ***Nek bayan berusaha sekuat tenaga agar air matanya tak keluar. Bagaimana tidak, Camelia berusaha menyembunyikan Mentari karena pamor dan rumor mengenai Chandrankanta. Ia tak ingin putrinya merasa tersiksa karena menikahi pria yang memiliki istri yang banyak.Namun, sosok Camelia yang berada di tengah hutan perbatasan tentu saja membuat Nek Bayan bertanya-tanya. Ada apa gerangan mengapa Camelia berusaha untuk terlihat."Ada apa, Mas? Apakah Mas baik-baik saja? Jika Mas memang tak enak badan, biarkan Sunyoto yang membawa jeepnya," ucap Malini merasa khawatir akan keadaan suaminya."Ah, tidak. Hanya saja Mas terkejut," sahut Chandarakanta berusaha kembali melajukan mobilnya perlahan."Nek, apakah Nenek lihat tadi? Sepertinya Ibu tadi yang sedang melintas," ucap Rohani. Buru-buru Nek Bayan membungkam mulut Rohani. Tentu saja pernyataan itu malah membuat Chandrakanta terkejut. "Apa apa yang kau katakan tadi? Ibu? Maksudmu wanita yang melintas tadi itu ibumu?""Ah, sudahlah, Juragan. T

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Anak Dari Cinta Pertamanya

    ***"Nek Bayan, kau mau ke mana?""Pulang. Aku mencemaskan Rohani.""Kenapa?""Aah, pokoknya aku mau pulang."Wanita tua yang dipanggil Nek Bayan itu berjalan cepat. Ia tak menghiraukan cuaca yang dingin. Ia tinggal di hutan di sekitar gunung yang memang selalu mendapatkan hawa sejuk. Bahkan, cuaca yang benar-benar dingin terkadang membuat tulang terasa ngilu dan gigi bergemeletuk. "Aku yakin sekali kalau Rohani keluar dari gubuk. Entah mengapa aku benar-benar tak tenang. Apakah ia menemui ayahnya? Tidak, tidak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika Juragan Chandrakanta dan Malini mengetahui bahwa Rohani adalah anak juragan. Ah, bodohnya aku. Mengapa aku tak membawanya pergi saja. Gadis muda dengan penglihatan- penglihatan itu pasti akan berusaha untuk menyelamatkan ayah dan ibu sambungnya. Padahal ...," ucap Nek Bayan tak menyelesaikan kalimatnya."Ah, aku harus meminjam salah satu kuda dari beberapa orang pengelana yang lewat," kata Nek Bayan lagi.Nek Bayan bercakap-cakap menaw

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Kebusukan Yang Terbongkar

    ***Philips datang dengan setelan jas warna hitam. Keadaannya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Pitaloka seolah melihat sosok hantu Philips dengan wajah pucat dan senyum menyeringai."Tidak, tidak! Philips sudah mati! Aku sudah membunuhnya," ucap Pitaloka tak sengaja.Astungkara tersenyum menyeringai."Lihatlah, betapa ajaibnya hati wanita ini. Dia benar-benar mengakui bahwa Philips sudah dibuat mati. Kau dengar itu, Philips? Aku tak habis pikir mengapa dulu kau kerap membantu wanita yang tak memiliki hati ini. Ah, sudahlah. Dari pada berlama-lama, lebih baik aku telepon polisi saja," ucap Astungkara geram.Philips menunggu di pojok ruangan sambil memandangi Pitaloka dengan tatapan mata tajam. Jika diizinkan oleh Astungkara, tentu Philips akan lebih menyukai untuk membunuh Pitaloka detik itu juga."Tidak, tidak. Jangan, jangan tangkap aku. Jangan, jangan serahkan aku. Aku mohon ... semua ini aku lakukan karena aku benar-benar ingin memilikimu." Pitaloka benar-benar ketakutan. "Memi

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Pitaloka dan Astungkara

    ***"Aah .... Ahhh ... Aaah ...."Astungkara mengintip Pitaloka dari sebuah celah. Senyum seringai mewarnai wajahnya yang tegas. Bukannya marah, Astungkara malah tersenyum melihat istri keduanya itu dan apa yang dilakukannya di dalam kamar.Bukannya marah, Astungkara malah mengusap jambang tebalnya dan teringat akan sebuah hal."Hmmm ... Bagus, Pitaloka," gumamnya pelan."Uhhhhhhmmm ... Ahhh ... Ahhh."Erangan itu membawa sebuah senyum di wajah Astungkara. Ia memang sudah lama tak bercinta dengan Pitaloka. Akan tetapi, Astungkara seolah sedang menyiapkan sesuatu bagi istri keduanya. Astungkara berjalan pelan meninggalkan kamarnya. Ia ingin memberikan sebuah jeda bagi Pitaloka menuntaskan apa yang tengah dilakukan di kamar pribadinya dan Astungkara.Gayatri, ibu Astungkara sedang berada di ruang tamu megah dengan ornamen keemasan saat putranya turun. Kudapannya dilempar ke sembarang arah membuat Astungkara menghela napas."Istrimu ke mana, tidur lagi?" "Lagi ada kerjaan di kamar, Bu.

  • Gairah Istri Kelima Juragan   Gadis Misterius

    ***Juragan menembakkan senapannya ke arah langit, cahaya itu berpendar sangat indah. Malini dan putrinya terkejut. Gadis kecil itu menangis dalam pelukan ibunya padahal ia baru saja akan memejamkan mata."Oh, ada apa itu?" tanya Malini menggendong putrinya yang menangis.Keduanya menuruni anak tangga kayu. Pintu ruang tamu terbuka, angin malam yang dingin dan serpihan hujan nampak masuk."Mas membuat keributan di tengah malam. Tidak tahukah kalau keponakanmu baru saja akan tertidur.""Maaf sayang tapi ada sesuatu di sana," tunjuk Juragan."Sesuatu? Maksudmu apa Mas? Serigala, beruang, atau Yeti? Dia tidak akan mengganggu selama kau menutup pintunya. Sudahlah, Mas!""Tapi aku pikir itu manusia." "Ayolah, Mas ! Manusia mana yang rela mengendap-ngendap ke villa tengah hutan, tengah malam seperti ini!""Tapi, aku benar-benar melihat jubahnya yang berwarna merah.""Sudahlah, Mas? Kita sedang berlibur. Jadi jangan bertingkah yang aneh-aneh. Lusa kita pulang ke kota dan Mas bisa kembali be

DMCA.com Protection Status